Mohon tunggu...
Zet papin
Zet papin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - tokoh pemuda

Sustainability Development, Cultural, Economic and Environment Analyst

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemaksaan Resign di Perbankan Yogyakarta: Pegawai Bungkam 8 Bulan di Bawah Tekanan Pemimpin dengan Dugaan Narsistic Personality, Harus Terungkap!

19 Agustus 2024   17:10 Diperbarui: 19 Agustus 2024   17:21 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta -- Sebuah kontroversi serius kini mengemuka di salah satu unit kerja di bawah perbankan di Yogyakarta, di mana seorang pegawai dipaksa mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas. Selama delapan bulan terakhir, pegawai tersebut memilih untuk bungkam dan menahan diri dari melaporkan kasus ini karena ketakutan akan balasan dari atasannya, yang diduga memiliki Narcissistic Personality Disorder (NPD).

Menurut sumber internal, tekanan ini dimulai ketika pegawai tersebut terus-menerus menjadi target perlakuan tidak adil dan manipulatif dari atasannya. Atasan tersebut dilaporkan menunjukkan perilaku narsistik, seperti membutuhkan pujian berlebihan, merendahkan bawahannya, dan menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat. Akibat dari perlakuan ini, pegawai yang bersangkutan merasa terpojok dan tidak memiliki pilihan selain mengundurkan diri.

"Situasinya sangat sulit. Rasanya seperti terjebak, tidak ada jalan keluar. Saya dipaksa untuk resign tanpa ada keadilan yang jelas, dan saya tahu ada pegawai lain yang mengalami hal yang sama," ujar pegawai yang memilih anonim untuk melindungi dirinya.

Selama delapan bulan, pegawai tersebut memilih untuk bungkam, baik karena takut akan dampak lebih lanjut maupun karena merasa tidak ada jalan untuk mendapatkan keadilan. Namun, seiring waktu, keberanian untuk mengungkap kasus ini mulai tumbuh, terutama dengan dukungan dari rekan kerja dan beberapa pihak eksternal yang peduli.

Sumber juga menyebutkan bahwa ada indikasi bahwa kasus ini sengaja ditutupi oleh manajemen di kantor pusat, dengan harapan bahwa masalah ini akan hilang dengan sendirinya. Namun, kini, dengan semakin banyaknya perhatian terhadap kasus ini, pertanyaan mulai muncul: Apakah eksploitasi ini akan terungkap dan mendapatkan keadilan? Atau apakah pegawai tersebut sengaja disingkirkan untuk menutupi hal yang lebih besar?

Aktivis hak pekerja dan pengacara mulai ikut campur dalam kasus ini, mendesak diadakannya penyelidikan independen terhadap tuduhan tersebut. Mereka menegaskan bahwa tidak ada pekerja yang boleh dipaksa resign atau diperlakukan tidak adil, apalagi di bawah tekanan dan manipulasi psikologis dari atasan.

"Kami menuntut transparansi dan akuntabilitas dari manajemen. Ini bukan hanya soal satu individu, tetapi tentang perlindungan hak-hak semua pekerja di lingkungan kerja yang sehat dan adil," tegas salah satu aktivis yang mendampingi pegawai tersebut.

Hingga saat ini, pihak manajemen perbankan yang terkait belum memberikan komentar resmi. Namun, dengan semakin meningkatnya sorotan publik terhadap kasus ini, banyak pihak yang berharap agar keadilan segera ditegakkan dan bahwa eksploitasi ini, jika terbukti, akan mendapatkan perhatian yang layak. Waktu akan menjawab, apakah kebenaran di balik kasus ini akhirnya akan terungkap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun