Mohon tunggu...
Zeta IzzatulMahya
Zeta IzzatulMahya Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

saya mahasiswa yang mempunyai hobi salah satunya adalah membaca

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Menyelami Ramadhan di Tengah Kehidupan Mahasiswa: Apa yang Hilang?

17 April 2024   02:35 Diperbarui: 17 April 2024   02:42 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadhan adalah bulan yang dinantikan umat Islam, bulan penuh berkah untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.  Di antara haru biru cahaya bulan Ramadhan, ada lantunan ayat suci Al-Quran yang merdu, aroma hidangan sahur yang menggugah selera, dan kesederhanaan yang menghiasi bulan penuh berkah ini.

Kita senantiasa dilatih untuk menahan lapar dan dahaga, namun Ramadhan bukan persoalan makan dan minum saja. Bulan Ramadhan juga mengajarkan kita untuk melatih kesabaran serta menuntun kita untuk menjaga segala ucapan dan perilaku.    

Namun, ketik menjadi mahasiswa Ramadhan sungguh berbeda. Begitu berbeda hingga terkadang, kehilangan menjadi kisah yang sering disimpan dalam hati.

Ramadhan di masa-masa kuliah menghadirkan tantangan baru yang kadang tidak terbayangkan sebelumnya. Dari keharusan menyelesaikan tugas-tugas akademik hingga merindukan dukungan keluarga di tengah jauhnya perantauan, ada banyak hal yang mungkin merapuhkan semangat  dalam menjalani Ramadhan. 

Dari kehidupan sebelumnya yang apa-apa selalu ada orang tua, sahur tinggal makan, buka tinggal makan karena ada ibu yang selalu masak. Ketika hidup di perantauan semua harus dilakukan sendiri,  momen kumpul keluarga pun tidak ada saat makan sahur ataupun berbuka, hal itu menjadi sesuatu yang sangat dirindukan. 

Begitu banyak perbedaan ramadhan untuk mahasiswa, seperti halnya:

1. waktu yang lebih terbagi: Tuntutan akademik seperti kuliah, tugas, dan ujian  membuat waktu untuk beribadah dan berpuasa terasa lebih terbagi. Sebelum dijalani tampak begitu berat, ketika tugas numpuk dan begadang untuk mengerjakan, begitu menyita banyak waktu  istirahat. Belum lagi harus bangun sahur dan mikir mau makan pakai apa, tidak seperti dirumah yang semua siap sedia.

2. Kurangnya waktu bersama keluarga: mahasiswa yang merantau jauh dari orang tua tentu kehilangan banyak waktu bersama keluarga. Yang biasanya sahur bersama, berbuka puasa bersama, sholat tarawih bersama, tadarus Al-Qur'an bersama. Tapi, setelah menjadi mahasiswa semua dilakukan sendiri.

Namun, walaupun begitu bulan Ramadhan tetap bulan yang penuh berkah. Tetap bulan yang dinantikan oleh umat Islam, segala macam kenikmatan di bulan Ramadhan harus dijalani dengan semangat dan keikhlasan. Namanya hidup pasti akan mengalami perubahan, tidak mungkin kita terus dalam kondisi yang sama. Semua hanya perlu dinikmati sekaligus dijadikan sebuah pembelajaran baru. 

Apalagi mahasiswa, pengalaman ramadhan jauh dari orang tua bisa dijadikan pembelajaran agar lebih mandiri, berani, dan mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun