Mohon tunggu...
PenaZevanya.
PenaZevanya. Mohon Tunggu... Penulis - Siswa/Penulis 'Karet, dan Getah'

Sejak usia tujuh tahun, saya gemar menulis. Saya mudah jatuh cinta dengan buku-buku jadul, meski halamannya lecek dan keriting bagai rambut yang habis dicatok. I'm extremely flexible, so artikel-artikel yang saya tulis di sini beragam, agar kalian tidak mempunyai ruang untuk kebosanan, hehe! sekaligus agar saya mendapatkan cuan-cuan wangyԅ(¯﹃¯ԅ).

Selanjutnya

Tutup

Beauty

16 Bahan Berbahaya yang Sering Ada di Skincare-Skincare Zaman Sekarang

7 Oktober 2024   18:50 Diperbarui: 7 Oktober 2024   19:19 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Halo, teman-teman kompasianer! Aku balik lagi nihh untuk membahas sains! Sebenarnya kalau kalian rutin pakai skincare itu gapapa, justru bagus banget! Karena penggunaan produk skincare ini esensial bagi banyak individu,yang menjaga kesehatan dan kecantikan kulit sekarang ngga cuma Gen Z doang loh! Tapii, kalian harus baca caution dan guides yang biasa tertulis di box skincare dulu ya!

'Emangnya kenapa?'


Sebab ngga semua produk skincare diciptakan dengan bahan kimia yang sama! Beberapa bahan yang terdapat dalam produk skincare justru bisa memiliki dampak negatif bagi kesehatan kita jika digunakan secara non-stop, makanya sebagian besar skincare memiliki batasan penggunaannya dalam seminggu. Jadi, yukk kenali bahan-bahan berbahaya yang umumnya terdapat dalam produk skincare, supaya kita bisa mengurangi risiko yang mungkin timbul!

Beberapa Contoh Bahan Berbahaya yang Perlu Diwaspadai dalam Produk Skincare:

1. Paraben.

Paraben adalah bahan pengawet yang umumnya ditemukan dalam berbagai produk skincare kayak pelembap(moisturizer), deodoran, dan makeup. Fungsi utama dari paraben adalah untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur dalam produk tersebut. Meskipun demikian, paraben diidentifikasi sebagai endocrine disruptor, yang dapat mengganggu sistem hormonal dengan meniru hormon estrogen dalam tubuh. Secara automatis, endocrine disruptor berpotensi menyebabkan ketidakseimbangan hormonal. Beberapa penelitian juga mengaitkan penggunaan paraben dengan peningkatan risiko kanker payudara. Beberapa jenis paraben yang sering dipakai meliputi methylparaben, propylparaben, butylparaben, dan ethylparaben.


2. Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dan Sodium Laureth Sulfate (SLES).

SLS dan SLES adalah jenis bahan surfaktan yang banyak digunakan dalam produk pembersih wajah, sabun, shampoo, dan pasta gigi karena kemampuannya dalam membentuk busa. Sayang sekalii, kedua bahan ini dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan mata, terutama jika kalian mempunyai kulit yang sensitif. Lebih lanjut, SLES sering kali terkontaminasi oleh 1,4-dioxane dan zat karsinogenik yang dapat membahayakan kesehatan jika diserap kulit.

3. Formaldehida dan Releasers Formaldehida.

Formaldehida digunakan sebagai bahan pengawet kuat dalam produk skincare untuk menghambat pertumbuhan mikroba. Namun, formaldehida diketahui sangat berbahaya karena bersifat karsinogenik(dapat menyebabkan kanker), serta dapat menimbulkan iritasi kulit dan reaksi alergi. Aditif kimia lain yang dapat melepaskan formaldehida dalam produk skincare meliputi DMDM hydantoin, quaternium-15, imidazolidinyl urea, dan diazolidinyl urea.

4. Phthalates.

Phthalates adalah senyawa kimia yang sering dipakai untuk meningkatkan tekstur atau aroma produk perawatan kulit, terutama dalam parfum. Meskipun demikian, phthalates juga termasuk dalam kategori endocrine disruptor yang bisa mengacaukan keseimbangan hormonal dan mempengaruhi masalah reproduksi serta perkembangan. Adapun beberapa jenis phthalates yang umum digunakan antara lain diethyl phthalate (DEP), dibutyl phthalate (DBP), dan diethylhexyl phthalate (DEHP).

5. Mineral Oil(Minyak Mineral).

Minyak mineral merupakan produk hasil samping dari proses penyulingan minyak bumi, kerap digunakan dalam skincare sebagai pelembap(moisturizer). Namun, perlu diingat bahwa minyak mineral yang tidak mengalami proses pemurnian yang memadai bisa mengandung senyawa karsinogenik seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH). Pemakaian minyak mineral yang tidak bersih juga dapat mengakibatkan penyumbatan pori-pori dan munculnya jerawat pada kulit yang sensitif.

6. Hydroquinone.

Hydroquinone adalah bahan pemutih kulit yang umum digunakan dalam produk pencerah kulit untuk mengatasi bintik-bintik gelap dan hiperpigmentasi. Namun, penggunaan hydroquinone jangka panjang dapat menghasilkan ochronosis, yakni suatu kondisi di mana kulit mengalami perubahan warna menjadi hitam biru yang sulit dikoreksi. Efek samping lain yang mungkin timbul adalah iritasi kulit dan risiko karsinogenik berdasarkan penelitian pada hewan.

7. Triclosan.

Triclosan adalah senyawa antibakteri yang lazim digunakan dalam produk pembersih dan deodoran. Meskipun memiliki kemampuan membunuh bakteri, triclosan dihubungkan dengan resistensi antibiotik, gangguan hormonal, dan iritasi kulit. Selain itu, terdapat kekhawatiran bahwa penggunaan triclosan bisa meningkatkan risiko perkembangan alergi dan asma pada sebagian pribadi.

8. Oxybenzone.

Oxybenzone digunakan dalam sejumlah produk tabir surya, bertujuan untuk melindungi kulit terhadap sinar ultraviolet (UV). Namun, substansi ini bisa diserap melalui kulit dan diyakini memiliki dampak negatif pada keseimbangan hormon serta potensi merusak sistem endokrin. Selain itu, oxybenzone turut berperan dalam degradasi terumbu karang di lingkungan laut, sehingga sebagian negara telah menerapkan larangan terhadap penggunaannya dalam produk tabir surya.

9. Artificial Fragrance(Pewangi Buatan).

Produk skincare seringkali mengandung pewangi buatan guna memberikan aroma yang menarik. Sayangnya, bahan-bahan dalam pewangi itu tak selalu dijelaskan secara detail, padahal bisa menimbulkan iritasi, alergi, atau bahkan sakit kepala bagi orang-orang dengan indra penciuman yang sensitif. Selain itu, sebagian pewangi buatan mengandung phthalates yang bisa mengganggu keseimbangan hormon.

10. Alcohol Denat (Denatured Alcohol).

Alkohol denat sering digunakan dalam toner dan produk perawatan kulit lainnya karena dapat meningkatkan penyerapan bahan aktif ke dalam kulit. Meskipun menghadirkan sensasi segar, penggunaan alkohol denat dalam konsentrasi tinggi atau berlebihan dapat menyebabkan kulit menjadi kering, iritasi, dan merusak pelindung alami kulit.

11. Silicone.

Silicone adalah bahan yang umumnya digunakan dalam produk pelembap dan primer untuk mencapai hasil akhir yang halus pada kulit. Namun, silikon memiliki potensi untuk menyumbat pori-pori, memicu jerawat, dan menghambat pernapasan kulit secara optimal. Penggunaan silikon dalam jangka panjang bisa memperparah masalah kulit seperti komedo.

12. Talc.

Talc adalah mineral yang sering dimanfaatkan dalam bedak dan berbagai produk makeup. Namun demikian, penting untuk diingat bahwa talc bisa terkontaminasi oleh asbestos, sebuah zat yang berkaitan dengan risiko kanker paru-paru jika terhirup dalam jangka panjang. Beberapa penelitian juga telah mengaitkan penggunaan talc dengan peningkatan risiko kanker ovarium, terutama jika digunakan di area intim.

13. Polyethylene Glycol (PEG).

PEG merupakan bahan pengemulsi dan pelarut yang umumnya digunakan dalam berbagai produk perawatan kulit, bertujuan untuk mendukung penyerapan bahan lain ke dalam kulit. Namun, disayangkan, PEG sering terkontaminasi dengan 1,4-dioxane, suatu senyawa yang dianggap karsinogen dan berpotensi berbahaya apabila diserap oleh kulit dalam jangka panjang. Lebih lanjut, penggunaan PEG juga dapat memicu iritasi kulit dan memperparah kondisi kulit yang sensitif.

14. Retinol.

Retinol adalah salah satu bentuk vitamin A yang populer digunakan dalam produk anti-penuaan. Kandungan ini memiliki kemampuan untuk merangsang regenerasi kulit dan meningkatkan produksi kolagen. Meskipun sangat efektif dalam memperbaiki tampilan kulit, retinol dapat menimbulkan beberapa efek samping yang perlu diawasi.
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi akibat penggunaan retinol adalah iritasi, kekeringan, kemerahan, dan peningkatan kepekaan terhadap paparan sinar matahari. Oleh karena itu, sangat penting untuk menggunakan retinol dengan hati-hati dan mengikuti instruksi penggunaan yang disarankan oleh produsen; serta mengingat bahwa penggunaan retinol pada wanita hamil sangat dilarang, sebab retinol dapat menyebabkan kelainan pada perkembangan janin dan berisiko bagi kesehatan bayi yang sedang dikandung. Jika kalian lagi hamil atau berencana hamil, aku saranin untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kecantikan sebelum menggunakan produk apapun itu yang mengandung retinol, okei?

15. Methylisothiazolinone (MIT) dan Methylchloroisothiazolinone (MCIT).

MIT dan MCIT adalah bahan pengawet yang digunakan untuk menghentikan pertumbuhan bakteri dalam produk perawatan kulit. Meskipun demikian, kedua bahan ini diketahui dapat menyebabkan reaksi alergi serius, seperti dermatitis kontak. Beberapa negara telah membatasi penggunaan MIT dan MCIT karena tingginya risiko iritasi, terutama pada kulit yang sensitif.

16. Benzoyl Peroxide.

Terakhir, Benzoyl Peroxide! Senyawa kimia ini memang sudah digunakan secara luas dalam produk perawatan jerawat karena dapat membunuh bakteri penyebab jerawat. Namun, penggunaan Benzoyl juga bisa menimbulkan iritasi kulit, kekeringan, dan kemerahan pada sebagian individu. Selain itu juga, penggunaan benzoyl peroxide dapat meningkatkan sensitivitas kulit terhadap paparan sinar matahari.

Kesimpulan.

Jadi, guys, kalo kalian lagi jalan-jalan ke mall dan liat toko skincare, kalian mesti jeli banget baca labelnya dan paham bahan-bahan yang dipakai, juga cara penggunaannya. Kalo ga paham juga gaperlu ribet, cuma butuh keberanian aja untuk tanya-tanya sama beauty advisornya. Ini wajib banget ya! Daripada kalian beli produk skincare mahal banget tapi muka malah bruntusan atau badan kalian gatel-gatel. Karena masih banyak produsen di luar sana yang membuat skincare memakai bahan-bahan kayak paraben, phthalates, SLS, dan formaldehida, yang bisa bikin kulit kita iritasi, rusak, atau bahkan mengganggu hormon jangka panjang. Jangan asal pilih yang lagi tren atau influencer favorit kalian rekomendasiin---pastiin juga ya produknya aman buat kulit kalian!

Nah, jujur aja, sebagian besar produk skincare aku juga dibuat menggunakan benzoyl peroxide, dan bermacam-macam PEG, tapi jangan paranoid, ya guys! Benzoyl ini efektif banget buat jerawat, dan PEG pun membantu mencegah kulit agar tidak kering---asalkan cara pakenya bener! Kalo kulit kalian jadi kering atau merah, jangan panik! Tinggal atur penggunaannya atau imbangi dengan moisturizer. Skincare itu soal cocok-cocokan, jadi jangan paranoid sendiri, asal kalian tahu batasannya dan sadar bahan apa aja yang kira-kira bisa bahaya buat jangka panjang!

Yang penting, pilih skincare yang cocok sama kulit kalian dan gak berisiko buat kesehatan. Jangan cuma mikirin hasil instan, tapi pikirin juga efeknya di masa depan. Be smart, pilih produk yang aman, supaya kulit kita tetap sehat dan glowing!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun