Tawakal adalah salah satu konsep spiritual yang penting dalam Islam, terutama dalam ajaran tasawuf. Dalam Kitab Al-Hikam karya Ibnu Atha'illah As-Sakandari, tawakal mendapatkan penekanan yang mendalam sebagai bagian dari perjalanan seorang hamba menuju Allah SWT. Kitab Al-Hikam yang dikenal sebagai salah satu karya monumental dalam dunia tasawuf ini membahas berbagai aspek hubungan manusia dengan Allah, termasuk bagaimana seorang hamba seharusnya bergantung sepenuhnya kepada-Nya.
Definisi Tawakal Menurut Al-Hikam
Tawakal secara bahasa berasal dari kata Arab "" yang berarti menyerahkan atau mempercayakan urusan kepada pihak lain. Dalam pengertian syar'i, tawakal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT dengan keyakinan penuh bahwa Dia-lah satu-satunya yang berkuasa memberikan manfaat dan menolak mudarat. Dalam Kitab Al-Hikam, Ibnu Atha'illah menjelaskan bahwa tawakal bukan berarti meninggalkan usaha, tetapi memahami bahwa hasil akhir dari setiap usaha sepenuhnya berada di tangan Allah.
Salah satu hikmah yang berkaitan dengan tawakal berbunyi:
"Istirahatkan dirimu dari tadbir (pengaturan), karena apa yang telah ditangani oleh selainmu tidak perlu engkau sibukkan dirimu dengannya."
Melalui hikmah ini, Ibnu Atha'illah mengajarkan bahwa manusia tidak perlu terlalu sibuk mengatur sesuatu yang berada di luar kemampuannya. Tawakal mengharuskan seseorang menyadari bahwa segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah dengan hikmah-Nya.
Tawakal dan Usaha: Dua Hal yang Saling Melengkapi
Ibnu Atha'illah tidak mengajarkan tawakal sebagai bentuk pasifisme atau menyerah tanpa usaha. Sebaliknya, ia menegaskan bahwa usaha merupakan bagian dari sunnatullah yang tidak boleh diabaikan. Dalam salah satu hikmahnya, beliau berkata:
"Termasuk tanda tawakalmu kepada Allah adalah engkau tidak meninggalkan sebab yang Allah jadikan jalan untukmu."
Ini menunjukkan bahwa usaha adalah bagian dari bentuk ketaatan kepada Allah, sementara tawakal adalah kepasrahan setelah melaksanakan usaha tersebut. Seorang hamba harus tetap berusaha semaksimal mungkin, tetapi hatinya tetap bergantung sepenuhnya kepada Allah SWT, bukan pada usaha itu sendiri.
Hakikat Tawakal Menurut Al-Hikam
Tawakal dalam Kitab Al-Hikam memiliki dimensi batiniah yang mendalam. Ibnu Atha'illah mengajarkan bahwa tawakal sejati adalah:
Menyerahkan Hasil kepada Allah
Tawakal adalah keyakinan bahwa Allah-lah yang mengatur hasil dari setiap usaha. Manusia hanya bertugas berikhtiar, sedangkan hasilnya adalah mutlak keputusan Allah.
Menghilangkan Kekhawatiran yang Berlebihan
Tawakal mengajarkan ketenangan batin. Seorang yang bertawakal tidak mudah gelisah menghadapi kesulitan karena ia percaya bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik.
Kesadaran akan Ketergantungan kepada Allah
Tawakal mengingatkan seorang hamba bahwa semua kekuatan, rezeki, dan kehidupan berasal dari Allah. Oleh karena itu, ia harus senantiasa mengandalkan Allah dalam setiap aspek kehidupannya.
Manfaat Tawakal dalam Kehidupan
Mengamalkan tawakal memberikan banyak manfaat bagi kehidupan seorang Muslim, baik secara spiritual maupun emosional:
Ketenangan Hati: Tawakal mengurangi stres karena seseorang tidak merasa terbebani oleh hasil akhir.
Kuat Menghadapi Ujian: Tawakal membuat seseorang lebih tabah dalam menghadapi ujian hidup karena ia yakin bahwa semua yang terjadi memiliki hikmah dari Allah.
Meningkatkan Keimanan: Tawakal memperkuat hubungan seorang hamba dengan Allah, sehingga iman dan ketakwaannya semakin kokoh.
Kesimpulan
Tawakal adalah inti dari keimanan seorang hamba kepada Allah SWT. Dalam Kitab Al-Hikam, Ibnu Atha'illah As-Sakandari memberikan panduan spiritual tentang bagaimana menjalankan tawakal yang benar. Tawakal tidak berarti meninggalkan usaha, melainkan menyerahkan hasil dari usaha tersebut kepada Allah dengan penuh keyakinan. Dengan memahami konsep tawakal dalam Kitab Al-Hikam, seorang Muslim dapat mencapai ketenangan jiwa, memperkuat hubungannya dengan Allah, dan menghadapi hidup dengan lebih bijaksana.
Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk mengamalkan tawakal yang sejati dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a'lam bish-shawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H