Di Excellent, saya punya klien sebuah perusahaan besar. Bisnisnya bisa dibilang dari hulu sampai hilir. Mulai usaha perkebunan, peternakan, properti hingga finansial. Masing-masing usaha itu saling mendukung dan berkontribusi. Sisa hasil kebun bisa menjadi pakan untuk ternak. Hasil dari ternak bisa dijadikan pupuk untuk perkebunan. Masing-masing usaha bisa menyewa kantor dari anak usaha yang menangani properti.
Contoh lainnya bisa dilihat dari usaha pak Chairul Tanjung dan pak Hary Tanoesoedibjo. Usahanya banyak dan saling dukung. Para konglomerat sebelum itu juga punya varian bisnis beragam, seperti yang dimiliki oleh Liem Sioe Liong atau Eka Tjipta dan untuk level saat ini seperti yang dimiliki oleh Garibaldi "Boy" Tohir dan konglomerat lainnya.
Dalam level kecil, saya berusaha meniru hal positif dari yang dilakukan oleh para konglomerat diatas. Misalnya Excellent bergerak dibidang IT. Jika Excellent mengadakan kegiatan dan butuh catering, saya menghubungi rekan yang memiliki layanan catering. Jika Excellent mengadakan gathering atau kegiatan luar kantor, saya menghubungi rekan yang memiliki usaha event organizer atau penyewaan kendaraan atau tempat wisata.
Kadang, kita dalam alam bawah sadar bisa saja merasa hal sebaliknya. Kita bisa merasa rugi jika membantu teman. Misalnya teman memiliki usaha jualan kue atau es krim, serasa rugi jika kita "like" postingannya yang ada di sosial media. Padahal sekedar like postingan teman nggak merugikan juga, meski tentu saja itu berpulang kembali pada kita, kan itu kebebasan kita.
Point saya lebih kepada, "Jika kita memiliki kesempatan untuk membantu teman yang punya usaha, ya kita bisa menggunakan kesempatan itu". Jika saya membeli beras di mall itu membayar, membeli beras di petani juga membayar, apa salahnya saya membeli beras di petani dengan niatan membantu.
Jika saya membeli sayur di swalayan harus membayar dan saya juga bisa membeli sayur di tukang sayur dekat rumah sama-sama membayar, apa salahnya saya membantu si tukang sayur dengan belanja disitu. Soal perbandingan kualitas kan kita bisa pilih yang kualitasnya sesuai keinginan kita.
Mendukung usaha teman atau saudara sepanjang dilakukan dengan sukarela dan normal harusnya tidak sampai merugikan kita. Lain halnya kalau kualitas dan layanan mereka buruk, kita mungkin jadi merasa menyesal. Jadi mendukung teman dan saudara tetap tidak menafikan kualitas.
Ada teman yang berjualan goreng garem (bumbu khas Bekasi/Betawi) dan saya butuh itu, saya membelinya dari dia. Selain karena niat membantu teman atau saudara, juga karena memang saya membutuhkannya. Kualitasnya juga bagus. Jadi klop, semua kondisi terpenuhi dan saling menguntungkan para pihak yang terlibat.
Ada saudara yang berjualan kue, saya bisa memesan kuenya untuk anak-anak di pengajian yayasan Ultima Insani Madania.
Ada teman yang punya usaha kurma, saya bisa pesan kurmanya untuk cemilan di rumah.
Ada teman yang punya usaha sablon/cetak kaus, saya bisa pesan padanya untuk keperluan gathering ulang tahun Excellent.
Tulisan ini mungkin agak bias karena saya sendiri punya usaha dan terkesan supaya bisa didukung juga, hehehe... Tapi konteks tulisan ini justru diluar kaitan saya pribadi.