Mohon tunggu...
Zen Muttaqin
Zen Muttaqin Mohon Tunggu... wiraswasta -

AKU BUKAN APA-APA DAN BUKAN SIAPA-SIAPA. HANYA INSAN YANG TERAMANAHKAN, YANG INGIN MENGHIDUPKAN MATINYA KEHIDUPAN MELALUI TULISAN-TULISAN SEDERHANA.HASIL DARI UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SERTA PIKIRAN. YANG KADANG TERLINTAS DAN MENGUSIK KESADARAN. SEMOGA BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Politik

411, 212, 1212, Masehi, Dosakah ?

11 Desember 2016   19:54 Diperbarui: 11 Desember 2016   20:20 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya waktu kecil dulu di sekolah khususnya pelajaran Agama Islam, dan juga di sekolah madrasah sore harinya, selalu di ingatkan untuk tidak mempercayai hal hal yang tidak jelas argumentasinya. Seperti menghitung kancing baju dikaitkan dengan keberhasilan sesuatu, menghitung suara tokek didinding dikaitkan dengan keberuntungan dan lain sebagainya. 

Dan juga seringkali diingatkan bahwa setiap hari setiap tanggal adalah sama saja tidak ada yang harus di istimewakan, tidak ada satu haripun yang mendatangkan kesialan atau keberuntungan, semua itu dikategorikan sebagai tindakan musyrik kecil.

Keberuntungan dan kesialan sesuatu tidak di tentukan oleh hari dan tanggal, tetapi ditentukan oleh kinerja dan kerja kita sendiri, dari keberhasilan kerja kitalah kebertuntungan akan kita peroleh, hanya satu saja yang bisa menghalangi keberhasilan itu, yaitu kehendak yang maha Kuasa yaitu Allah swt, 

Maka Qodlo dan Qodar adalah salah satu yang harus kita imani dalam keimanan Islam, percaya dengan adanya Qodlo dan Qodar maka percaya atas kehendak Allah yang paling menentukan didalam hidup kita. 

Oleh sebab itulah kita diwajibkan untuk menerima semua keadaan dengan ikhlas dan menyikapinya dengan mensyukuri nikmat semua yang menimpa hidup kita, semua itu adalah karunia yang diberikan Allah kepada kita, yang harus dan wajib disyukuri.

Bertawakal adalah pintu masuk terujinya keimanan kita, sebesar apa sebenarnya Iman kita kepada Allah dan takdirnya, ketika kita menerima keadaan dengan penuh rasa syukur adalah jalan terbaik untuk mencapai kedekatan kepada Allah semata.

Makin besar rasa syukur kita akan menjadi modal utama kita untuk mengangkat derajat kita sebagai manusia utama, mencapai kesempurnaan manusia yang diciptakan Tuhan. 

Oleh karena itulah tidak ada jalan lain selain memasrahkan diri bulat bulat kepada setiap peristiwa, yang ada didalam kehendak Allah semata, dan bersiap siap untuk mensyukurinya, betapa apapun yang menimpa kita saat itu.

Hal inilah yang mendidik kita untuk tidak lagi berupaya mereka reka dan merekayasa hasil kerja agar senantiasa sesuai dengan yang kita inginkan, apalagi keinginan yang dilumuri oleh nafsu nafsu, nafsu serakah ataupun nafsu mutmainah, yaitu nafsu yang timbul karena kinginan kita menjadi baik dimata orang lain.

Nafsu dendam kesumat dan nafsu amarah menjadi hal yang paling di musuhi dan dihindari, bahkan harus di perangi karena dari sanalah sebenarnya tumbuh kejahatan yang merusak kehidupan di sekeliling kita, tanpa kita menyadarinya.

Merekayasa hasil juga mengusik ide mematut dan menggunakan angka angka, tanggal tanggal, hari, tahuun, tempat dan saat, menjadi bahan untuk dijadikan pegangan rekayasa keinginan yang dilumuri oleh nafsu itu, yang sebenarnya hanyalah upaya lari dari kenyataan adanya kehendak Allah yang Maha Kuasa dan Maha memiliki kehidupan.

Mempersamakan kreasi angka, tanggal dan hari menjadi ramalan hasil kerja, dengan menabrak kedaulatan kekuasaan Allah didalam ketentuan hasil, sama saja dengan perilaku syirik atas kekuasaan Allah yang Maha Kuasa.

Ketidak mampuan mengelola diri untuk bisa mensyukuri apa yang kita peroleh, menjerumuskan kita kedalam perilaku kemusyrikan, dan itu benar benar perilaku yang tergolong dalam kategori Dosa besar yang tak terampunkan.

Mempersamakan peristiwa dengan tanggal dan hari, adalah dorongan provokasi Iblis yang dengan hebatnya membungkusnya seolah seperti tindakan yang biasa saja, namun sejatinya adalah perilaku ingkar kepada Kekuasaan Allah semata.

411, 212, dan 1212 menjadi sangat krusial apabila di konotasikan dengan perilaku seperti diatas, semoga otak atik gatuk ini, jangan dijadikan issue yang menabrak kehendak Allah, sementara Iblis membungkusnya dengan manis seolah hanya sekedar membesarkan hati dan membesarkan ukhuwah.

Cobalah untuk lebih cerdas dari kerangka berfikir Iblis, kembalilah kepada kerangka berfikir sebagai manusia yang lebih sempurna dari pada Iblis, gunakanlah kriteria perjuangan yang lebih sempurna dan lebih menunjukkan sebagai Manusia utama.

Tinggalkan pola pola Jargon Jargon yang tidak Islami, bentuklah kerangka berfikir yang lebih cerdas dan Islami, gunakan kecerdasan kita untuk menjunjung tinggi kehidupan Yang diciptakan dan sekaligus menjunjung tinggi tinggi Maha Pencipta nya.

Betapa rendahnya Islam itu apabila digunakan hanya sekedar membentuk jargon jargon yang jauh dari perilaku yang Islam.

APA ITU MEMILIKI

LANTAS,
BAGAIMANA YANG KU MILIKI
YANG TAK PERNAH KUINGINI
SIAPA MEMILIKI, YG KUMILIKI
SIAPA MENGINGINI

KENAPA,
MESTI MEMILIKI YG TAK KITA INGINI,
TAK MEMILIKI YG SUDAH KITA MILIKI,

SESUNGGUHNYALAH,
KITA TAK PERNAH INGINI
YANG KITA MILIKI ADALAH AMANAH ILAHI
SEMUA ALLOH MILIKI

SUNGGUH ,
KITA LAHIR, HIDUP DAN MATI ,
ATAS KEHENDAK ILAHI,

LANTAS
SEKERDIL APA DIRI INI ,
MERASA MESTI MEMILIKI
SEMUA YANG DIINGINI

Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !

Jakarta, 11 Desember 2016

Zen Muttaqin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun