Mohon tunggu...
Zetro Gabe
Zetro Gabe Mohon Tunggu... Ilmuwan - Lulusan S-1 Teologi dari STT Abdi Sabda Medan

Senang dalam penulisan artikel mengenai Liturgi Gereja, Nyanyian dan Musik Gereja, serta membahas tentang kontekstualisasi Teologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nyanyian dan Musik Gereja dalam Upaya Peningkatan Spiritualitas

31 Mei 2022   13:02 Diperbarui: 31 Mei 2022   13:04 7196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musik gereja yang berspiritual tentu dihasilkan bukan dari musiknya (alat/instrumen musik), melainkan dari orang yang memainkannya. Alat/instrumen musik hanyalah sarana perpanjangan kepada umat untuk merasakan cinta kasih Allah kepada umat melalui lantunan musik yang dimainkan oleh pemusik yang berspiritual. Tentu terlebih dahulu pemusik terlebih dahulu memiliki hubungan yang erat kepada Tuhan sebelum melakukan pelayanan dalam peribadahan Minggu. Oleh karena itu, diupayakan agar gereja tidak menggunakan midi/rekaman/You Tube/mp3 dalam mengiringi peribadahan Minggu. Memang akan semakin menarik dan lebih indah di dengar saat kita menyanyikannya melalui musik rekaman yang sudah dikemas dengan sangat baik dengan instrumen musik yang sudah di atur sedemikian rapinya, tetapi hal ini tidaklah benar. Musik rekaman yang mengiringi lagu adalah mesin maka hati kita juga akan dibentuk seperti mesin "kaku" sehingga cenderung tidak siap dalam mendengarkan Firman Allah.

Dalam Perjanjian Lama (PL), Daud menyuruh kaum Lewi agar memiliki persiapan yang matang sebelum melakukan pelayanan. Persiapan ini bukan hanya fisik (cara bermain) tetapi juga spiritualnya dengan cara menguduskan diri terlebih dahulu lalu memainkan musik yang telah ditugaskan kepada mereka (bnd. 1 Taw. 15:14-16). Pemaparan teologis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemusik yang akan melakukan pelayanan pada ibadah Minggu seharusnya adalah orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan Tuhan sehingga dapat mencapai tugas dari musik gereja yaitu sebagai kesaksian iman kepada umat Allah. Musik yang berspiritual bukan dilihat dari kemasan aransemen musik yang diciptakan tetapi bagaimana umat dapat merasakan pesan Allah sampai kepada umat melalui teks nyanyian tersebut.

 

C. Musik Gereja Sebagai Metode Dalam Meningkatkan Spiritualitas 

Pada zaman dahulu, musik dijadikan sebagai alat komunikasi untuk memberitahukan suatu tanda pesan, dan panggilan kepada seseorang atau orang banyak (bnd. Kel.19:13). Untuk itu, musik sangatlah tepat sebagai salah satu metode dalam pemberitaan Firman Tuhan. Pelayanan yang dilakukan pemusik tidak seharusnya mempersempit dunia pelayanan.

Kita dapat melihat pertumbuhan spiritualitas pada seseorang. Pertumbuhan spiritualitas seseorang itu dapat dinilai dari apa yang ia lakukan kepada sesamanya. Orang yang berspiritual pasti berbuat sesuai dengan hak dan kewajibannya kepada sekelilingnya serta memiliki pengaruh yang positif kepada sesama.[12] Untuk merasakan kasih Allah melalui permainan musik yang dimainkan oleh pemusik, jemaat perlu untuk aktif dalam peribadahan. Jemaat yang hanya berdiam saat bernyanyi akan menghalangi pemahaman iman tentang Allah yang disampaikan melalui isi nyanyian peribadahan. 

Martin Luther pun menegaskan hal ini, bahwa seharusnya jemaat harus aktif dalam mencapai makna ibadah itu sehingga Firman Allah sampai kepada umat melalui isi nyanyian itu. Ada suatu ajaran tradisional mengatakan: "Qui Cantat, bis Orat" yang memiliki makna bernyanyi satu kali sama dengan berdoa dua kali.[13] Nyanyian yang berasal dari hati dan meresapi suara Allah melalui teks nyanyian akan lebih bermakna dengan kita berdoa. 

Doa pun sering dijadikan sebagai sebuah teks nyanyian. Kitab Mazmur sering dijadikan sebagai sebuah nyanyian dan isinya juga merupakan sebuah doa. Para pemazmur juga menjadikan doanya menjadi sebuah syair seperti doa pagi, siang, dan malam. Konsentrasi doa saat dipadukan menjadi sebuah nyanyian akan terasa semakin erat. Martin Luther menekankan bahwa orang yang berdoa harus jujur.[14] Demikian juga dalam bernyanyi, umat yang menyanyikan pujian kepada Tuhan harus berhati tulus, jujur, dan takut akan Tuhan. Seseorang yang ikut aktif menyanyikan lagu nyanyian dalam peribadahan Minggu merupakan tanda bahwa seseorang bertumbuh dalam spiritualitas.

Musik merupakan metode yang tepat dalam meningkatkan spiritualitas seseorang. Musik dapat menyentuh kognitif seseorang sehingga dapat membuat seseorang menangis atau bersukacita. Setiap orang memiliki pergumulan dan beban kehidupannya masing-masing. Terkadang tidak ada kawan yang sejati yang mampu sebagai kawan bagi kita untuk menceritakan segala sesuatu yang kita alami. Tuhan Yesus yang adalah kawan sejati adalah satu-satunya jalan untuk kita menyerahkan segala kekawatiran dalam hidup. Berbicara kepada-Nya dapat melalui doa dan nyanyian. Oleh sebab itu, kita sering melihat seseorang terkadang meneteskan air mata saat menyanyikan nyanyian kepada Tuhan. Musik yang dapat menyentuh kognisi seseorang akan sangat membantu kita dalam memahami dan menghadapi liku-liku kehidupan melalui teks nyanyian yang menguatkan kita menghadapi kenyataan.

Melalui nyanyian akan membuat dapat berseru kepada Tuhan, mencurahkan segala isi hati kita, sehingga menyentuh hati kita dan mengalami perubahan dalam hidup kita. Kita akan memiliki hubungan yang erat kepada Tuhan dan mengalami perubahan dalam hidup dan bertumbuh dalam iman.  

4. Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun