Idul Fitri menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu seluruh umat muslim di seluruh penjuru negeri usai berakhirnya bulan suci Ramadhan. Hari raya Idul Fitri kerap menjadi momen untuk bertemu, berkumpul dan bersilaturahmi dengan sanak saudara, teman dan kerabat. Idul Fitri juga dimaknai sebagai hari dimana kita kembali kepada fitrah dengan bermaaf-maafan sebagai tanda kita meraih kesucian diri.
Dalam tradisi Islam, silaturahmi lebaran adalah hal yang paling utama. Dimana momentum  ini dimaknai sebagai kesempatan saling memaafkan serta saling membuka hati dan pikiran atas khilaf dengan orang lain. Sebagai wujud nuansa fitri, lebaran bagi umat muslim menjadi sebuah peraiham kemenangan batin usai bersuci diri selama bulan Ramadhan.
Namun pandemi yang melanda dunia banyak merubah nilai-nilai hari raya Idul Fitri. Terbatasnya akses ibadah di tempat umum, regulasi protokol kesehatan yang membatasi tradisi silaturahmi lebaran dan lain sebagainya turut menggeser makna hari raya Idul Fitri selama kondisi pandemi. Suasana hari raya berjalan tak seramai layaknya kondisi normal.
Pandemi Covid-19 pertama kali muncul pada akhir tahun 2019 di kota Wuhan, dan mulai merebak secara cepat keseluruh penjuru dunia pada tahun 2020. Tak terkecuali Indonesia, pandemi Corona juga memberi banyak dampak buruk serta kesulitan bagi segala sektor kehidupan masyarakat tanah air. Kondisi semakin diperparah dengan munculnya berbagai gelombang baru penularan Covid-19 dengan mutasi varian baru.
Pada kondisi pandemi, segala tradisi dan kebiasaan hari raya masih berjalan meski dalam suasana yang berbeda. Seperti ibadah sholat Ied Fitri yang dilakukan masing-masing, bersilaturahmi dan bertukar sapa secara virtual melalui telepon dan teks pesan, serta dilarangnya mudik lebaran. Situasi yang serba dibatasi tentu menjadikan kita memaknai hari raya dengan sisi yang sulit.
Terhitung tahun ini adalah tahun ketiga kita berjumpa dengan Idul Fitri dalam kondisi pandemi. Kabar baiknya, pandemi Covid-19 di tahun 2022 ini sudah semakin berangsur membaik. Segala kebijakan dan regulasi Covid-19 yang diterapkan secara bertahap mulai dilonggarkan, seperti kembali diperbolehkannya mudik lebaran, tidak ada batasan sholat Ied berjamaah di masjid-masjid, kembali diadakannya libur hari raya dan diperbolehkannya halal bi halal dan silaturahmi secara tatap muka dengan syarat penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Pada tahun ini, kita sudah bisa kembali menjalankan rutinitas lebaran dan merasakan nuansa hari raya yang suci bersama keluarga dan sanak saudara. Kembali membaiknya situasi turut menjadi suatu berkah bagi kita. Juga agar kita dapat senantiasa bersyukur atas segala rahmat dan karunia Allah SWT.
Meski sudah semakin menemukan titik terang, namun kondisi pandemi masih belum dinyatakan usai. Menjadi kewajiban bagi kita untuk masih memberikan atensi pada kesehatan diri, serta taat menjalankan protokol kesehatan yang telah dianjurkan. Usai berangsur membaiknya pandemi, kita sebagai masyarakat harus siap menghadapi era normal baru dengan segala kondisinya.
Memaknai Idul Fitri ditengah pandemi Covid-19, kita dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pandemi Covid-19 adalah satu dari besarnya kekuasaan tuhan YME yang tak dapat kita sandingkan dengan segala kecanggihan teknologi sekalipun. Bahwasanya sebuah virus yang merupakan mahluk ciptaan tuhan, dapat memporak-porandakan kehidupan diseluruh penjuru dunia.
Kembali dilonggarkannya kebijakan beribadah ditempat umum alangkah baiknya kita manfaatkan dengan lebih meningkatkan ibadah kita, baik yang wajib ataupun ibadah sunnah. Begitupula dengan kebijakan diperbolehkannya kembali mudik dan bersilaturahmi dengan sanak keluarga dan kerabat secara langsung menjadi kesempatan bagi kita agar dapat lebih bercermin diri atas kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat dan secara tulus dari hati saling memaafkan sesama.
Pandemi Covid-19 juga mengajarkan kita untuk senantiasa berpikir positif disegala hal. Bahkan saat kondisi sulit yang menyebabkan kita tidak bisa merasakan suasana lebaran dengan khidmat pun harus kita sikapi dengan pemikiran dan tindakan yang baik agar tidak ada munculnya mispersepsi akan hal-hal yang justru akan merugikan diri kita sendiri. Pikiran positif nyatanya juga berpengaruh besar terhadap kesehatan tubuh.
Terakhir dengan adanya pandemi Covid-19, kita diajarkan untuk dapat lebih bertawakal dan memperdalam ilmu ikhlas. Bertawakal dalam bentuk menjaga kesehatan baik untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar, juga bertawakal dalam ibadah dan meninkatkan iman dan taqwa. Serta belajar ilmu ikhlas selama kita diberi cobaan. Ikhlas menerima cobaan sakit, ikhlas menerima kepergian orang yang kita cintai akibat virus Covid-19 dan ikhlas menjalankan segala protokol kesehatan dan peraturan yang diberikan.
Pada akhirnya, kita sebagai umat manusia harus senantiasa berserah diri kepada sang pencipta kita, Allah SWT. Memaknai hari raya Idul Fitri pada tahun 2022 ini, kita sebagai umat muslim tentu harus banyak lebih bersyukur atas nikmat dan karunia Allah SWT yang selalu tercurahkan kepada kita. Semoga dengan adanya pandemi, kita dapat lebih memaknai hikmah dari suatu persoalan dan cobaan  dan menyikapinya dengan lebih sabar dan ikhlas. Semoga kita juga dapat dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri di tahun depan dengan kondisi yang lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H