Gus Fatih,
Kau mungkin menjadi istimewa di mata banyak orang yang dekat dengan mu
Kebaikan dan kebiasaanmu membantu orang lain, kian membuat kamu laksana magnet
Tapi bagi saya...
Kamu lebih dari apa yang dirasakan banyak orang itu
Di antara sahabat kita
Aku lah orang yang pertama memanggil kamu, Gus
Kamu istimewa di hati saya, sebelum kamu terlihat keistimewannya
Gus...
Masih serasa kemarin pagi
Kau datang ke rumah ku ini
Kondisi rumah ku yang kecil, seakan tak membuat mu terhalang melangkahkan kaki mu ke sini
Di saat kau sangay sibuk dalam kegiatanmu di sebuah perguruan tinggi ternama di kota kh
Kau masih sempatkan menyapa lalu mamoir ke gubuk ku ini
Gus,
Masih terasa baru kemarin pagi
Saat kita bersepeda menuju kampus kita
Sepeda ontel tua yang kita gayuh
Serasa maosh terdengat suara nyit nyit nyit di roda belakangnya
Gus,
Masih terasa baru kemarin pagi
Saat kita memasak di dapur dekat sumir di kosan kita waktu itu
Sarung mu yang kelihatan tak terpakai ddngan rapi
Terkadang kamu gunakan untuk memoles wajah mu yang tertetes keringat
Begitu pun kau terlihat sangat senang dan bahagia menyiapkan masakan
Walau engkau tahu aku tak pernah membantu mu memasak untuk makanan kitaÂ
waktu itu kau bukan menyuruh ku
Malah kau berkata: "wis kono lho bagian mu ngetik wae"
Gus,
Masih terasa baru kemarin pagi
Saat kita masuk ke perpustakaan di kampus kota panas itu
Kau gendong tas warna merah mu itu di depan sambil mobat mabit
Lalu bokong mu yang gede itu  kau mobat mabitkan juga
Lalu saya bilang: "Gus.. Gus.. Gus.. Kayak anak kecil aja"
Kau yak marah Gus
Bahkan kau hanya tersenyum dengan ssnyuman yang menurut aku tak indah sama sekali
Tapi ternyata, senyum itu masih sangat aku ingat sebagai gambaran sebuah ketuludan
Gus,
Masih terasa seperti kemarin pagi
Saat aku akan presentasi AICIS 2019 lalu
Kau menemui ku dan berkata: "apik apik apik"
Lalu engkau memeluk ku erat sambil tersenhum, masih sama dengan sdnyum khas mu waktu itu
Kau tak berubah, Gus
Kau masih sama dalam jabatan mu yang tidak bisa diraih oleh banyak orang
Kau amsih tetap sama
Kau istimewa, Gus..
Gus,
Kini Engkau telah mendahului kami
Menghadap Sang Ilahiy
Selamat bertemu dengan Sang Rabb yang selalu kamu kangeni, Gus
Tunggulah aku di pintu sorgaÂ
Kelak insya Allah kita akan bersama kembali
Dan dapat kulihat lagi senyum mu yang jauh lebih indah dari senyum yang pernah aku temui di dunia ini..
Amin...
Selamat jalan sahabat ku...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H