Mohon tunggu...
Zetty Azizatun Nimah
Zetty Azizatun Nimah Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah_Guru ngaji_Dosen_Instruktur

Hobi membaca dan menulis, travelling, mengajar, bercerita, melakukan sesuatu yang baru

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Membentuk Anak Menjadi Survive Melalui Ajang Kompetisi

25 Desember 2024   04:00 Diperbarui: 25 Desember 2024   00:03 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga Tumbuh di tempat yang Mustahil (https://pixabay.com/id/images/search/survival/)

Sebagai orang tua yang sangat menyayangi anak-anaknya, tentu memenuhi semua kebutuhan, kenyamanan, fasilitas menjadi hal utama sebagai bentuk tanggung jawab dan rasa syukur menerima amanah yang diberikan Sang Pencipta. Terkadang pemenuhan kebutuhan anak terlihat berlebihan sehingga anak dimanja, dan selalu dalam zona nyaman karena segala kesulitan sudah diantisipasi orang tua agar anak tinggal belajar. Tindakan memanjakan anak yang berlebihan justru akan menjadi boomerang bagi anak. Anak akan tumbuh menjadi jiwa yang lembek, gampang patah arang, tidak bisa survive menghadapi kenyataan hidup, gampang putus asa atau sering kita sebut menjadi generasi strawberry

Membentuk anak menjadi lebih tangguh dan mampu bertahan dalam berbagai situasi (resilience) membutuhkan pendekatan yang terencana dan berkelanjutan. Mengikutsertakan anak dalam ajang kompetisi bisa menjadi cara efektif untuk membentuk mental mereka menjadi lebih tangguh dan survive.

Teringat pada anak putri kami no 2, sejak TK ia mempunyai keberanian untuk mengikuti ajang kompetisi apapun. Mulai dari fashionshow, Da'i Cilik, pidato, qiroah, cipta baca puisi. mendongeng. Setiap perlombaan yang dia ikuti pasti akan kami dorong untuk ikut serta, walaupun seringkali tidak menang. Ternyata menang itu adalah tambahan, yang paling penting adalah prosesnya yang bisa menumbuhkan percaya diri, instropeksi bila kalah, berhati-hati dalam melangkah. Ketika menginjak remaja, dan Bersiap meninggalkan bangku sekolah dasar, ia meminta masuk di salah satu pesantren modern. Di pesantren banyak sekali permasalahan yang dihadapi, mulai adaptasi dengan program yang padat, masalah pertemanan, pola belajar, tagihan yang harus dicapai di pesantren, ternyata putri kami menyadari, karena semua itu adalah pilihannya maka ia harus bertahan sampai bisa menyelesaikan 7 tahun ke depan pembelajaran di pesantren. Ternyata kebiasaan ia berkompetisi membentuk dirinya bisa survive, memiliki jiwa yang tangguh di manapun dan kapanpun ia berada.

Untuk mempersiapkan anak berkompetisi langkah-langkah yang dapat diambil:

1. Pilih Kompetisi yang Tepat: Pastikan kompetisi sesuai dengan minat anak agar mereka termotivasi untuk berusaha maksimal. Mulailah dari kompetisi tingkat lokal sebelum beranjak ke tingkat nasional atau internasional, agar anak dapat beradaptasi dengan tekanan.

2. Persiapkan Anak Sebelum Kompetisi: Berikan waktu latihan yang terstruktur untuk mempersiapkan anak menghadapi tantangan di kompetisi. Bekali anak dengan strategi untuk menghadapi situasi kompetitif, seperti manajemen waktu, pengendalian emosi, dan pemecahan masalah. Bangun Mentalitas Kompetitif Sehat, tekankan bahwa kompetisi bukan hanya soal menang atau kalah, tetapi tentang proses belajar dan usaha.

3. Ajarkan Nilai-Nilai Penting: Sportivitas: Tanamkan sikap menghargai lawan, jujur, dan menerima hasil dengan lapang dada. Keberanian Menghadapi Kekalahan: Jika kalah, bantu anak memahami bahwa kekalahan adalah bagian dari proses belajar, bukan akhir segalanya. Menghargai Usaha: Fokuskan penghargaan pada usaha dan proses, bukan hanya hasil akhir.

4. Dorong Anak Menghadapi Tekanan: Kompetisi sering kali membawa tekanan, baik dari diri sendiri maupun lingkungan. Ajarkan anak untuk: Tetap tenang dalam situasi menegangkan. Menggunakan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam atau afirmasi positif. Fokus pada apa yang bisa mereka kendalikan.

5. Beri Dukungan Emosional: Tunjukkan bahwa Anda ada untuk mendukung, apa pun hasilnya. Hindari tekanan berlebihan, seperti ekspektasi harus menang, yang dapat membuat anak merasa terbebani.

6. Libatkan Anak dalam Evaluasi: Setelah kompetisi, diskusikan apa yang berjalan baik dan apa yang bisa diperbaiki. Dorong anak untuk menganalisis performanya secara objektif, tanpa menyalahkan diri sendiri atau orang lai

7. Bantu Mereka Menemukan Makna Kompetisi: Ajarkan bahwa kompetisi adalah sarana untuk mengembangkan keterampilan, belajar mengelola emosi, meningkatkan rasa percaya diri. mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri.

8. Biarkan Anak Mengambil Risiko: Kompetisi memungkinkan anak menghadapi ketidakpastian. Biarkan mereka mencoba sesuatu yang baru, meskipun ada risiko gagal. Bantu mereka memahami bahwa keberanian mengambil risiko adalah langkah penting menuju kesuksesan.

9. Perluas Pengalaman Sosial: Dalam kompetisi, anak akan bertemu berbagai orang dengan latar belakang dan kemampuan berbeda. Hal ini dapat memperkaya pengalaman mereka dan mengajarkan keterampilan bersosialisasi.

10. Jadikan Kompetisi Sebagai Bagian dari Proses Hidup: Ingatkan anak bahwa hidup juga merupakan kompetisi. Keberhasilan di masa depan membutuhkan kerja keras, daya juang, dan ketangguhan, seperti yang mereka pelajari dalam kompetisi.

Dengan pendekatan ini, anak tidak hanya belajar untuk survive dalam ajang kompetisi tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Pastikan pengalaman tersebut membawa dampak positif, bukan tekanan berlebihan, sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan resilien. Maka mengeluarkan anak dari zona nyaman, hal yang hendaknya segera menjadi perhatian para ayah bunda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun