Sebagai orang tua yang sangat menyayangi anak-anaknya, tentu memenuhi semua kebutuhan, kenyamanan, fasilitas menjadi hal utama sebagai bentuk tanggung jawab dan rasa syukur menerima amanah yang diberikan Sang Pencipta. Terkadang pemenuhan kebutuhan anak terlihat berlebihan sehingga anak dimanja, dan selalu dalam zona nyaman karena segala kesulitan sudah diantisipasi orang tua agar anak tinggal belajar. Tindakan memanjakan anak yang berlebihan justru akan menjadi boomerang bagi anak. Anak akan tumbuh menjadi jiwa yang lembek, gampang patah arang, tidak bisa survive menghadapi kenyataan hidup, gampang putus asa atau sering kita sebut menjadi generasi strawberry
Membentuk anak menjadi lebih tangguh dan mampu bertahan dalam berbagai situasi (resilience) membutuhkan pendekatan yang terencana dan berkelanjutan. Mengikutsertakan anak dalam ajang kompetisi bisa menjadi cara efektif untuk membentuk mental mereka menjadi lebih tangguh dan survive.
Teringat pada anak putri kami no 2, sejak TK ia mempunyai keberanian untuk mengikuti ajang kompetisi apapun. Mulai dari fashionshow, Da'i Cilik, pidato, qiroah, cipta baca puisi. mendongeng. Setiap perlombaan yang dia ikuti pasti akan kami dorong untuk ikut serta, walaupun seringkali tidak menang. Ternyata menang itu adalah tambahan, yang paling penting adalah prosesnya yang bisa menumbuhkan percaya diri, instropeksi bila kalah, berhati-hati dalam melangkah. Ketika menginjak remaja, dan Bersiap meninggalkan bangku sekolah dasar, ia meminta masuk di salah satu pesantren modern. Di pesantren banyak sekali permasalahan yang dihadapi, mulai adaptasi dengan program yang padat, masalah pertemanan, pola belajar, tagihan yang harus dicapai di pesantren, ternyata putri kami menyadari, karena semua itu adalah pilihannya maka ia harus bertahan sampai bisa menyelesaikan 7 tahun ke depan pembelajaran di pesantren. Ternyata kebiasaan ia berkompetisi membentuk dirinya bisa survive, memiliki jiwa yang tangguh di manapun dan kapanpun ia berada.
Untuk mempersiapkan anak berkompetisi langkah-langkah yang dapat diambil:
1. Pilih Kompetisi yang Tepat: Pastikan kompetisi sesuai dengan minat anak agar mereka termotivasi untuk berusaha maksimal. Mulailah dari kompetisi tingkat lokal sebelum beranjak ke tingkat nasional atau internasional, agar anak dapat beradaptasi dengan tekanan.
2. Persiapkan Anak Sebelum Kompetisi: Berikan waktu latihan yang terstruktur untuk mempersiapkan anak menghadapi tantangan di kompetisi. Bekali anak dengan strategi untuk menghadapi situasi kompetitif, seperti manajemen waktu, pengendalian emosi, dan pemecahan masalah. Bangun Mentalitas Kompetitif Sehat, tekankan bahwa kompetisi bukan hanya soal menang atau kalah, tetapi tentang proses belajar dan usaha.
3. Ajarkan Nilai-Nilai Penting: Sportivitas: Tanamkan sikap menghargai lawan, jujur, dan menerima hasil dengan lapang dada. Keberanian Menghadapi Kekalahan: Jika kalah, bantu anak memahami bahwa kekalahan adalah bagian dari proses belajar, bukan akhir segalanya. Menghargai Usaha: Fokuskan penghargaan pada usaha dan proses, bukan hanya hasil akhir.
4. Dorong Anak Menghadapi Tekanan: Kompetisi sering kali membawa tekanan, baik dari diri sendiri maupun lingkungan. Ajarkan anak untuk: Tetap tenang dalam situasi menegangkan. Menggunakan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam atau afirmasi positif. Fokus pada apa yang bisa mereka kendalikan.
5. Beri Dukungan Emosional: Tunjukkan bahwa Anda ada untuk mendukung, apa pun hasilnya. Hindari tekanan berlebihan, seperti ekspektasi harus menang, yang dapat membuat anak merasa terbebani.
6. Libatkan Anak dalam Evaluasi: Setelah kompetisi, diskusikan apa yang berjalan baik dan apa yang bisa diperbaiki. Dorong anak untuk menganalisis performanya secara objektif, tanpa menyalahkan diri sendiri atau orang lai
7. Bantu Mereka Menemukan Makna Kompetisi: Ajarkan bahwa kompetisi adalah sarana untuk mengembangkan keterampilan, belajar mengelola emosi, meningkatkan rasa percaya diri. mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri.