Penyandang disabilitas, terutama tuna daksa, seringkali menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan pengakuan dan perlakuan yang layak dari masyarakat. Mereka sering diremehkan, diabaikan, atau bahkan dianggap tidak mampu berkontribusi secara signifikan dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Hal ini menciptakan lingkungan yang tidak inklusif dan menimbulkan ketidakadilan bagi mereka.
Sebenarnya seberapa penting peran keluarga bila di dalam keluarga tersebut terdapat penyandang disabilitas? Perlakuan apa yang perlu diberikan dan sikap apa yang perlu diperlihatkan kepada para penyandang disabilitas? Apakah kita perlu bersikap peduli dan terus menerus membantu, atau hanya perlu sekadar memperhatikan jika memang dibutuhkan?
Perlakuan baik yang diberikan kepada penyandang disabilitas sebenarnya akan memberikan efek yang baik juga kepada mereka, terutama untuk meningkatkan kepercayaan diri. Percaya diri merupakan salah satu sifat yang bisa mempengaruhi kepribadian seseorang. Jika seseorang bersikap percaya diri, maka akan memberikan dampak positif juga ke sekitarnya.
Penting untuk memahami bahwa penyandang disabilitas, termasuk tuna daksa, memiliki potensi dan kemampuan yang dapat dikembangkan. Mereka memiliki hak yang sama untuk meraih cita-cita, berpartisipasi dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik, serta mendapatkan akses yang setara terhadap pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan. Masyarakat perlu memahami bahwa keberagaman dan inklusi adalah bagian integral dari sebuah masyarakat yang adil dan berkelanjutan.
Ciri-ciri individu dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi meliputi pandangan positif terhadap diri sendiri, keyakinan yang kuat, dan pemahaman akan kemampuan pribadi. Sebaliknya, mereka yang kurang percaya diri cenderung menunjukkan perilaku menarik diri, sering merasa cemas, gugup, pendiam, mudah tersinggung, dan takut terhadap situasi yang tidak diinginkan.Â
Tetapi sebenarnya perlakuan yang diberikan kepada penyandang disabilitas banyak yang tidak tepat dan bahkan mudah disalahpahami. Karena kurangnya juga edukasi baik dari keluarga maupun masyarakat, masih banyak orang yang meremehkan perlakuan mereka kepada para penyandang, sehingga memberikan timbal balik yang tidak sesuai.
Diperlukan langkah-langkah konkret untuk mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas, termasuk sosialisasi yang lebih luas mengenai hak-hak mereka, pelatihan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, serta kebijakan yang mendukung aksesibilitas fisik dan sosial. Selain itu, peran media dan tokoh masyarakat dalam mempromosikan narasi yang positif tentang penyandang disabilitas juga sangat penting.
Penyandang disabilitas memerlukan kepercayaan diri yang kuat dalam masyarakat untuk meraih potensi penuh mereka. Kepercayaan diri memungkinkan mereka untuk mengatasi rintangan yang dihadapi sehari-hari dan memperoleh kesempatan yang setara dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, penyandang disabilitas dapat lebih percaya pada kemampuan mereka, merasa lebih termotivasi untuk mengejar impian, serta lebih mampu untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat.
Kepercayaan diri juga memainkan peran penting dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan memperoleh dukungan dari lingkungan sekitar. Dengan memiliki kepercayaan diri yang kuat, penyandang disabilitas dapat lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain, membangun relasi yang positif, serta merasa lebih termasuk dalam komunitas.
Masyarakat perlu melihat penyandang disabilitas sebagai bagian integral dari komunitas dan menyediakan dukungan serta kesempatan yang sama untuk mereka. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang inklusif, menghargai keberagaman, dan memberdayakan semua individu untuk berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan sosial dan ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H