Mohon tunggu...
Zen Siboro
Zen Siboro Mohon Tunggu... Freelancer - samosirbangga

Terkadang suka membaca dan menulis. Pencumbu Kopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Pandemi di Negeri Matador: Prokes adalah Koentji!

6 Agustus 2021   18:35 Diperbarui: 6 Agustus 2021   18:53 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membandingkan Indonesia dengan Spanyol pada masa Pandemi tentu saja bukan sebuah perbandingan yang "apple to apple". Perbedaan komposisi penduduk, geografis wilayah, dan keterlibatan Uni Eropa pasti membuat perbandingan itu menjadi tidak relevan. Namun, meskipun keduanya tidak dapat dibandingkan sebagai sebuah negara, ada beberapa hal yang layak kita refleksikan dalam menanggulangi penularan Covid-19 di Indonesia.

Pada November 2020 pemerintah Spanyol di Murcia tetap mengizinkan warganya untuk beraktivitas di luar rumah, baik pelayanan publik, pusat perbelanjaan, kuliner, dan juga destinasi wisata lokal (bukan antar provinsi). Dengan kata lain, situasi ini sudah berlangsung bahkan sebelum produksi vaksin massal di seluruh dunia. Pertanyaannya, mengapa saat Indonesia sedang genting-gentingnya, namun pemerintah Spanyol terlihat santai dan seolah tidak ada ancaman akan pelonjakan kasus selama Pandemi?

Memaknai Keberadaan Virus Covid-19

Sejak awal tahun 2020 saat Covid-19 akhirnya merebak secara global, pemerintah Spanyol bersama dengan Uni Eropa melakukan lock down pada beberapa negara di Eropa yang mengalami pelonjakan kasus yang sangat besar. Kemudian kebijakan tersebut sedikit longgar pada penghujung bulan September, dengan diizinkannya warga asing masuk ke Spanyol dengan syarat ketat yang disertai dengan dokumen dan tujuan perjalanan khusus (pekerjaan, pelajar, militer, tenaga kesehatan).

Pada Oktober 2020 pemerintah Spanyol di Murcia, tidak menjadikan Covid-19 sebagai sebuah hal yang "ditakuti", tapi menjadi satu hal yang harus "dihindari". Perbedaan makna dari kedua kata tersebut tentu dipahami dengan baik oleh pemerintah Spanyol. Warga Murcia tidak distigma untuk takut pada Covid-19, melainkan dihindari dengan senantiasa diberikan kebebasan, tapi tetap menaati Protokol Kesehatan yang disertai dengan pengawasan ketat oleh pihak yang berwajib.

Pelaksanaan prokes tersebut juga diikuti dengan wajib tersedianya sarana kesehatan (hand sanitizer, masker gratis, dan ukur suhu tubuh) bagi siapapun yang membutuhkan, khususnya di ruang publik. Kedisiplinan melaksanakan prokes juga tidak luput dari pengawasan pihak kepolisian sepanjang hari, khususnya selama jam malam masih berlaku (aktivitas mulai jam 07.00 pagi sampai 12.00 malam). Pengawasan tersebut juga disertai dengan sanksi tegas berupa denda ditempat bagi siapapun yang tidak taat prokes.

Situasi ini tentu melahirkan persepsi baru bagi masyarakat luas. Secara tidak langsung masyarakat justru terlihat sangat nyaman dan aman hidup berdampingan dengan Covid-19. Uniknya lagi, khusus balita, akan sangat jarang kita jumpai Balita yang mengenakan masker (bila bepergian dengan orangtua). Pemerintah Murcia justru beranggapan bahwa bila balita dikenakan masker, akan menyebabkan pernafasan yang tidak bebas yang justru akan menurunkan kemampuan imun tubuh, atau dengan kata lain imun balita dianggap masih sangat mumpuni dalam menangkal penularan Covid-19.

Peran Media

Jika kita perhatikan pemberitaan media-media besar di Spanyol seperti El-Mundo, El-Pais, dan La-Vanguardia sejak penghujung 2020, sangat jarang kita menemukan pemberitaan yang masif terkait pelonjakan pasien positif Covid, atau juga jumlah pasien yang meninggal dunia. Media di Spanyol dominan memberitakan hal-hal positif terkait perbaikan ekonomi, peningkatan volume perdagangan, juga berita-berita lain terkait wirausaha, olahraga, pariwisata, dan juga teknologi.

Media dan pemerintah seolah memahami bahwa masifnya pemberitaan terkait jumlah korban meninggal dunia, justru membuat masyarakat semakin ketakutan dan depresi. Sehingga media dibatasi untuk melakukan pemberitaan terkait jumlah peningkatan pasien positif dan yang meninggal dunia. Media menjadi salah satu penyemangat masyarakat dengan pemberitaan-pemberitaan hal positif, sehingga masyarakat yang menikmati media tersebut tidak ter-stigma rasa paranoid berlebihan akan Pandemi.

*Pasca Vaksinasi

Pasca vaksinasi massal sudah diberlakukan sejak awal tahun 2021 dan 80% populasi Eropa sudah mendapatkan vaksin, 26 Juni 2021 akhirnya pemerintah Spanyol mencabut kebijakan wajib masker di luar ruangan. Hanya saja, penerapannya tetap disertai dengan jaga jarak dan wajib menggunakan masker bila di dalam ruangan. Pun di pusat-pusat restoran terbuka, sudah diperbolehkan untuk berkumpul maksimal 6 orang sebanyak 1 meja tanpa adanya pembatas jarak antara satu konsumen dengan yang lain.

Uniknya, 2 bulan sebelum kebijakan itu dilakukan, sudah dilaksanakan uji coba konser terbuka di Barcelona, dengan penonton sekitar 5000 orang. Penonton diwajibkan melalui tes swab antigen terlebih dahulu dan menggunakan masker standar FFP2, serta panitia melakukan pembatasan jumlah pengguna toilet selama konser berlangsung.

Hebatnya, setelah 15 hari berselang, hanya 6 orang yang dilaporkan positif Covid-19. Empat dari keenam pasien tersebut terbukti tertular beberapa hari setelah konser berlangsung, sementara 2 lainnya sudah reaktif sesaat setelah konser selesai. Pernyataan tersebut secara langsung disampaikan oleh Joseph Maria Llibre, seorang dokter spesialis penyakit menular dari RS Trias I Pujol Barcelona selaku tim medis pengawas konser.

Sementara itu, dalam proses vaksinasi massal kawula muda justru mendapat giliran vaksin terakhir setelah seluruh lansia mendapatkan vaksin secara merata. Hal ini disebabkan bahwa pemerintah Spanyol berasumsi, bahwa orang muda memiliki imun yang jauh lebih kuat dibandingkan orangtua. Dimana jika orang muda divaksin terlebih dahulu, justru membuat kekebalan tubuh orang muda bekerja secara tidak maksimal.

Hingga saat ini, berbagai objek wisata di Spanyol sudah dibuka kembali untuk masyarakat umum (wisatawan lokal). Meskipun tetap ada larangan bagi masuk dari beberapa negara (termasuk Indonesia sejak 05 Juli-19 Juli 2021), wisatawan asing dari berbagai negara sudah dapat berkunjung ke Spanyol. Kedatangan wisatawan asing tentunya juga disertai dengan syarat dokumen yang ketat, seperti sertifikat Vaksin ataupun hasil PCR, yang menunjukkan bahwa mereka adalah wisatawan yang sehat.

Pemulihan Ekonomi

Pemerintah Spanyol bersama dengan Uni Eropa sepakat untuk mencairkan bantuan ekonomi masyarakat sebesar milyaran Euro secara merata. Namun pencairan dana tersebut melewati proses ketat dan terukur, dan disertai dengan berbagai kebijakan-kebijakan moneter yang mudah dijangkau masyarakat.

Bagi para pengusaha misalnya, pemerintah memberikan bantuan pembayaran gaji pegawai yang tidak dapat bekerja karena restoran hanya bersifat take away. Namun, pengusaha harus melaporkan secara detail izin, jenis, jumlah karyawan, bidang usaha, dan omzet usaha kepada pemerintah. Sehingga bantuan yang diberikan pemerintah sesuai dengan skala usaha yang dimiliki tiap-tiap elemen masyarakat.

Peran Masyarakat

Selain peran media dan pemerintah, peran masyarakat juga harus diakui sebagai salah satu kunci utama. Masyarakat memiliki kesadaran general bahwa jika tidak disiplin prokes, maka lock down akan diberlakukan kembali, dan akan meningkatkan tingkat depresi masyarakat.

Ada sebuah kesadaran bersama untuk melaksanakan protokol kesehatan tanpa ada pandang bulu pada masyarakat. Juga tidak ada keistimewaan pada jenis usaha tertentu, semua prokes tetap dilaksanakan dimana saja, kapan saja, dan secara khusus di bawah pengawasan pihak berwajib.

Baiknya lagi, peran pemerintah atas pemberitaan media, menyebabkan berbagai berita HOAX tidak mudah beredar. Sehingga nyaris tidak pernah terjadi panic buying seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di Indonesia, terkait dengan kemampuan susu Bear Brand dalam mengatasi peredaran Covid dalam tubuh.

Kesadaran disiplin prokes ini juga terlihat dengan jelas bagaimana masyarakat Spanyol di Murcia melaksanakan demonstrasi dalam memperingati Hari Buruh pada 1 Mei 2021. Aksi long march tetap dilaksanakan, namun tetap melaksanakan prokes dan tidak melepas masker.

Aksi Demonstrasi May Day di MurciaSumber: Koleksi Pribadi
Aksi Demonstrasi May Day di MurciaSumber: Koleksi Pribadi

Semua kebijakan yang dilakukan pemerintah Spanyol tersebut tentu saja tidak serta-merta membuat Covid-19 menghilang secara keseluruhan. Pasien positif Covid-19 tetap ada, namun tetap dapat dikategorikan "terkendali".

Situasi ini tentu saja berangkat dari kesadaran semua elemen negara dalam memahami bahwa Pandemi ini bukan hanya urusan pemerintah. Setiap elemen masyarakat memiliki kontribusi dalam menciptakan situasi kehidupan sosial yang lebih baik, aman, dan nyaman. Seperti kata orang yang akan menikah, "bukan lagi kau dan aku, tapi kita".

Kesadaran tersebut memberikan sebuah kesimpulan utama atas keberhasilan Spanyol mengendalikan penularan Covid-19, bahwa "Prokes adalah Koentji!" benar adanya. Tidak ada kebijakan yang akan efektif tanpa didasari dengan pelaksanaan prokes yang disiplin sebagai pondasi utama.

Demikian pula adanya kondisi Pandemi seperti sekarang ini, tentu menjadi tugas kita bersama sebagai seluruh warga negara Indonesia. Baik pemerintah, aparat penegak hukum, media, dan masyarakat harus memikirkan kepentingan nasional secara bersama demi pulihnya kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan stabilitas kehidupan sosial masyarakat di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun