Mohon tunggu...
Buzz Zhairy Alie
Buzz Zhairy Alie Mohon Tunggu... -

Silaturrahmi Ke segala Hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jiwa yang Pagi

23 September 2012   02:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:53 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika pagi yang segar ini, terbebani, maka kau tidak akan merasakan indah dan kesegarannya. Itu pastI. Pagi itu anugerah, pagi itu inspirasi, pagi itu adalah dasar cara pandang yang bisa membuat kita mampu menaklukkan hari secara keseluruhan. Nah, jika bertemu pagi, lalu kita menelungkupkan diri dalam keresahan hati, menyepikan diri dari suasana yang hangat dan bersahaja, maka pagi tidak akan pernah kerasan untuk bersama-sama kita kenikmatannya.

Pagi tadi, aku memulai dengan mengeluarkan nafas panjang. Itu artinya saya sedang mengeluarkan energi yang tidak aku butuhkan, bahkan sangat tidak baik yang harus saya buang dalam jiwa saya. Sebab membuang bagian-bagian jiwa yang kurang kontributif terhadap kesejahteraan jiwa, salah satu dengan cara memancingnya dengan nafas kita, sebab nafas dan jiwa satu alur, maka bagi aku mengeluarkannya melalui rongga mulut yakni dengan nafas yang aku ambil alih dari jiwaku.

Selanjutnya, aku akan mengkalkulasi pagi secara lebih detail. Paling tidak ada beberapa alasan kenapa pagi menjadi sesuatu yang datang bagi kita begitu sangat anggun dan cantik.

Pertama. Pagi merupakan awal mulainya hiruk pikuk antara manusia. Sebab setelah semalaman, kebanyakan manusia tidur jiwa dan raganya, itu artinya semesta sedang terkurangi beban frekuensinya, sehingga pada saat menjelang pagi, sisa energi yang terkumpul secara alamiah menjadi energi baru yang masih “perawan”. Manusia yang mampu meraup sebanyak banyaknya energi yang perawan itu, akan menjadi manusia yang mampu membuat sepanjang harinya tidak akan bisa dihabiskan energinya. Dengan demikian, inilah yang menentukan seseorang berhasil apa tidak, sebab sesungguhnya orang yang berhasil adalah orang yang mampu menaklukkan hari-harinya menjadi hari yang penuh energi.

Kedua: pagi akan selalu menyatakan dirinya dengan apa adanya, tidak akan memaksakan atau memperkosa siapapun, sebab sifat pagi selalu lentur dan penuh kesejukan. Setiap unsur pada pagi secara kosmos, selalu pada garis yang sejuk dan teduh, dengan demikian, interaksi anatara setiap unsurnya menjadi demikian nikmat. Hentakan, nyaris kurang digunakan, sebab secara fregwensi, pagi tidak mempunyai daya untuk menghentak, apalagi menghardik. Hal ini, bisa kita lihat, di hampir setiap kejadian yang sifatnya “destroyed” tidak akan terjadi di pagi hari. Hal itu, bukan karena, orang tidak berpikir untuk menggunakan pagi sebagai moment yang baik, akan tetapi, tidak ada seorangpun yang mampu melawan kelenturan pagi, sehingga secara alamiah rasa dan erasaan manusia, terbawa dalam peluk pagi yang menyejukkan.

Maka, jika Anda hendak melakukan hal yang besar, yang berkaitan dengan hal yang baik dan niat yang baik. Maka lakukanlah pada waktu pagi. Sebab pagi akan memberikan energi yang besar, akan memberikan energi yang juga berlipat. Maka, seseorang yang sukses adalah orang yang bisa dan mampu membuat seluruh harinya, dan malamnya selalu pagi hatinya, selalu dalam keadaan yang berembun jiwanya, sehingga melakukan apapun akan dirasakan kesegarannya bagi orang lain… Salam pagi dari hati yang tidak sepenuhnya pagi.

Jogja, 21 10-12

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun