Mohon tunggu...
Zera Zetira Putrimawika
Zera Zetira Putrimawika Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist

Detoxing for Discernment | Student of Education, Linguistics, Ushuluddin | I'm playing piano and badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menebak Arah Tujuan Islam Wasathiyah ala MUI

14 Desember 2020   14:12 Diperbarui: 14 Desember 2020   14:20 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amirsyah adalah seorang tokoh Muhammadiyah yang juga merupakan seorang dosen. Terlepas dari status ulama, ia adalah seorang intelektual yang berfokus pada pemikiran islam moderat. Diharapkan duet NU dan Muhammadiyah di puncak struktural MUI dapat melanggengkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut.

Mengembalikan Jati Diri Ulama yang Sesungguhnya

Sebagai wadah menyatukan suara ulama, MUI juga mengemban tugas yang cukup berat di masa sekarang. Lembaga yang dibentuk tahun 1975 ini berkewajiban untuk mengembalikan jati diri ulama yang sesungguhnya, di tengah kondisi politik negara yang tak menentu dan sarat akan perpecahan. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sedang menurun drastis, lantas di manakah harusnya posisi ulama saat ini?

Dalam penggalan pidatonya di depan para alim, Miftachul mengingatkan kembali apa-apa saja tugas utama seorang ulama, tiga di antaranya merupakan untaian kalimat yang menarik: mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, dan membela bukan mencela.

Meneladani perkataan Imam Syafi'i, ulama sejatinya adalah mereka yang mampu menjelaskan sesuatu secara damai dan menyejukan, bukan asal memvonis atau menuduh tanpa tabayyun. Ulama memikul tugas yang berat. Di masa kini, umat membutuhkan tujuan yang jelas, tidak terombang-ambing oleh ketidakpastian informasi.

Sejak dulu hingga sekarang, umat selalu bercermin kepada perilaku para ulama. Apa yang mereka perbuat, apa yang mereka katakan, apa yang mereka analisis, terkadang terlampau diyakini sebagai sebuah hal yang benar oleh umat.

Karena itu tugas berat yang sekarang menanti MUI adalah mengembalikan ulama kepada koridor yang benar, menyatukan suara yang terpecah, sehingga tidak ada lagi sayap pemisah antar para pemuka agama. Ulama juga diharapkan mampu memberikan teladan yang santun dan rendah hati, sebab tidak ada satupun manusia di dunia ini yang sempurna derajat keislamanannya di mata Allah SWT.

Mengembalikan MUI sebagai Lembaga Konservatif-Moderat

Mengutip dari utas milik Ulil Absar Abdalla, perlahan tetapi pasti, MUI telah kembali kepada wajah konservatif moderat yang pernah hilang sekian lama. Dengan semangat yang sama seperti pidato pertama Miftachul sebagai seorang ketua umum, ulama harus kembali kepada tugas mereka menebar kesejukan, bukan menciptakan keresahan. MUI pun harus kembali mengikuti arus perkembangan islam moderat yang terbuka untuk berbagai kalangan, baik NU maupun Muhammadiyah.

Tentunya langkah MUI tidak akan mulus tanpa bantuan dan dukungan umat. Bersama, bahu-membahu, tetap pada rel yang telah dipasang agar kereta tetap melaju dan sampai di tujuan yang telah ditentukan. (z)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun