Backround of The Study, atau sering juga disebut dengan Latar Belakang merupakan sebuah gambaran riil mengapa sebuah tulisan itu diangkat sehingga menjadi penting untuk dibaca.
Misal saja, saya saat ini ada di Jogjakarta. Kala saya hanya menyampaikan bahwa saya di Jogjakarta, maka tak mudahlah orang bisa memahami atau menjawab pertanyaan, untuk apa atau mengapa ke Jogjakarta? Bagaimana bisa sampai ke Jogjakarta? Ada keperluan apa sehingga perlu ke Jogjakarta, mengapa tidak ke Surabaya atau Jakarta? Adakah sesuatu yang pantas dijadikan alasan penting harus di Jogja?
Alur logika sain, juga sama dengan apa yang hendak diterangkan ddi dalam pertanyaan itu. Latar belakang sebuah karya ilmiah, kata Prof Jaya, hendaklah mampu memberikan gambaran secara utuh tentang apa yang hendak dicapai dalam artikel tersebut.
Saya memahami apa yang dijelaskan oleh Prof. Jaya bahwa latar belakang itu laksana bagian depan sebuah kantor atau hotel, dia harus memberikan gambaran utuh atas nuansa dalamnya. Oleh sebab itu, latar belakang jangan lebih dari apa yang hendak digambarkan isi.
Jika sebuah hotel ingin memberikan gambaran tentang seni budaya lokal daerahnya, maka promosi tentang budaya itu pastinya diletakkan di bagian depan, bukan di bagian belakang. Artinya, latar belakang tempat dimana penulis akan mempromosikan karyanya, harus mampu memberikan gambaran yang menarik bagi para pembacanya.
Laksana seorang fotografer yang handal, seorang penulis juga harus mampu memastikan bahwa apa yang dijelaskan itu merupakan fokus. Tidak ada gado-gado dalam latar belakang sebuah penelitian. "Buang gado-gado itu," teriak Prof Jaya untuk meyakinkan pada peserta.