Majunya MUI sebagai ujung tombak penistaan Calon Gubernur Ahok, menjadi komoditas yang bisa ditawarkan kepada kedua calon lawan ahok. Â tawaran kerjasama dengan membutuhkan dana besar sebagai alat menenggelamkan Ahok sekaligus mengangkat Calon lawan Ahok pada Pilkada 2017 mendatang.
Dengan issue SARA dan Agama, meneror Calon Gubernur Ahok kalau perlu pembunuhan karakter digunakannya, Â sehingga memberikan jalan lempang kepada calon yang mau bekerjasama merebut suara pada Pemilu.
Namun apalah daya, masyarakat saat ini sudah tidak lagi mudah terbawa oleh skenario dan keinginan para Calon Gubernur yang memiliki ambisi menjadi Gubernur, dari sinilah awal kekisruhan ketika mulai ikut mengusik Politik, yang dimasa yang akan datang akan lebih dahsyat dan rumit lagi.
Muncul pendukung pendukung dari para fundamentalis, dengan imbalan yang lebih besar dari pada biaya yang sudah dikeluarkan, posisi politik Islam dan hukum Islam sebaga ialat bargaining untuk meraih sebesar besarnya keuntungan pribadi dan golongan.
Oleh sebab itu sudah seharusnyalah Pemerintah segera mengevaluasi keberadaan MUI, sesuai dengan visi Gus Dur yang merekomendasikan MUI saatnya dibubarkan, mengembalikan fungsi keagamaan kepada dua Ormas terbesar NU dan Muhammadiyah, sebagai panutan Ummatnya masing masing.
Diluar Ormas NU dan Muhammadiyah,ya mesti kembali kepada masing masing aliran yang ada. sesuai kemampuan dan tanggung jawabnya masing masing.
Tidak perlu menimbang dan merenung lagi, segerakanlah penyelesaian MUI ini agar kehidupan berbangsa dan bernegara kita kembali normal tenteram  seperti sedia kala tanpa ada nuansa kekerasan dan menghilangkan pengaruh fundamentalis didalam Islam.
Momentum yang sekarang ini ada, merupakan saat yang paling tepat melaksanakan program pembubaran MUI dan menghilangkan segala eksistensinya.
Merdeka! Merdeka! Merdeka!
 Jakarta, 14 Oktober 2017
Zen Muttaqin