Mohon tunggu...
Zetty Azizatun Nimah
Zetty Azizatun Nimah Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah_Guru ngaji_Dosen_Instruktur

Hobi membaca dan menulis, travelling, mengajar, bercerita, melakukan sesuatu yang baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Berbasis Toleransi di Madrasah Upaya Membangun Generasi yang Harmoni

31 Januari 2025   10:35 Diperbarui: 31 Januari 2025   10:35 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Madrasah Berbasis Kurikulum Toleransi dengan seting Keragaman (Ilustrasi Pribadi)

Rasionalisasi Implementasi Kurikulum Berbasis toleransi di Madrasah

Keragaman merupakan realitas yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam lingkungan madrasah. Indonesia sebagai negara dengan keberagaman suku, budaya, dan agama membutuhkan sistem pendidikan yang mampu mengakomodasi perbedaan tersebut agar tidak menjadi sumber konflik, tetapi justru menjadi kekuatan dalam membangun keharmonisan sosial. Dalam konteks ini, madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai kebersamaan, menghargai perbedaan, dan membangun kesadaran bahwa pluralitas merupakan sunnatullah yang harus diterima dengan sikap terbuka dan positif. Oleh karena itu, implementasi kurikulum berbasis toleransi di madrasah sangat relevan untuk memastikan peserta didik memiliki wawasan inklusif dalam menghadapi realitas keberagaman.

Dalam paradigma cinta dan kasih sayang, pendidikan di madrasah harus didasarkan pada nilai-nilai rahmatan lil 'alamin yang diajarkan dalam Islam. Konsep ini menekankan bahwa Islam mengajarkan cinta dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia tanpa memandang perbedaan latar belakang. Implementasi kurikulum berbasis toleransi harus mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam berbagai aspek pembelajaran, baik melalui pendekatan pedagogi yang humanis maupun dalam interaksi antara guru dan siswa. Ketika madrasah menanamkan nilai cinta dan kasih sayang dalam proses pembelajaran, peserta didik akan tumbuh dengan sikap empati, saling menghormati, dan memiliki kesadaran sosial yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan dalam toleransi beragama menjadi bagian penting dalam kurikulum madrasah, mengingat peran agama yang sangat dominan dalam kehidupan masyarakat. Kurikulum harus dirancang untuk memberikan pemahaman bahwa Islam mengajarkan kedamaian dan menghormati keyakinan orang lain. Materi pelajaran seperti akidah, akhlak, dan sejarah Islam harus dikontekstualisasikan agar peserta didik tidak hanya memahami ajaran Islam secara tekstual, tetapi juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui metode pembelajaran yang berbasis diskusi, studi kasus, dan pendekatan berbasis pengalaman (experiential learning), peserta didik akan lebih mudah memahami pentingnya sikap moderasi dalam beragama dan menjadikannya sebagai bagian dari karakter mereka.

Peran madrasah dalam membangun toleransi tidak hanya terbatas pada ranah kurikulum, tetapi juga dalam kultur dan kebijakan kelembagaan. Madrasah harus menjadi ruang yang kondusif bagi penguatan sikap toleran dengan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan harmonis. Kegiatan ekstrakurikuler seperti dialog lintas agama, program bakti sosial bersama komunitas lain, serta pembiasaan budaya santun dan gotong royong dapat menjadi sarana efektif dalam menanamkan nilai toleransi. Selain itu, guru sebagai role model juga memiliki peran strategis dalam memberikan teladan sikap inklusif dan moderat kepada peserta didik. Dengan peran aktif madrasah dalam membangun toleransi, diharapkan generasi yang lahir dari sistem pendidikan ini dapat menjadi agen perdamaian dan persatuan dalam masyarakat yang majemuk.

Nilai-nilai Toleransi Beragama yang Diinternalisasikan di Madrasah

  1. Cinta dan Kasih Sayang. Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam menanamkan nilai cinta dan kasih sayang sebagai dasar utama dalam interaksi sosial. Islam mengajarkan bahwa setiap manusia adalah ciptaan Allah yang harus dihormati dan disayangi, tanpa memandang perbedaan suku, budaya, maupun agama. Sikap kasih sayang ini diwujudkan dalam pembelajaran yang menekankan empati, kepedulian terhadap sesama, serta sikap tidak membeda-bedakan dalam bergaul. Dengan demikian, peserta didik tumbuh menjadi individu yang memahami bahwa cinta dan kasih sayang adalah elemen penting dalam membangun masyarakat yang harmonis.
  2. Penghargaan
    Penghargaan terhadap perbedaan merupakan kunci utama dalam membangun sikap toleransi beragama. Di madrasah, penghargaan ini ditanamkan dengan mengajarkan kepada peserta didik untuk menghormati keyakinan, ibadah, serta kebiasaan orang lain. Sikap ini dikembangkan melalui kegiatan seperti diskusi lintas budaya, pemahaman sejarah keberagaman, dan pembiasaan bertutur kata yang baik terhadap semua orang. Dengan adanya sikap penghargaan, madrasah berkontribusi dalam membentuk generasi yang tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu perpecahan.
  3. Keterbukaan
    Madrasah menanamkan sikap keterbukaan dalam menerima perbedaan pendapat dan keyakinan. Islam sendiri mengajarkan pentingnya berpikir kritis serta berdialog dengan baik terhadap perbedaan. Melalui pembelajaran berbasis diskusi dan kajian lintas perspektif, peserta didik dilatih untuk memahami berbagai sudut pandang dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan keterbukaan ini, peserta didik tidak hanya menjadi individu yang toleran, tetapi juga mampu membangun komunikasi yang sehat dalam keberagaman.
  4. Persatuan
    Toleransi bukan hanya sekadar menerima perbedaan, tetapi juga membangun persatuan dalam kebhinekaan. Di madrasah, persatuan dikembangkan melalui kegiatan kolaboratif seperti gotong royong, kerja sama dalam proyek keagamaan dan sosial, serta pemahaman bahwa Islam mengajarkan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah. Dengan menanamkan nilai persatuan, madrasah mendidik peserta didik untuk tidak mudah terpecah oleh perbedaan dan lebih mengutamakan kepentingan bersama dalam kehidupan sosial.
  5. Kebebasan yang Dipertanggungjawabkan. Islam memberikan kebebasan dalam berpendapat dan berkeyakinan, tetapi kebebasan ini harus diiringi dengan tanggung jawab. Di madrasah, peserta didik diajarkan untuk mengekspresikan pendapat dan keyakinan mereka tanpa merugikan atau menyinggung orang lain. Kebebasan ini diajarkan melalui diskusi yang berlandaskan etika, serta pembiasaan dalam menyampaikan pendapat dengan cara yang santun dan ilmiah. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya memahami hak-hak mereka, tetapi juga batasan yang harus dijaga demi menjaga harmoni sosial.
  6. Kerjasama
    Dalam kehidupan yang penuh dengan keberagaman, kerja sama menjadi nilai penting yang harus ditanamkan sejak dini. Madrasah mengajarkan peserta didik untuk bekerja sama dengan siapa saja tanpa melihat latar belakang agama atau suku. Melalui proyek sosial, kegiatan kemanusiaan, dan program ekstrakurikuler, peserta didik dilatih untuk saling membantu dan bekerja dalam tim yang heterogen. Dengan membiasakan kerja sama dalam keberagaman, madrasah membentuk generasi yang mampu berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan saling mendukung.

Melalui internalisasi nilai-nilai toleransi beragama ini, madrasah berperan sebagai institusi yang tidak hanya mencetak generasi yang taat beragama, tetapi juga memiliki karakter yang inklusif, damai, dan siap hidup berdampingan dalam keberagaman sehingga tercipta generasi yang harmoni di tengah keragaman.

  • Al-Qur'an dan Hadis

    • QS. Al-Hujurat (49): 13 -- tentang persaudaraan manusia dan penghargaan terhadap perbedaan.
    • QS. Al-Mumtahanah (60): 8 -- tentang pentingnya berbuat adil kepada orang yang berbeda keyakinan.
    • Hadis Nabi: "Tidak beriman seseorang dari kalian hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari & Muslim).
  • Buku dan Jurnal Akademik

    • Asmani, Jamal Ma'mur. (2012). Pendidikan Karakter di Zaman Modern: Konsep & Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan Islam. Yogyakarta: Diva Press.
    • Abidin, Zainal. (2019). Pendidikan Toleransi Beragama: Perspektif Islam dan Implementasinya di Sekolah. Jurnal Pendidikan Islam, 7(2), 150-165.
    • Suwito, Suwito & Mukhibat, Mukhibat. (2018). Pendidikan Islam dan Toleransi Beragama di Indonesia. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 15(1), 75-90.
  • Dokumen Resmi Kementerian Agama dan Pendidikan

    • Kementerian Agama RI. (2020). Modul Moderasi Beragama untuk Madrasah. Jakarta: Kemenag RI.
    • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2021). Peta Jalan Pendidikan Karakter 2021-2035.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun