Ketiadaan kompetisi sepakbola, justru pemainlah yang sangat dirugikan, karena hanya itulah keahlian yang selama ini dipupuk dan ditekuni, mendadak kemudian terhenti dan tidak lagi bisa menghasilkan pendapatan bagi kehidupannya. Klub jelas tak memiliki ketergantungan yang besar dibanding pemain, mereka bisa berkegiatan bisnis di tempat lain.
Oleh karena itulah wajar apabila APPI sangat konsen dan berkepentingan terhadap kelangsungan Kompetisi yang lebih menjamin kehidupannya, sementara yang lain hanyalah faktror penunjang dan poendukung bergulirnya kegiatan sepakbola, APPI memiliki kekuatan untuk ikut serta menyelesaikan masalah, tyanpa takut intimidasi dan tekanan dari pihak pihak Klub dan manajemen.
Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) coba menjelaskan poin-poin deklarasi ‪#‎MenolakTurnamen‬ telah disampaikan secara resmi oleh mereka di Hotel Atlet Century, Jakarta, 14 Januari 2016. Ada poin sempat menjadi perdebatan, salah satu poin yang dimaksut yakni poin kelima yang berbunyi: Pesepakbola mendorong pemerintah untuk segera menggulirkan kompetisi sepakbola yang profesional dan berjenjang demi kepastian persepakbolaan nasional.
Adanya kegiatan sepakbola sejatinya jauh lebih penting daripada sanksi FIFA itu sendiri, karena tanpa FIFA pun seharusnya pertandingan sepakbola bisa kita laksanakan, walau tidak memperoleh pengakuan sementara oleh FIFA, namun kegiatan ini akan membuka mata mereka bahwa Sepakbola Indonesia tidak akan mati dan akan terus berkegiatan yang digemari masyarakat.
Pengakuan FIFA hanyalah buah dari kegiatan kita yang benar benar telah berjalan dengan baik, disanalah kita masuk kedalam kancah international dalam keadaan sudah mamiliki kekuatan yang menyatu. Hanya waktulah yang akan membuktikan pencapaian prestasi dan prestise sepakbola di kancah international.
Wakil ketua APPI dalam situs resmi pribadinya coba meluruskan "Di poin ini mereka berpikir jika APPI telah mengkhianati federasi. Di sinilah mereka gagal paham," tulis pemain yang akrab disapa Bepe, kemudian menambahkan bahwa APPI melihat kondisi pembekuan yang dialami PSSI oleh pemerintah, oleh karena itulah  mereka harus bertanggung jawab untuk menghidupkan kompetisi sepabola nasional.
"Bertanggung jawab disini yakni dengan kembali menggelar kompetisi yang berjenjang. Caranya bagaimana? Ya dengan segera berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait. Siapa itu? Ya klub, operator, serta bila perlu dan memungkinkan ya federasi," tambah mantan kapten timnas Indonesia itu.
Dengan demikian APPI menuntut kepada semua pihak untuk berkoordinasi demi mencari jalan keluar terbaik dari permasalahan ini. Mengingat, pemain sudah bosan dan lelah dengan konflik berkepanjangan yang saat ini terjadi.
PSSI Beku adalah kenyataan yang terbukti sudah tidak bisa bangkit dan diharapkan lagi, sementara menunggu perbaikan PSSI secara menyeluruh, maka memang sebaiknya kompetisi berjenjang bisa dilaksanakan dibawah kendali Pemerintah, selama PSSI masih belum siap untuk diterima sebagai asosiasi sepakbola yang sesuai dengan keinginan aturan dan hukum yang berlaku.
Pemerintah sudah menyiaapkan pengganti PSSI pada diri Tim Transisi, yang secara resmi telah ditunjuk pemerintah untuk segera menjalankan fungsinya sebagai pengganti PSSI.
Dari sanalah sesungguhnya kompetisi berjenjang bisa dilaksanakan tanpa merugikan pihak pihak yang terlibat dalam kompetisi, termasuk Pemain, perangkat pertandingan, sponsor, siaran dan para penggemar sepakbola yang selalu menanti nantikan aksi aksi para jagoan sepakbolanya masing masing.