Kemajuan digitalisasi dalam perfilman layak diapresiasi. Pada dekade ketiga abad-21 ini, ketersediaan layanan streaming film semakin menunjukkan kepeduliannya yang tinggi pada sinema lawas dan sejarah perfilman di berbagai belahan dunia. Aplikasi mubi misalnya, beberapa tahun belakangan semakin aktif “menyelamatkan” film-film berharga dari seluruh dunia.
Perusahaan layanan film dari Turki ini telah banyak melakukan “Restorisasi dan remasterisasi” pada film-film arthouse yang diproduksi sejak 1902 dan tahun-tahun lain di mana banyak film bersejarah di banyak negara “hampir punah”. Keberadaan layanan semacam ini banyak membantu kita untuk bisa mengakses film yang diproduksi di masa lalu, tentunya dapat memberikan pengalaman berharga berupa menengok masa lalu.
Salah satu film yang ditayangkan oleh mubi adalah Bicycle Thieves (Pencuri Sepeda) atau yang dalam bahasa aslinya dikenal dengan judul Ladri di Biciclette. Film karya Vittorio de Sica ini memiliki kaitan yang erat dengan sejarah Italia pada masa pasca-Perang Dunia II. Film ini diproduksi pada tahun 1948, hanya tiga tahun setelah Italia keluar dari masa pendudukan Jerman dan mengakhiri Perang Dunia II. Negara ini mengalami krisis ekonomi dan sosial yang sangat parah setelah perang, termasuk tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan.
Banyak sineas berpendapat bahwa film Bicycle Thieves dibuat sebagai bagian dari gerakan neorealisme Italia yang berkembang pada masa pasca-Perang Dunia II. Pada dasarnya dalam dunia film, gerakan ini berusaha mencerminkan keadaan Italia pasca-Perang Dunia II dan memfokuskan pada representasi yang realistis dan autentik mengenai kehidupan rakyat biasa, khususnya mereka yang hidup di kota-kota besar.
Neorealisme mengkritik kemapanan media film Italia sebelumnya yang dianggap menunjukkan wajah tak realistis mengenai kehidupan italia. Neorealisme ini berusaha untuk menunjukkan kehidupan yang lebih dekat dengan kenyataan yang terjadi di Italia kala itu. Bicycle Thieves juga dapat dipandang sebagai upaya untuk menawarkan alternatif seni sinema dengan mengembangkan bentuk baru yang lebih representatif dan relevan dengan kehidupan rakyat biasa.
Dalam konteks menunjukkan wajah italia yang sebenarnya, film Bicycle Thieves mengeksplorasi tema-tema menohok seperti kemiskinan, ketidakadilan sosial, dan ketidakpastian ekonomi yang dihadapi oleh keluarga-keluarga buruh di kota Roma.
Film ini mengangkat kisah sederhana tentang seorang ayah yang kesulitan berjuang mencari pekerjaan. Untuk mendapatkan pekerjaan sebagai penempel poster, Antonio Riccie harus memiliki sepeda hingga harus menjual sisa harta miliknya untuk bisa membeli sepeda bekas. Pada saat bekerja, Antonio kehilangan sepedanya itu yang sangat ia butuhkan untuk bekerja. Setelah sepedanya dicuri, Antonio dan putranya Bruno harus mencari sepeda itu kembali, karena keberadaan sepeda tersebut sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka. Di sinilah kerasnya hidup dikemas dengan menyoroti juga peran keluarga dan konflik generasi antara seorang ayah dan anaknya.
Bicycle Thieves sesungguhnya merepresentasikan keadaan masyarakat Italia yang terpuruk akibat krisis ekonomi dan sosial. Banyak orang Italia yang kehilangan pekerjaan dan sulit mencari nafkah di masa krisis, seperti yang dialami oleh karakter Antonio dalam film ini. Film ini juga menggambarkan bagaimana orang Italia dari berbagai kelas sosial hidup bersama dalam kota yang padat penduduk seperti Roma, dan bagaimana kondisi tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Sisi manusiawi dari krisis sosial dan ekonomi yang sedang dihadapi Italia itu membuat film ini pernah populer di Italia dan dunia pada masanya.
Untuk lebih memahami latar belakang kehidupan kelas bawah di perkotaan Roma saat itu, penting bagi kita untuk mengetahui konteks kesejarahan berkaitan dengan keterlibatan Italia dalam Perang Dunia II. Beberapa dampak yang paling besar diantaranya adalah (1) Kerusakan infrastruktur yang diakibatkan PD II, banyak kota dan desa di Italia hancur dan rusak parah, baik oleh bom maupun oleh pertempuran darat. Rusaknya infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan, dan bangunan-bangunan penting lainnya menunjukkan betapa masifnya dampak perang bagi negara blok poros ini.
(2) Italia mengalami kerugian besar dalam bidang ekonomi akibat Perang Dunia II. Produksi industri, pertanian, dan perdagangan turun drastis akibat kerusakan infrastruktur dan keterbatasan sumber daya. (3) Krisis pangan yang besar terjadi di berbagai tempat karena banyak tanah pertanian yang hancur akibat perang dan pasokan bahan pangan dari luar negeri terhenti. Hal ini mengakibatkan banyak warga yang mengalami kelaparan dan kesulitan mencari makanan. (4) Italia juga mengalami perubahan politik signifikan akibat Perang Dunia II.
Kekuasaan rezim fasis Mussolini digulingkan oleh Sekutu pada tahun 1943, dan Italia lalu bergabung dengan Sekutu untuk melawan Jerman. Sayangnya perubahan haluan ini justru menambah penderitaan Italia. Kematian belasan ribu tentara Italia yang kalah di berbagai front turut menambah daftar panjang bukti kesalahan langkah Italia sejak awal keterlibatannya pada Perang Dunia II (5) Tentunya segala goncangan itu mengakibatkan terjadinya perubahan sosial dan budaya yang signifikan dalam masyarakat Italia, terutama di kota besar.
Film sedikit banyak telah mampu merepresentasikan keadaan sesungguhnya dari sebuah realitas zaman. Aliran neorealisme yang kita bahas sebelumnya telah membantu memberi sedikit gambaran tantangan apa yang dihadapi kelas menengah pada masa krisis yang diakibatkan perang Dunia II. Melalui film, ataupun untuk film, kita terkadang dapat belajar memahami latar belakang zaman atau konteks sejarah di mana film itu dibuat, sehingga Bicycle Thieves mungkin bisa memberi sedikit sudut pandang penting bagi kita yang hidup di era yang berbeda. Pada akhirnya kita dapat mengakui bahwa film tertentu dapat menawarkan sebuah refleksi yang kontekstual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H