Mohon tunggu...
Zen Muttaqin
Zen Muttaqin Mohon Tunggu... wiraswasta -

AKU BUKAN APA-APA DAN BUKAN SIAPA-SIAPA. HANYA INSAN YANG TERAMANAHKAN, YANG INGIN MENGHIDUPKAN MATINYA KEHIDUPAN MELALUI TULISAN-TULISAN SEDERHANA.HASIL DARI UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SERTA PIKIRAN. YANG KADANG TERLINTAS DAN MENGUSIK KESADARAN. SEMOGA BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pemerintah Ingatkan Konsistensi FIFA

5 November 2015   10:35 Diperbarui: 5 November 2015   11:14 1492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada kesepakatan FIFA, selain kesepakatan antara Presiden RI Joko Widodo dengan FIFA

Tidak heran dengan perilaku FIFA dan pengurusnya, Pasca terkuaknya Skandal Korupsi Presiden FIFA Sep Blatter, mengguncang keutuhan FIFA, seolah seperti gunung longsor, satu persatu terbanting kebawah jurang, setelah Sekjen dan anak buahnya, juga meluas ke konfederasi serta federasi.

Platini juga merasakan aliran dana suap dari FIFA, sekarang terseret Federasi Jerman yang melakukan suap untuk kepentingan Piala dunia yang telah lalu, hal ini jelas tidak bisa ditutupi cenderung merembet kepada federasi federasi dibawahnya, begitulah yang terjadi ditubuh Organisasi besar FIFA, dengan triliunan dollar perputaran uang disektor ekonomi bola.

Semangat yang dulu mewarnai tekad bulat para pendiri FIFA, tercoreng oleh sejarah perkembangan FIFA dimasa kini, FIFA yang berdiri sejak kegagalan politik hegemoni melalui penjajahan dan penindasan, memilih jalur mengikat persaudaraan dan kebersamaan diantara bangsa melalui sepakbola, membangun peradaban manusia yang sejahtera bebas dari penjajahan dan penindasan antar manusia memilih kehidupan tanpa peperangan dalam perdamaian abadi.

Pola Hedonisme yang terbawa oleh pola komersialisasi disegala bidang sepakbola, telah menodai semangat dan tekad para pendiri FIFA, timbulnya gairah para penggemar sepakbola yang sukses menjadi olahraga yang paling digemari dimuka bumi, dengan diikuti oleh bermiliar penduduk bumi, sebagai konsekwensi nya tentu menjadi wahana yang tepat bagi segala bentuk promosi produk produk untuk dipasarkan kepada konsumen.

Sementara Manusia belumlah mencapai kehidupan yang sejahtera, separoh belahan dunia masih ada dibawah garis kemiskinan, jauh dari kesejahteraan yang kita cita citakan, tentu FIFA bisa menjadi wahana tumbuhnya saling pengertian diantara bangsa serta memberikan motivasi pembangunan manusia yang masih tertinggal.

Tindakan dan perilaku Korupsi adalah salah satu indikasi kuat terjadinya penyelewengan system dan organisasi manajemen FIFA itu sendiri, hal ini merupakan hasil dari penyalah gunaan jabatan dan wewenang yang diemban kepada mereka, artinya mereka tidak taat asas kepada pengambilan keputusan berdasar atas system dan prosedur yang berlaku.

Conflict of interest para Petinggi FIFA yang menyebabkan berkembangnya budaya mencari keuntungan pribadi dan kelompok hampir seluruh pengurus sepakbola diseluruh federasi, oleh karena itulah loby FIFA menjadi ganjalan yang cukup besarbagi reformasi FIFA sekarang ini.

Budaya memelintir hasil kesepakatan yang dilansir oleh Menpora, sebagai pengikut pertemuan FIFA dan Presiden RI Jokowidodo belum lama ini, menunjukkan perilaku dan budaya loby FIFA masih ada, yang dengan berani memelintir kesepakatan dengan Negara berdaulat Republik Indonesia.

Pelanggaran atas kesepakatan adalah indikasi adanya ketidak beresan dalam manajemen FIFA, selama mereka masih tidak taat kepada system dan prosedur organisasi yang ada, maka akan timbul banyak skandal skandal baru yang mirip atau sama dengan skandal korupsi ditingkat Ptresiden FIFA.

Untuk itulah Kemenpora mengingatkan FIFA dan AFC untuk memegang komitmen terkait pembentukan tim kecil sesuai dengan hasil keputusan saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Senin (2/11).

"Tim FIFA dan AFC telah sepakat untuk membentuk tim kecil dimana tugas tim ini adalah untuk berkomunikasi dan mendetailkan hal-hal teknis dalam rangka reformasi terhadap PSSI. Namun kondisi saat ini berbeda," kata Kepala Komunikasi Publik Kemenpora, Gatot S Dewa Broto di Kantor Kemenpora Jakarta, Rabu (4/11).

Tim FIFA dan AFC dipimpin oleh anggota Exco FIFA asal Jepang, Kohzo Tashima telah membahas beberapa hal terkait pembenahan persepakbolaan nasional. Bahkan Presiden Joko Widodo memberikan waktu khusus untuk membahas hal ini.

Tim FIFA dan AFC bahkan juga telah melakukan dengan stakeholder sepak bola lainnya mulai dengan PSSI di bawah pimpinan La Nyalla Mattalitti, asosiasi pemain, PT Liga Indonesia hingga media olahraga di Indonesia. Setelah pertemuan tersebut justru dibentuk lagi tim tersendiri bukan melanjutkan tim kecil sesuai instruksi presiden.

"Perlu ditegaskan dalam konteks ini bahwa Tim FIFA dan AFC diminta komitmennya karena saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo sudah sepakat sepenuhnya untuk membentuk tim kecil. Sehingga dari aspek etikanya, maka komitmen yang sudah disepakati bersama tidak boleh secara sepihak dilanggar," katanya menambahkan.

Tim FIFA dan AFC setelah melakukan pertemuan dengan stakeholder sepak bola Indonesia langsung membentuk tim lain bukan tim kecil yang diharapkan oleh Presiden Joko Widodo. Hal inilah yang harus segera dijelaskan FIFA kepada Indonesia cq Presiden. Apabila tidak setuju dengan solusi Pemerintah,tentu harus katakan didepan Presiden, jangan melakukan kegiatan diluar kesepakatan.

Sesungguhnya FIFA sebagai wakil dari Organisasi FIFA bertemu dengan NKRI melalui Presiden Jokowidodo. Seharusnya mereka menghormati kedaulatan RI dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Indonesia, tidak sertamerta dengan tanpa sepengetahuan dan ijin Pemerintah melakukan pembentukan Tim diluar kesepakatan.

Kemenpora meminta komitmen yang telah disepakati bahkan dengan Kepala Negara harus dijunjung tinggi serta melaporkan hasil kesepakatan yang ada ke FIFA dan AFC. "Dengan demikian ada dua tim kecil yang berbeda. Kami tidak menganggap ini inskonsistensi tapi cuma mengingatkan," kata pria yang juga Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora itu.

Terkait dengan tim bentukan FIFA dan AFC yang saat ini sudah mencuat kepermukaan, Gatot menjelaskan jika pihaknya tidak masalah jika masuk dalam tim tersebut. Informasi yang ada, tim ini akan berisi perwakilan FIFA, AFC, PSSI, wasit, pemain, pihak independen hingga pemerintah.

Sedangkan untuk tim kecil instruksi dari presiden, Gatot menjelaskan, hingga saat ini masih dalam proses dan akan dibentuk secepatnya. Komunikasi dengan pihak istana hingga saat masih terus berlangsung. Harapannya tim segera terbentuk. 

Pemelintiran informasi dan perilaku loby seperti ini, terus saja berjalan mengganggu konsentrasi perombakan total tata kelola sepakbola kedepan. Tim yang bisa digunakan sementara kepentingan untuk mempertahankan perilakunya dimasa yang lalu, perilaku klaim serta pengkaburan informasi sudah menjadi kebiasaan yang susah hilang.

Kemenpora segera tanggap serta sigap atas pemelintiran kesepakatan FIFA dengan Presiden, seolah pelaku utama pembenahan sepakbola indonesia ditangan FIFA, padahal untuk kasus Indonesia jelas masih ada ditangan Negara cq Pemerintah Indonesia, FIFA hanya sekedar mengerti dan memahami apa yang akan dilakukan oleh Pemerintah.

Dalam kesepakatan itu jelas FIFA memberi apresiasi tinggi terhadap keberanian Presiden menjalankan program perombakan total tata kelola sepakbola, bahkan FIFA dengan sepenuh hati memberi dukungannya.

Oleh sebab itu, sudah dipastika bahwa Tim Kecil dibentuk sendiri oleh Pemerintah, yang akan segera dilansir dan bekerja, melakukan komunikasi efektif langsung dengan FIFA tanpa perantara siapapun, tidak menggunakan cara cara loby FIFA.

Semua mengikuti system dan prosedur baku antar lembaga International dan NKRI, melalu jalur jalur diplomasi yang ada dan resmi.

Bagaimana mungkin Sapu yang kotor bisa membersihkan lantai kotor.

Bagaimana mungkin yang bertindak menjadi yang menindak.

Bagaimana mungkin yang dirombak menjadi yang merombak.

 

Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !

Jakarta, 5 Nopember 2015 | Zen Muttaqin

sumber foto,Natalia Laurens/JPNN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun