Mohon tunggu...
Za'imatun Nisa
Za'imatun Nisa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

English teacher\r\nsebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

LULUS SMP, mau kemana.... ???

2 Juni 2012   16:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:28 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dika adalah anak yang penurut, namun dia termasuk mbandel di rumah. Bukan masalah mbandel "nakal", tapi memang sudah sifatnya yang suka menyuruh dan keras kepala. Dika sulit bahkan tidak mau jika disuruh belajar. Paling-paling cuma nata buku buat pelajaran besuk pagi trus liat TV. Ketika itu dia berusia 15th dan sudah saatnya melanjutkan ke jenjang SMA. Dia sangat menginginkan untuk masuk ke Sekolah Kejuruan terfavorit di kotanya. Ketika berkumpul dengan teman-temannya, mereka selalu membicarakan sekolah yang akan mereka pilih untuk masa depan mereka. Dika juga tidak mau ketinggalan. Dia awalnya bingung mau nerusin ke mana, tetapi teman-temannya selalu memameri sekolah kejuruan terfavorit itu. Sebenarnya sebagian besar keluarga Dika lebih senang dan sangat menganjurkan dia untuk masuk ke Pondok Pesantren. Namanya juga anak muda, apa kata teman itu lebih ngetren dibandingkan kata orangtua (walau yang sebenarnya kita harus menghormati orangtua kita). Akhirnya Dika tetap ngotot ingin ke Sekolah kejuruan favorit itu.

Saat yang dinanti-nantikan pun telah tiba. Hari ini adalah pengumuman kelulusan, Dika semakin berdebar-debar ingin mengetahui hasil ujiannya. Ayahnya pun datang dari sekolah dengan membawa nilai hasil ujian. Dika segera meminta kertas itu. Tak sabar ingin melihat isi. Detak jantungnya pun semakin kencang. Alhamdulillah..... aku LULUS..!! (seketika itu Dika berteriak dalam hati sambil tersenyum). Tapi senyumnyapun diiringi wajah musam ketika melihat nilainya. Dika kecewa, dika kaget.. "kog nilaiku jelek :-(" gumam Dika. Dika terdiam seketika. Ketika ditanya ibunya pun Dika tidak langsung menjawab. Dika teringat bahwa keinginannya untuk memasuki sekolah yang dia idamkan terancam gagal, karena nilainya yang merosot.

"Kenapa nilaiku jelek, kenapa?!" dia masih belum terima. "padahal nilai teman-temanku lumayan" . Kakak Dika pun menyela " sudah ku bilang dari dulu, belajar dan ibadah yang rajin dek.. berkali-kali bahkan setiap hari, tapi apa.. inilah akibat menyia-nyiakan waktu. waktumu bukan kamu gunakan untuk belajar, tapi hanya buat main, liat tv, main hp, fb. sekarang tidak baik terus menyesal, yang terpenting adalah bagaimana kamu mau memperbaiki kebiasaanmu. Karena seberapa besar usaha yang kita lakukan, sbegitu pulalah hasil yang akan kita peroleh. Allah Maha adil".  Dika terdiam sejenak, kemudian dia kembali menghitung nilainya dan  mencoba untuk menghibur hatinya dengan tetap mencoba mendaftar.

Dan sepertinya keridhaan keluarga terbukti di sini, dia akan lebih baik jika meneruskan ke pesantren, dengan pertimbangan semakin banyak pergaulan-pergaulan di luar sana yang menghawatirkan. Jika tidak pandai menjaga diri, maka mudah sekali terbawa arus. Apalagi sekarang nilai-nilai pendidikan, adat sopan santun sudah mulai luntur. Sudah seharusnya kita sebagai  orangtua selalu mendidik dan mengawasi anak kita. biarkan mereka berkreasi, namun tetap dipantau. Dan menurut keluarga Dika, dengan melanjutkan ke pondok pesantren, insyaAllah Dika dapat belajar lebih disiplin, dapat menguasai b.arab dan b.inggris, punya banyak pengalaman dari teman-teman di berbagai penjuru dunia, dapat saling berbagi, saling menghormati, dan tentunya ia akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan ilmu agama secara seimbang.

Dimanakah Dika akan melanjutkan belajarnya??.... akankah dia diterima di  sekolah favoritnya, atau belajar di pondok pesantren seperti saran keluarganya?. Semoga Dika mendapatkan tempat yang terbaik untuk tempat dia belajar selanjutnya.

see u to the next episode....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun