Tak semua anak punya kesempatan menjadi Bapak, tapi semua Bapak pasti pernah mengalami menjadi anak. Setiap Bapak, dengan semua kelebihan dan kekurangannya, menjadi idola dan idaman peniruan anak-anaknya, kecuali anak kepradah tak mau menjadikan Bapaknya sebagai pola peniruan gaya hidupnya. Â
Sekalipun setiap Bapak pasti memiliki kepribadian dan pengalamannya sendiri sehingga membentuk kerpribadiannya sendiri, Bapak yang satu ini beda dengan kebanyakan bapak. Bapak dari lima anak itu mempunyai pengalaman yang ceritanya unik, mungkin tidak dialami oleh kebanyakan bapak lainnya.Â
Hidup sebagai ketua lembaga sosial, Bapak ini masih hidup sederhana. Pekerjaan utamanya sebagai penjual barang di kaki lima tetap dia kerjakan dengan sabar.Â
"Bagaimana jualannya hari ini, Bapak? " tanyaku.
"Alhamdulillah.. Sudah laku 3 barang hari ini, sudah cukup digunakan membeli beras dan lauk untuk anak-anak." Jawabnya dengan mata berbinar-binar sambil membenahi kantong plastik yang hampir terjatuh terkena angin.Â
"Sehari biasanya laku berapa, Bapak? " selidikku ingin tahu lebih banyak.Â
"Ya.. Alhamdulillah.. Kadang bisa sampai sepuluh, pernah juga sampai 25 barang terjual. Tergantung rizki yang sudah ditentukan Allah pada setiap harinya." Jawabnya lagi menjelaskan.Â
Terhentak aku mendengar jawaban itu. Secara theologis konsep kesadaran begini membuat orang hidup lebih tenang dan nyaman. Pikiranku melayang-layang.Â
Nampaknya konsep theologis ini yang membuat Sang Bapak bisa hidup terlihat tenang dan santai. Dia bekerja, tapi tak seperti kebanyakan orang bekerja.Â
Satu hari, pernah ada orang yang datang menjual barang rongsokan pabrik padanya. Harganya tergolong sangat murah. Dia membeli barang itu seluruhnya dengan harga yang sudah ditentukan.Â