Mohon tunggu...
Zenny Fauziah
Zenny Fauziah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Implikasi Pembelajaran Berbicara

15 November 2017   21:18 Diperbarui: 15 November 2017   21:22 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring bertambahnya usia seorang tentu probabilitas kedewasaan akan menguat. Tetapi, tidak dengan moral dan mentalnya. Di mana justru terjadi ketimpangan antara moral dengan pertumbuhan usia. 

Efektifitas PKPBA
PKPBA adalah Program Khusus Pengembangan Bahasa Arab yang wajib diikuti oleh mahasiswa semester 1 dan 2 di uin Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun awal perkuliahan dimulai. PKPBA dilakukan rutin selama lima kali dalam seminggu dan telah tersistemasi terkait jam serta durasi sehingga sinkron dengan kegiatan mahasiswa baru. Sebenarnya apa latar belakang sehingga jam pembelajaran PKPBA kurang efektif? Dan perilaku mahasiswa yang dianggap lumrah ketika bermain handpone tanpa adanya sanksi tegas. Alasan beberapa mahasiswa adalah PKPBA seringkali membosankan.

Selain itu, mereka lebih mendengarkan audio di handpone melalui headset pada saat jam pelajaran berlangsung. Tentu hal tersebut mengesankan bahwa kurang mampu mengondisikan pemakaian handpone dan kurang menghargai dosen yang sedang menyampaikan materi. Dr. Umar As Syafani Hafidzullah berkata, "jika seorang murid berakhlak buruk kepada gurunya maka akan menimbulkan dampak buruk pula. Hilangnya berkah dari ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya atau tidak dapat menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh dari dampak buruk." Rasululluah SAW juga telah berpesan pada para pengajar, "tidak termasuk golongan Kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama." (HR. Ahmad dan dishahihkan H. Albani dalam shahih Al Jami). 

Pendekatan untuk Mengatasi Masalah
Mahasiswa memerlukan selingan dalam proses belajar mengajar. Dan selingan tersebut hendaknya berkarakter kasual atau rileks tidak memerlukan logika rumit untuk memecahkannya. Terkadang, mahasiswa juga memerluka selingan berupa game. Game yang bertujuan meluaskan pengetahuan Bahasa Arab. Seperti menyebutkan atau menghafal mufrodat yang diajukan oleh dosen dan mahasiswa harus mampu menjawab persoalan tersebut. 

Apalagi jika dibumbui adanya punishment atau hukuman jika mereka tidak mampu merampungkan soal. Hal seperti ini akan membentuk kelas yang kondusif, mahasiswa akan lebih bersemangat untuk menyelesaikan tantangan dengan mendengarkan seksama jalannya game tersebut agar tidak kalah. Mungkin, hal seperti ini bisa diterapkan sekedar selingan yang rutin.

Selanjutnya, terkait metode pengajaran yang monoton ada beberapa konsep yang perlu dievaluasi. Dari kacamata mahasiswa sendiri, seringkali penyampaian materi kurang menghidupkan suasana kelas berimbas pada mahasiswa yang tidur di kelas. Dalam konteks ini, dosen tak perlu 'membangunkan' secara fisik satu persatu pada mahasiswa tersebut. Lantas apa yang diperlukan?

Diskusi dan debat Bahasa Arab ialah salah satu metode untuk mencapainya. Diskusi seperti apa? Ada banyak metode diskusi yang diterapkan sebenarnya, bisa saja dalam satu kelas dibentuk perhimpunan atau kelompok belajar. Masing-masing kelompok mengkaji sebuah materi tertentu yang berlainan dari kelompok lain. Selanjutnya mereka menjelaskan di muka kelas secara jelas. Dan diwajibkan bertanya jawab menggunakan bahasa Arab antara audiens dan pemateri. Metode debat atau forum saling mengadu pandangan dimaksudkan guna mencari kebenaran suatu permasalahan. Apabila proses pembelajaran masih monoton dan tidak menerapkan kedua metode tersebut proses belajar mengajar akan terasa membosankan 

Pada dasarnya, selain itu semua mahasiswa juga harus bersungguh hati dalam belajar secara terus menerus. Allah sendiri berfirman, "Dan orang-orang yang mencari keridhaan Kami, niscaya Kami tunjukan mereka kepada jalan-jalan Kami."(Q.S. Al-Ankabut 29:62). Termasuk arti mengagungkan suatu ilmu, yakni melalui upaya berupa menghormati dosen atau pendidik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun