Mohon tunggu...
Zetty Azizatun Nimah
Zetty Azizatun Nimah Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah_Guru ngaji_Dosen_Instruktur

Hobi membaca dan menulis, travelling, mengajar, bercerita, melakukan sesuatu yang baru

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pentingnya Emotional Parenting Bagi Kesehatan Mental Anak

24 Januari 2025   13:00 Diperbarui: 24 Januari 2025   12:25 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, tantangan dalam pengasuhan semakin kompleks. Anak-anak sering kali dihadapkan pada tekanan emosional yang berasal dari lingkungan sosial, akademis, atau bahkan keluarga. Ketidakmampuan mengelola emosi dapat berujung pada berbagai masalah, seperti perilaku agresif, kecemasan, depresi, atau rendahnya rasa percaya diri. Belajar dari berbagai kasus nyata, pola asuh berbasis emosi menjadi penting untuk memberikan fondasi kesehatan emosional yang kuat pada anak.

Banyak kasus yang menunjukkan ketidakstabilan emosi anak. Agresivitas, sebagai contoh seorang anak berusia 8 tahun sering menunjukkan perilaku agresif di sekolah, seperti memukul teman dan membantah guru. Setelah ditelusuri, ternyata anak tersebut merasa tidak didengar di rumah. Orang tuanya cenderung mengabaikan ekspresi emosi anak dan memarahi setiap kali anak menangis atau marah.

Kecemasan berlebihan, seorang remaja berusia 13 tahun mengalami kecemasan berlebih, terutama menjelang ujian sekolah. Ia sering menangis, sulit tidur, dan merasa takut membuat kesalahan. Ternyata, pola asuh di rumah yang sangat menuntut nilai sempurna memicu rasa takut akan kegagalan.

Kesulitan mengelola konflik, seorang anak remaja sering terlibat konflik dengan teman-temannya. Ia mudah marah dan sulit meminta maaf. Saat orang tua diintervensi, diketahui bahwa mereka cenderung mengabaikan konflik di rumah, sering memarahi tanpa memberi kesempatan untuk berdiskusi.

Kasus-kasus ini akan menjadi kasus psikis yang akan merugikan pada perkembangan emosional anak di masa depannya. Maka penting bagi orang tua memahami Pola Asuh Berbasis Emosi (Emotional Parenting). Pola asuh berbasis emosi adalah pendekatan dalam mendidik anak yang berfokus pada pengelolaan, pengenalan, dan pemahaman emosi anak, serta membantu anak mengembangkan keterampilan emosional secara sehat. Pendekatan ini melibatkan hubungan yang empatik, komunikasi yang terbuka, dan mendukung regulasi emosi anak untuk tumbuh menjadi individu yang tangguh secara emosional.

Prinsip Dasar Pola Asuh Berbasis Emosi

  1. Pengenalan Emosi. Orang tua mengenali dan memahami emosi anak, baik emosi positif seperti bahagia maupun emosi negatif seperti marah atau sedih.
  2. Validasi Emosi Anak. Orang tua menerima dan menghargai perasaan anak tanpa menghakimi, memberikan rasa aman untuk mengekspresikan emosinya.
  3. Empati
    Menempatkan diri dalam posisi anak dan merespons dengan penuh kasih sayang sehingga anak merasa dimengerti.
  4. Pembelajaran Pengelolaan Emosi. Membantu anak belajar cara yang sehat untuk menghadapi dan mengatasi emosi, seperti bernapas dalam-dalam saat marah atau berbicara tentang perasaan mereka.
  5. Komunikasi yang Terbuka dan Positif. Orang tua membangun dialog yang terbuka, sabar mendengarkan, dan mendorong anak untuk berbagi pikiran serta perasaan.

Langkah-Langkah Praktis emosional parenting

  1. Berikan Nama pada Emosi. Ajarkan anak mengenali dan menamai emosi mereka, seperti mengatakan: "Kamu terlihat sedih. Apa yang membuatmu merasa seperti itu?"
  2. Ajarkan Pemecahan Masalah. Bantu anak memikirkan solusi saat menghadapi situasi sulit, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, "Menurutmu, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya?"
  3. Modelkan Regulasi Emosi. Tunjukkan bagaimana Anda mengelola emosi Anda sendiri, sehingga anak dapat mencontohnya.
  4. Berikan Ruang untuk Ekspresi. Jangan langsung menekan emosi anak. Misalnya, jika anak menangis, biarkan mereka meluapkan emosinya sebelum mengajak mereka berbicara.
  5. Gunakan Bahasa Positif. Hindari kritik berlebihan dan gunakan kata-kata yang membangun untuk mendukung perkembangan emosional anak.

Bilamana orang tua sudah memiliki bekal tentang emotional parenting dan diterapkan pada pengasuhan sehari-hari maka akan merasakan bagaimana anak bisa mengontrol emosi mereka, anak memiliki regulasi emosi yang lebih baik, anak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik, anak lihai membangun hubungan yang lebih dekat dan penuh kasih antara orang tua dan anak  tumbuh dengan kepercayaan diri tinggi dan empati terhadap orang lain.

Pola asuh berbasis emosi bukan hanya pendekatan pengasuhan yang "baik untuk dilakukan", tetapi merupakan kebutuhan penting untuk menghadapi tantangan emosional anak di dunia modern. Dengan pendekatan ini, anak akan tumbuh menjadi individu yang lebih kuat, berempati, dan mampu mengelola tekanan kehidupan dengan baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun