PHP, Pemberi Harapan Palsu begitulah kira kira yang di peroleh sementara kalangan dan kelompok kepentingan politik di Indonesia, dengan segala daya upaya mengerahkan seluruh kekuatannya untuk meraih harapan yang terpampang didepan mata.
Apakah itu salah, tentu tidak karena setiap fenomena didunia kekuasaan dan politik, semua selalu meyakinkan dan memenuhi syarat sebagai informasi A1, namun demikian tetap saja didunia politik dan kekuasaan ada ketentuan yang harus selalu di sadari oleh siapapun yang bergerak didunia politik, bahwa fenomena apapun yang dilihat dan diterima semua selalu sumir, dan ada pada posisi Trial and Error.
Setiap kesempatan dan fenomena harus disikapi dengan sungguh sungguh namun mengandung resiko memperoleh hasil Error, kalau memang memperoleh hasil Benar, maka fenomena dan haraapan yang diperoleh benar benar nyata, dan memperoleh keberhasilan.
FPI jelas kelompok dan organisasi yang bergerak diranah politik dan kekuasaan, sikap kritis dan gugatannya mengandung kekuatan dan fenomena politis, dan berdampak terhadap peta politik dan kekuasaan.
Menggunakan kerangka berfikir berdasar atas hukum hukum Islam adalah sah sah saja bagi mereka yang menggunakannya sebagai alat pengkonsolidasian kepentingan mereka. Namun sekali lagi setiap pilihan politik selalu mengandung kekuatan balik yang sama besar dengan peluang yang diperolehnya.Â
Azas PHP dan Trial and error juga  merupakan konsekwensi logis yang harus mereka terima, bahwa ide pengkonsolidasian melalui hukum hukum Islam juga mengandung ketidak berhasilan, sekaligus menghantam mereka dari kancah perpolitikan nasional.
Error yang akan diperolehnya tentu sudah menjadi resiko yang harus ditanggung, walau bagaimanapun juga tetap berwajah politis dan beresiko terhadap penilaian politik masyarakat terhadap mereka. Wajah buruk yang mereka terima dari penilaian masyarakat jelas adalah hasil error yang mereka terima.
Pupuslah perjuangan kepentingan mereka yang membawa hukum hukum Islam sebagai kendaraan politiknya, Harapan yang menjadi asumsi ternyata tidak ada yang benar, semua hanyalah bayangan harapan belaka.
Tentu tidak bisa lepas dari issue issue Wahabi yang terbawa kedalam kancah politik yang mereka bawa, yang difahami oleh seluruh masyarakat Islam dunia dan masyarakat dunia lainnya, mengandung kesamaan dengan Wahabi yang dianut oleh Pemerintah kerajaan Arab Saudi.
Issue kekerasan yang sempat disematkan kepada Wahabi karena wajah yang mereka tampilkan seperti itu, seolah menggambarkan keketatan mereka terhadap keyakinan yang mereka anut dengan segala intoleransnya terhadap aliran lain dan bahkan keyakinan lain.
Pilihan yang begitu jelas terasakan oleh masyarakat Indonesia, ketika FPI dengan tokoh sentral Habib Rizieq Shihab melakukan pengimplementasian politik yang menjurus kepada kekakuan keyakinan dan kekerasan terhadap keyakinan yang mereka miliki, berdasar atas hukum hukum Islam yang mereka yakini.