Mohon tunggu...
Zen Muttaqin
Zen Muttaqin Mohon Tunggu... wiraswasta -

AKU BUKAN APA-APA DAN BUKAN SIAPA-SIAPA. HANYA INSAN YANG TERAMANAHKAN, YANG INGIN MENGHIDUPKAN MATINYA KEHIDUPAN MELALUI TULISAN-TULISAN SEDERHANA.HASIL DARI UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SERTA PIKIRAN. YANG KADANG TERLINTAS DAN MENGUSIK KESADARAN. SEMOGA BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jerome FIFA, di Pecat, Selanjutnya Apa?

15 Januari 2016   22:27 Diperbarui: 15 Januari 2016   22:52 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

sumberfoto,labo.la

 

Jeromme Valcke di pecat dari Sekjen FIFA, adalah rentetan perisyiwa yang berkelanjutan dari tergusurnya Blatter dari kursi Presiden FIFA, bahkan telah dinyatakan haram berkegiatan di sekitar Sepakbola di seluruh dunia.

Suatu hal yang mustahil namun terjadi tanpa ada indikasi terhambat maupun terhalangi oleh kekuatan apapun, sekalipun kekuatab mafia sepakbola dunia yang selama ini telah mengangkangi persepakbolaan international dan menyebar keseluruh penjuru dunia melalui Kaki tangan yang bercokol di asosiasi atau federasi sepakbola anggotanya.

Suap dan mahar adalah pembicaraan lazim, ketika ada kepentingan anggota asosiasi yang diperjuangkan melalui pola perijinan dan otoritas sepakbola tertentu yang dikehendaki.

Pengaturan disegala sektor dan bidang merupakan lahan empuk terwujudnya kepentingan2 yang akhirnya tak bisa lepas dari kepentingan politik, golongan dan kelompok di masing masing anggota asosaiasi yang membutuhkannya.

Bahwa intervensi poltik menjadi synergy dan satu helaan nafas dengan tata kerja dan tata kelola mafia sepakbola international yang koruptip, dari keuntungan politik inilah menjadi lahan empuk terjadinya pertukaran jasa dalam rangka mengatur tata kelolas epakbola masing masing anggota yang membutuhkannya.

Issue Tuan Rumah Piala Dunia sempat menjadi topik hangat pada masa lalu saat PSSI dipimpin oleh Nurdin Halid, sementara prestasi sepakbola Indonesia justru ada diperingkat bawah, tanpa prestasi dan sebijipun trophy yang ada ditangan PSSI Timnas.

Lolos menjadi juara di level Asia Tenggara saja tak teraih, namun optimisme meraih Tuan Rumah Piala Dunia menjadi bahasan mendalam dikalangan masyarakat.

Meraih sesuatu tanpa dilandasi dan dimodali oleh keberadaan prestasi didunia olahraga khususnya sepakbola, merupakan pukulan telak untuk para pemerhati sepakbola, terutama masyarakat Indonesia.

Bahwa memperoleh posisi terhormat yang tidak dilandasi dengan proses wajar yang terhormat, justru menghancurkan harga diri dan maratabat rakyat dimata bangsa bangs alain dibumi.

Terbetik hembusan kabar, bahwa meraih tiket tuan rumah Piala Dunia bukanlah hal sullit, asalkan mengerti dan memiliki kemauan untuk mewujudkannya, dengan jalan dan lobby tertentu keinginan itu akan bisa diraih, sementara Piala Dunia dalah pesta sepakbola seluruh dunia yang diperoleh melalui perjuangan meraih prestasi dengan kesulitan memperolehnya melalui system kompetisi yang maha sulit.

Adalah hal yang sangat tidak masuk akal dan bertentangan dengan semangat fairplay, serkaliguys menghancurkan sendi sendi sportifitas serta nilai nilai kejujuran dalam menorehkan prestasi. Buklan kehormatan yang diperoleh, namun sejatinya adalah terhempasnya harga diri dan kehormatannya.

Issue bisanya meraih perhelatan Piala Dunia tanpa dilandasi prestasi adalah indikasi terjadinya proses pengaturan yang tidak dilandasi nilai nilai sportifitas dan kejujuran, lobby yang mengindikasikan adanya praktek praktek diluar system dan prosedur Organisasi yang kemudian populer disebut sebagai kerja mafia seapbola.

Sepakbola adalah sepakbola, permainan namun sarat dengan nilai nilai olahraga yang harus di landaskan kepada nilai nilai sportifitas dan kejujuran, Fairplay yang berlandaskan asas persamaan non diskriminasiArtinya memberlakukan sepakbola tidak beda dengan olahraga yang lain, yang mengandung prestasi dan pencapaian batas batas kemampuan manusia.

Akankah perjuangan mengembalikan sepakbola pada khittohnya seperti saat didirikan akan terus berlanjut, dengan terlihat satu persatu para petinggi FIFA masa lalu tersingkir dan disingkirkan dari percaturan sepakbola.

Tentu Indonesia juga berharap dan terus berjuang mengembalikan nilai nilai sportifitas dan kejujruan dalam tata kelola sepakbola Indonesia dimasa yang akan datang.

Tentu perubahan era dan kemauan mengembalikan nilai nilai sepakbola FIFA masa lalu akan melalui proses perlawanan yang perlu ditangani dengan tegas namun bijaksana. Tidak ada kemuliaan yang akan diperoleh tanpa pengorbanan.

Jer Basuki Mowo Beyo, 

Ditangan kita lah Tata kelola sepakbola yang baik akan bisa terwujud, dengan semangat dan tekad memperbaiki diri untuk meraih prestasi dan kehormatan dikancah international, terhindar dari tangan tangan mafia sepakbola yang selama ini telah menghancurkan sepakbola itu sendiri.

Sedikit sulit, namun menghasilkan. dari pada mudah. namun sia sia.

 

Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !

 

Jakarta, 15 Januarai 2016

 

Zen Muttaqin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun