Mohon tunggu...
Zhaffira Cania Winni
Zhaffira Cania Winni Mohon Tunggu... Ilustrator - Mahasiswa di Universitas Sebelas Maret

Just an ordinary gal who likes to draw

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengalaman MOPDB/MOS

17 Agustus 2015   21:48 Diperbarui: 17 Agustus 2015   21:51 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Hari pertama MOPDB jatuh pada tanggal 27 Juli 2015, saya datang ke SMAN 16 untuk mencari tahu apa saja yang perlu saya bawa untuk besok. Pertama saya ke gedung dimana kelas-kelas peserta MOPDB berada, lalu mencari nama saya di kertas-kertas yang ditempelkan di jendela ruangan yang terletak di lantai bawah. Setelah menemukan nama saya berada di gugus apa, saya naik ke lantai dua dan segera mencari kelas itu. Kelas saya dekat sekali dengan tangga, jadi mudah untuk mencarina. Sebelum masuk kelas, saya menaruh sepatu yang telah saya lepas di bawah tadi di rak yang telah disediakan.

Ketika masuk, saya mencari tempat duduk yang kosong dan strategis. Namun karena tempat duduk yang berada paling depan telah terisi, saya terpaksa mencari ke belakang. Beruntung saya mendapat satu tempat kosong disebelah seorang siswi. Saya bertanya apakah kursi itu kosong atau tidak, karena dia menjawab ‘iya’, saya ‘pun segera duduk. Sambil menunggu kakak-kakak osis masuk kelas, saya berbincang dengan teman sebangku saya ini. Kami berkenalan, menanyakan asal sekolah dan lain lain. Teman baru saya ini baik dan ramah sekali.

Percakapan kami terpotong ketika Kakak osis Pembina kami masuk kelas. Kami dibimbing oleh 2 orang osis. Satu perempuan dan satu laki-laki. Yang perempuan bernama Kak Alda dan yang laki-laki bernama Kak Muslimin atau biasa dipanggil Ucim. Mereka sangat ramah terhadap kami, mereka pandai bergurau dan dapat membuat suasan menjadi riang. Setelah mereka memperkenalkan diri, Kak Ucim mulai meng-absen kami satu-persatu. Kami maju kedepan kelas dan menyebutkan nama kami, asal sekolah, alamat dan lain-lain. Sedangkan yang duduk, menanyakan pertanyaan-pertanyaan (yang kadang-kadang aneh).

Lalu, Kak Alda mengajarkan kami yel-yel yang akan di gunakan nanti. Pertama kali saya menyanyian yel-yel itu rasanya aneh dan lucu. Tapi Kak Ucim berkata kepada kami semua untuk percaya diri dan tidak merasa malu. Sesudah itu, Kak Alda dan Kak Ucim membagikan buku yang berisi kolom-kolom tanda tangan yang perlu diisi oleh nama-nama yang dicantumkan. Kami juga harus membayar sebesar tujuh ribu rupiah untuk buku itu. Belum selesai kami berbincang-bincang, kami sudah di panggil untuk berkumpul di bawah.

Kami mengantre dengan rapih dan menunggu giliran menuruni tangga. Karena terlalu banyaknya siswa yang turun secara bersamaan, tangga ‘pun menjadi penuh sesak oleh siswa/siswi. Belum berakhir disitu, kami juga harus mencari tempat untuk memakai sepatu. Kami segera mencari barisan gugus setelah memakai sepatu dan segera menuju lapangan. Kami menunggu gugus-gugus yang lain untuk berbaris, setelah rapih, kamu memulai apel siang dan beberapa pengumuman.

Sehabis apel, kami diarahkan untuk berkumpul di bawah sebuah pohon mangga bersama kakak pembimbing untuk mendengarkan informasi lebih lanjut tentang MOPDB. Kak Alda yang memimpin kali ini. Ia menyampaikan jika ada yang bermasalah atau sakit untuk melapor ke Kakak-kakak pembina atau osis. Lalu, ia menanyakan tentang sosial media untuk kepentingan berkomunikasi antar sesama anggota gugus. Kak Alda mulai menjelaskan semua barang yang harus dibawa. Ia menggambarkan terlebih dahulu apa yang harus dibuat. Seperti name tag, tas, kalung, kaus kaki, tali sepatu, topi,

 

Pada awalnya, saya dan teman-teman di gugus kebingungan. Bagaimana cara membuat talinya ? panjang dan pendek dari name tag ? apakah topi terbuat dari bahan tertentu ? dan berbagai macam pertanyaan lainnya. Secara sabar, Kak Alda dan Kak Ucim menjawab semua pertanyaan kamu. Sesampainya ke bagian makanan, pertanyaan-pertanyaan ‘pun mulai berdatangan kembali. Kami diperintahkan untuk membawa stick keberuntungan, minuman selimut dingin, dan Silverqu**n. setelah mencatat, kamu berfoto dengan Kakak osis yang nantinya foto itu di tempel di name tag masing masing peserta.

Setelah itu kami diperbolehkan pulang dan mempersiapkan atribut-atribut untuk keesokan harinya. Sesampainya dirumah, saya ditemani oleh ayah mencari bahan-bahan untuk membuat atribut. Pertama kami mencari ban dalam bekas di bengkel dekat rumah. Lalu kami mencari kaus kaki putih, spidol, karton lem dan lain lain di took buku terdekat. Dari stu kami ke pasar dan mencari bola, sedotan beserta tali sepatu. Lalu kami ke tempat cetak foto untuk mencetak foto saya dengan kakak osis dan foto untuk name tag. Sambil beristirahat sejenak, kami makan mie ayam dan mencari tutup botol untuk kalung.

Setelah semuanya terkumpul, saya dan ayah saya kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, saya langsung membuat kaus kaki ‘warna-warni’. Ayah saya turut membantu dalam pembuatan atribut. Ketika saya masih berkutat di kaus kaki, beliau mulai membuat topi untuk saya. Topi itu terbuat dari bola plastik yang dibelah dua, karton berwarna biru untuk menutupi sekelilingnya, dan pita berwarna gold-silver untuk hiasannya. Setelah kaus kaki selesai saya buat, saya berlanjut membuat kalung dengan sedotan dan tutup botol bekas. Setelah itu saya membuat tali sepatu dan ayah saya membuat name tag. Name tag terbuat dari karton berwarna hijau muda (untuk bagian atas), karton merah muda (bagian bawah), ban dalam bekas untuk talinya. Name tag ini dibuat seperti bentuk ‘orang’. Pada bagian lengan kanan terdapat foto saya dengan seorang anggota osis perempuan dan yang kiri terdapat foto saya bersama seorang anggota osis laki-laki. Di bagian yang berbentuk ‘baju’ terdapat nama asli, asal sekolah, nama gugus, motto hidup, dan alasan masuk SMAN 16. Bagian yang berbentuk ‘rok’ terdapat angka 16 dan 7. Pada sore hari, kami keluar untuk mencari tukang jahit untuk menjahit baju bekas yang akan dibuat tas. Karena tidak menemukan satu ‘pun tukang jahit yang mau menjahit dengan tangan, kami’pun kembali kembali ke rumah dan meminta tolong ibu saya untuk menjahitnya. Karena pembuatan atribut yang lumayan sulit dan ribet, pembuatannya ‘pun memakan waktu yang cukup lama. Ayah saya sempat kewalahan dengan name tag. Tapi semua itu dapat teratasi dan diselesaikan. Walaupun harus bersusah payah dalam membuatnya. Pembuatan atribut mos itu berlangsung sampai jam 10 malam. Setelah selesai, saya ‘pun segera mandi dan merapikan barang-barang yang akan dibawa untuk besok.

Keesokan harinya, saya bangun pagi sekali dan segera bersiap untuk berangkat ke sekolah. Sebelum berangkat, saya meminta ibu untuk mengepang kerudung saya dengan tali sepatu. Karna ada peraturan yang mengharuskan saya untuk tidak membawa kendaraan bermotor, akhirnya saya di antar oleh ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun