Mohon tunggu...
Lisno Setiawan
Lisno Setiawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Santai, Setia, Solusi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Harganas: Sebuah Harga Pengabdian Inter Generasi Indonesia

22 Juli 2015   08:49 Diperbarui: 22 Juli 2015   08:49 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan ekonomi nasional yang cukup baik pada akhir dasawarsa ini diikuti pula dengan perkembangan jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah 255,5 juta jiwa. Secara persentase persentase penduduk Indonesia tersebut dapat dibagi pada beberapa kelompok yakni pertama, kelompok usia produktif sebanyak 73 persen termasuk penduduk usia remaja 27 persen,  kedua, kelompok anak dan balita sebesar 18,5 persen, serta ketiga, kelompok lanjut usia sebesar 8,5 persen.  Dari proporsi penduduk Indonesia tersebut maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni:

  1. Tingginya proporsi penduduk usia produktif dapat menjadikan potensi bonus demografi;
  2. Kelompok lansia yang juga semakin besar dan termasuk 5 terbesar di dunia membuat Indonesia lebih dekat dengan sebutan aging population. Hal ini dipengaruhi dengan meningkatnya angka harapan hidup yakni 72 (2014) sebelumnya 70,6 (2010).

Perbandingan jumlah penduduk Indonesia saat ini mengingatkan dengan jumlah penduduk Jepang pada tahun 1950 yakni bentuk piramida. Saat itu Jepang mulai bangkit dari keterpurukan setelah kekalahan pada periode perang dunia kedua.  Akhirnya Jepang berhasil membangun negerinya menjadi negara yang maju dengan memanfaatkan bonus demografi yang dimilikinya. Tentu saja dengan saat ini Indonesia memiliki tantaangan yang berbeda baik dari segi kondisi nasional dan internasional.

[caption caption="piramida"][/caption]

Dari segi kemampuan ekonomi, masyarakat Indonesia saat ini didominasi oleh kelompok menengah.  Berdasarkan data  World Bank (2011), jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 berdasarkan pendapatan per kapita dibagi kelas menengah (US$ 2-US$20) sebesar 56,5 persen, yang diikuti peringkat kedua dan ketiga yakni kelas bawah (0 – US$2) sebesar 43,2 persen dan kelas atas (US$ 20 ke atas) hanya 0,2 persen. Komposisi ini jelas menggambarkan bahwa penduduk kelas menengah merupakan kontributor ekonomi sekaligus potensi pasar terbesar di Indonesia. Namun dari statistik di atas yang perlu dicermati adalah bahwa besarnya jumlah kelas penduduk menengah yang berada sedikit di atas kelompok bawah/miskin atau biasa disebut kelompok hampir miskin (US$2-US$4) yang justru persentase terbesar yakni 38,5 persen. Kelompok ini sangat rentan terkena dampak kebijakan-kebijakan ekonomi yang berakibat mudanya turun kasta ke tingkat bawah/miskin, sedangkan secara hukum ekonomi tingkat konsumsi sulit untuk diturunkan.       

Apakah bonus demografi bisa membantu Indonesia untuk menjadi negara yang lebih berkualitas? Apabila kita berpatokan pada negara Jepang tahun 1950 yang berhasil melakukan gerakan kebangkitan nasional sehingga 20 tahun setelahnya mereka menjadi bangsa yang maju dengan capaian angka GDP per capita sebesar 17.475 pada tahun 1970.  Indonesia dengan segala limpahan sumber daya alam, maka seharusnya hal itu bukanlah suatu yang mustahil. Tentu saja kita tidak dapat menggantungkan dengan kinerja ekonomi semata yang memiliki banyak faktor dalam tumbuh kembangnya. Namun pengelolaan sumber daya manusia (SDM) jelas kunci utama dalam menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Manajemen SDM  yang terbaik tidak salah lagi adalah keluarga. Oleh karena itu tidak salah apabila gerakan kebangkitan yang dipropagandakan oleh Presiden Jokowi dengan slogan yang cukup terkenal saat kampanye tahun 2014 yakni Revolusi Mental sangat tepat apabila dimulai dari tingkat paling bawah yakni keluarga.

Seperti kata pepatah Cina, perjalanan ribuan mil selalu dimulai dari langkah pertama. BKKBN sebagai koordinator penyusunan kebijakan di bidang pembangunan keluarga telah menyusun konsep pembangunan berbasis keluarga.  Secara prinsip konsep tersebut telah terbagi dengan struktur kinerja input-proses-ouput. Suatu sistem standar dari penganggaran berbasis kinerja.

[caption caption="KB"]

[/caption]

Input berisikan data-data kuantitas (jumlah dan struktur), kualitas (data data pendidikan, kesehatan/gizi, agama, dan pola pengasuhan), dan beragam masalah keluarga (pernikahan dini, kemiskinan, dan lainnya). Sasaran kelompok strategis adalah balita dan anak, remaja, serta lansia.  Kelompok balita dan anak merupakan representasi generasi yang menentukan masa depan negara dalam jangka panjang. Sedangkan kelompok remaja merupakan representasi generasi yang akan mulai dan bersiap-siap menjadi tulang punggung negara. Sementara kelompok lansia adalah masyarakat yang menjadi cermin kemakmuran dan keberadaban suatu bangsa.

Pada tahapan proses banyak berkutat tentang sinergi antara Pemerintah dan masyarakat akan menentukan keberhasilan program-program yang dicanangkan. Perlu kita ketahui Pemerintah sudah mencanangkan pemenuhan anggaran kesehatan 5 persen terhadap APBN dan 10 persen terhadap APBD. Perlu kita ketahui BKKBN merupakan salah satu lembaga yang merupakan pilar pelaksana anggaran kesehatan di Indonesia bersama Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Tentu saja masyarakat sebagai subyek pembangunan memiliki peran yang lebih krusial.  Pendidikan yang berbasis komunitas seperti PAUD dan TPA di tingkat balita, pramuka dan karang taruna di tingkat remaja, serta perkumpulan komunitas seperti majelis taklim atau paguyuban di tingkat dewasa merupakan wahana paling efektif dalam langkah persuasif program keluarga berencana. Terdapat beberapa program unggulan yang patut kita ketahui yakni:

  1. Bina Keluarga Balita. Sasaran kegiatan ini adalah penyuluhan KB, bimbingan cara, pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang balita dan anak. Pada masa golden age (0-7 tahun) merupakan tahapan terbaik bagi anak untuk belajar karakter. Penemuan potensi pada anak serta kekuatan untuk bertahan terhadap permasalahan merupakan suatu hal yang cukup krusial.
  2. Program Generasi Berencana. Sasaran kegiatan ini untuk pemberdayaan pelajar/mahasiswa serta remaja yang akan menjadi calon keluarga agar memiliki keahlian/kemampuan yang bermuara pada kepercayaan diri dan pada akhirnya menjadi keluarga tangguh. Program ini harus disenergikan dengan kurikulum pada mata kuliah di universitas. Bahkan program ini menjadi solusi cespleng terkait makin banyaknya pengangguran terdidik jebolan universitas-universitas. Dengan mengasah jiwa jiwa kewirausahaan, maka diharapkan remaja dapat lebih percaya diri untuk terjun dalam dunia usaha yang rationya masih di bawah negara tetangga;
  3. Program lansia tangguh. Program ini untuk mewujudkan lansia yang sehat secara fisik, sosial, dan mental, mandiri, aktif, dan produktif.  Dengan capaian angka umur harapan hidup yang relatif baik, tentu Pemerintah tinggal melanjutkan program-program yang baik untuk para lansia. Penyertaan para lansia untuk kegiatan-kegiatan sosial yang dapat dibiayai melalui program corporate social responsibility akan sangat efektif dalam menyukseskan sasaran program ini.

Beberapa langkah terkait program keluarga berencana yang dilaksanakan secara konsisten dan kontinyu akan menjadi suatu budaya bangsa. Salah satu yang perlu diapresiasi adalah pelaksanaan Harganas XXII tahun 2015 yang akan diselenggarakan di kota Tangerang Selatan pada tanggal 29 Juli sampai dengan 1 Agustus 2015. Kegiatan semacam ini diharapkan tidak menjadi kegiatan simbolik dan formalitas belaka tapi lebih mengingatkan sebagai hitungan mundur dalam pemenuhan target-target yang dicanangkan. Pada akhirnya pelembagaan budaya keluarga berencana akan menjadi titik balik kebangkitan bangsa. Suatu revolusi karakter/mental yang dibayar melalui suatu harga yakni sinergi dan keseriusan pemerintah dan masyarakat. Apabila prasyarat ini tercapai, maka impian negara Indonesia yang maju bukan menjadi suatu hal yang mustahil bukan?

    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun