Mohon tunggu...
Zendy Anisa Qotrunnada
Zendy Anisa Qotrunnada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga 2021

Penulis adalah seorang mahasiswa yang senang membaca dan menulis. Kecintaannya terhadap literasi mendorongnya untuk menuangkan isi pikirannya dalam berbagai artikel. Dengan berbagai perspektif yang ia miliki, penulis berusaha memberikan pemahaman yang lebih luas tentang kehidupan sosial dan hubungan antar individu, serta bagaimana hal tersebut mempengaruhi keseharian kita.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kompromi Dalam Hubungan Bukan Bisnis

11 Januari 2025   20:05 Diperbarui: 11 Januari 2025   20:06 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompromi Dalam Hubungan

Setiap hubungan membutuhkan kompromi untuk tumbuh dan berkembang. Kompromi bukan hanya tentang memberi atau menerima, tetapi tentang menemukan titik tengah yang saling menguntungkan bagi kedua pihak. Namun, dalam beberapa kasus, pasangan mungkin menganggap kompromi sebagai sesuatu yang mirip dengan perjanjian bisnis---sebuah transaksi atau negosiasi untuk mendapatkan keuntungan masing-masing. Padahal, sebenarnya kompromi dalam hubungan memiliki tujuan yang lebih mendalam dari sekadar "menang" dalam diskusi atau situasi tertentu.

  • Ketidakmampuan untuk Berkompromi

Dalam hubungan yang sehat, kedua pasangan perlu saling mendengarkan, berusaha mencapai solusi bersama, dan menghargai perasaan serta pendapat satu sama lain. Ketika salah satu pihak tidak bersedia untuk berkompromi, dan terus menentang atau mengabaikan pendapat pasangannya, maka itu bisa menjadi tanda bahwa hubungan tersebut tidak berkembang dengan baik. Tanpa kompromi yang sehat, hubungan akan terasa stagnan dan berisiko menuju ketidakbahagiaan.

  • Kompromi Bukan Negosiasi Bisnis

Kompromi dalam hubungan seharusnya tidak dianggap sebagai negosiasi atau perjanjian bisnis. Dalam bisnis, tujuan utama adalah mendapatkan keuntungan atau mencapai hasil yang menguntungkan bagi satu pihak. Sebaliknya, dalam hubungan pribadi, kompromi bertujuan untuk menemukan titik tengah yang menguntungkan kedua pihak dan menjaga keharmonisan bersama. Kompromi yang sehat bukan soal siapa yang "menang" atau "kalah", melainkan tentang kedua belah pihak bekerja sama untuk mencapai kebahagiaan dan kestabilan bersama.

  • Berada dalam Hubungan untuk Saling Mendukung

Ingatlah bahwa hubungan yang sehat adalah tentang kerjasama dan saling mendukung. Tidak seharusnya ada pihak yang merasa lebih diuntungkan atau lebih dominan dari yang lain. Jika hubungan hanya melibatkan satu pihak yang terus-menerus berusaha menegosiasikan segala hal atau memperoleh apa yang diinginkan, maka hubungan tersebut akan menjadi tidak seimbang. Hubungan yang sehat memerlukan upaya bersama, di mana kedua pasangan berinvestasi dalam kebahagiaan dan kesejahteraan satu sama lain, bukan hanya sekadar mencari siapa yang lebih diuntungkan.

  • Masalah yang Mendasar

Jika pasangan terus menganggap kompromi dalam hubungan sebagai transaksi atau bisnis, tanpa memperhatikan perspektif atau perasaan Anda, mungkin ada masalah mendalam yang perlu dihadapi. Ketika komunikasi dan kompromi tidak dihargai, itu bisa menunjukkan perbedaan besar dalam pandangan hidup atau tujuan hubungan tersebut. Jika salah satu pihak merasa bahwa hubungan lebih mirip transaksi daripada ikatan emosional yang saling mendukung, Anda perlu mempertimbangkan apakah hubungan ini masih bisa berkembang ke arah yang sehat.

  • Pertimbangan untuk Kesejahteraan Emosional

Kompromi adalah salah satu elemen penting dalam hubungan yang sehat. Jika hubungan Anda mulai terasa lebih seperti sebuah "bisnis" atau transaksi, mungkin itu waktu untuk berhenti sejenak dan mengevaluasi apakah hubungan tersebut memberikan Anda kebahagiaan dan kesejahteraan emosional. Tidak ada yang salah dengan mendiskusikan batasan atau keinginan, tetapi hubungan yang sehat adalah tentang saling memberikan dukungan emosional dan bukan hanya berfokus pada siapa yang "menang". Jika Anda merasa bahwa kompromi tidak dihargai dan hubungan ini lebih mengarah ke transaksi, Anda berhak untuk mempertimbangkan kembali arah hubungan tersebut demi kebahagiaan dan kesehatan emosional Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun