Mohon tunggu...
Zhafira Nur Azizah
Zhafira Nur Azizah Mohon Tunggu... Lainnya - S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Airlangga

Sedang menjalani mata kuliah semester 2 Logika dan Pemikiran Kritis D-1.11 Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Financial

Tidak Punya Cukup Uang Beli Menggunakan Pay Later, Yakin Bisa Bayar Lunas?

3 Juli 2022   23:17 Diperbarui: 4 Juli 2022   08:37 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PayLater sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, bahkan menjadi kebiasaan baru masyarakat terutama kaum milenial. Berbagai aplikasi belanja online serta pemesanan tiket dan hotel sudah banyak yang menyediakan sarana PayLater untuk menarik minat serta memudahkan konsumen dalam melakukan transaksi meskipun dengan budget yang kurang, contohnya seperti Shoppee PayLater, Akulaku, Kredivo, GoPay PayLater, Traveloka PayLater dan sebagainya. Agar konsumen menjadi lebih tertarik, aplikasi tersebut berlomba-lomba menawarkan kemudahan dan cashback besar-besaran untuk menggunakan PayLater. Akses menggunakan PayLater  juga sangat mudah, yaitu hanya dengan memberikan scan KTP dan foto pribadi konsumen secara online ke dalam aplikasi terkait. Karena itulah tak heran jika PayLater banyak digunakan oleh banyak orang.

Pandemi covid-19 yang melanda dunia di awal tahun 2020 memberikan efek game changer, yang berdampak hingga saat ini yaitu beralihnya kebiasaan masyarakat untuk beraktivitas melalui digital, salah satunya kegiatan belanja online. Kemudahan dalam mengakses aplikasi belanja membuat transaksi digital di Indonesia meningkat tajam, sehingga kemampuan PayLater ini tentu menjadi peluang besar dalam bertransaksi online.

Dari hasil riset, lembaga RISED (Research Institute of Socio-Economic Development) mengungkapkan bahwa PayLater dianggap oleh masyarakat sebagai solusi alternatif dalam pengelolaan keuangan bukan hanya sekedar sebagai instrumen pembayaran.

Sistem pembayaran PayLater dapat memberikan solusi ekonomi jika digunakan secara bijak bagi masyarakat untuk membeli barang atau jasa yang benar-benar urgent dengan kondisi keuangan yang buruk. 

Namun, PayLater juga dapat memberikan dampak negatif yaitu mendorong budaya mengutang dan mengesampingkan financial planning. Selain itu juga dapat mendorong sikap konsumtif. Hanya dengan menyentuh layar tanpa adanya uang, mereka bisa mendapatkan sesuatu yang tidak terlalu dibutuhkan. Konsumen juga akan melupakan kemampuan keuangan yang mereka miliki. Jika hal tersebut terus dibiarkan, akan menciptakan kondisi yang sangat merugikan. Hal ini dikarenakan jika terjadi hal yang mendesak yang membutuhkan dana yang cukup, dana tersebut mungkin tidak lagi dapat diakses karena telah mencapai limit atau pernah melakukan penunggakan PayLater .

Data terbaru tahun 2019 dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 38,03%. Dari jumlah tersebut, bukan tidak mungkin bagi generasi Z atau milenial yang notabenenya melek teknologi tetapi masih kurang bijak menggunakan PayLater. 

Rendahnya tingkat literasi keuangan tersebut dapat menyebabkan masyarakat terjebak dalam masalah keuangan. Seperti masalah utang yang berkelanjutan akibat penggunaan PayLater terus-menerus tanpa berusaha untuk menyicil secara tepat waktu, yang mana akan menghasilkan bunga serta biaya penalti atas keterlambatan membayar.

Maka untuk menghindari masalah tersebut, pemahaman literasi keuangan sangat berperan penting untuk menumbuhkan dan mencapai kesadaran masyarakat dalam mempersiapkan kemandirian finansial di masa mendatang.  Orang yang memiliki literasi keuangan tinggi akan cenderung menghindari melakukan utang berlebihan karena akan menyebabkan kebangkrutan bahkan penyitaan aset. Pemahaman terhadap literasi keuangan dapat merubah pola pikir orang menjadi lebih penting menabung untuk masa depan dibanding dengan memperbanyak utang untuk meningkatkan sikap konsumtif. 

Oleh karena itu, penggunaan PayLater harus diiringi dengan kemampuan literasi keuangan yang tinggi agar tidak semakin menimbulkan masalah keuangan yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun