Tidak hanya sampai di situ, penjagaan tradisi pesantren juga tampil dalam perilaku pertemuan. Ibu Nyai Chusniyah, Â yang sudah memiliki santri 500an orang, Â Nyai Hj. Lutfiyah yang sudah memiliki santri 400an, dan Nyai Hj. Ghoniyah yang memiliki santri 300an, tetap duduk di bawah sejajar dengan para alumni lainnya. Â Hanya Ibu Nyai Pengasuh Pesantren Salafiyah yang duduk di atas sambil membacakan kitab kajiannya.
Hanya Ibu Nyai yang memimpin tahlil penutup acara pertemuan, hingga doa pun dipimpin langsung oleh Beliau.Â
Tradisi seperti ini yang membuat nilai-nilai kebaikan di pesantren selalu aplikatif dan sesuai dengan perkembangan zaman. Semoga Indonesia mampu menjaga Tradisi Baiknya dengab belajar pada tradisi pesantren yang terjaga melalui praktek kehidupan BERDASARKAN:
KETUHANAN YANG MAHA ESA,Â
KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB, Â
PERSATUAN INDONESIA,Â
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN, untuk mencapaiÂ
KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA.Â
terima kasih Pesantren, Â diakui atau tidak, Â dicatat oleh sejarah atau tidak, eksistensi mu telah menjadi bagian positif bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H