Mohon tunggu...
Zen Muttaqin
Zen Muttaqin Mohon Tunggu... wiraswasta -

AKU BUKAN APA-APA DAN BUKAN SIAPA-SIAPA. HANYA INSAN YANG TERAMANAHKAN, YANG INGIN MENGHIDUPKAN MATINYA KEHIDUPAN MELALUI TULISAN-TULISAN SEDERHANA.HASIL DARI UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SERTA PIKIRAN. YANG KADANG TERLINTAS DAN MENGUSIK KESADARAN. SEMOGA BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

PSSI, Sudah Jatuh Ketimpa Tangga Pula

31 Oktober 2015   10:45 Diperbarui: 31 Oktober 2015   11:53 5259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumberfoto,ceritasepakbola.com

 

Sudah jatuh ketimpa tangga pula, makanya hati hati jangan sembrono, jangan cari posisi yang membahayakan diri sendiri, cari posisi yang dijamin keselamatannya, sehingga tak terjadi dirimu jatuh serta ketimpa tangga pula.

Itulah seharusnya yang selalu diingat oleh para pengurus PSSI yang dibekukan, yang selama ini masih merasa menjadi pengurus PSSI, sementara keadaan beku yang menimpa dirinya adalah suaru realita yang harus diperhitungkan dan diperhatikan, agar memperoleh posisi yang baik selamat dari segala kesialan yang menimpa.

Bayangkan saja sudah terjadi berkali kali, sekaligus memalukan mereka dari peristiwa peristiwa, rasa terkadali pun juga sudah mereka rasakan, namun anehnya kok juga masih belum merasa bahwa posisi yang ditempatinya adalah salah tidak proporsional, posisi yang seharusnya tak ditempati, karena disitulah tempat yang rawan terjadinya pengkadalan pengkadalan.

Piala Presiden sudah berlalu, dan PSSI telah tersingkir tak bisa tampil sedikitpun, bahka logo pssi sekalipun tak boleh tampil, apalagi eksistensi yang sangat jauh panggang dari api, bagaimana bisa matang semua menjadi mentah dan hanya mengakibatkan sakit dihati.

Bahkan hujatan hujatan semakin mengalir semakin menenggelamkannya ditempat yang nista, Piala Sudirman kini digulirkan, seolah olah sempat sedikit memperoleh peluang untuk segera bangkit dari keterpurukan, namun masih sangat jauh dari harapan, bisa dimengerti bagaimana tidak berbunga bunga, ketika Panpel Piala Sudirman yang dijabat oleh seorang Jenderal mengirimkan surat permintaan Perangkat pertandingan.

Wow amazing, inilah kesempatan itu untuk diterkam, dengan segala kepedeannya LNM segera memberikan pernyataan tidak akan memberi ijin kepada perangkat pertandingan apabila tidak mengikutkan LI, Mahaka harus diganti oleh PT LI, wow mengejutkan sekali, padahal semua orang tahu bahwa PT LI mati suri, pertanggungjawaban tahunan saja masih belum ada kejelasannya, masih kondisi disclaimer.

Bahkan Klub klub dengan serentak diperintahkan untuk melakukan bargaining kepada penyelenggara, bahwa Klub akan berpatisipasi apabila diselengarakan dan direkomendasi PSSI bukan oleh Tim Transisi, tidak kurang ada beberapa klub yang sudah memberikan pernyataannya, seperti Sriwijaya, Persipura, dll

Seolah ada kesempatan besar bergandengan tangan dengan TNI melawan dominasi Menpora, entah dengan dasar pemikiran apa bisa memiliki peta konstelasi seperti itu, tak masalah itu hak mereka memiliki analisa pemikiran, namun jelas hal ini sungguh mengagetkan masyarakat, begitu optimisme mereka menerima sambutan dan uluran tangan TNI cq Panpel Piala sudirman.

Baru beberapa hari kemudian euforia itu dirasakan mereka, nyata bermunculan komentator2 yang menghiasai tulisan tulisan dengan segala aroganitas, menghujat tulisan serta menghujat penulisnya, seolah mereka sudah memiliki senjata pamungkas untuk kembali bangkit.

Tulisan saya beberapa hari yang lalu sudah menyinggungnya, apa benar TNI menjadi faktor pencabutan pembekuan PSSI ?, suatau pemikiran yang aneh dan kontra logika, didalam tulisan itu sudah saya kupas dengan tuntas, bahwa TNI adalah bawahan Presiden yang tak mungkin berseberangan dengan Presiden cq Menpora.

Namun tulisan itu dijadikan bahan hujatan, seolah realitas hukum dan konstitusi yang ada adalah salah dan diabaikan, bagaimana mungkin kita bisa hidup didalam negara yang memilik aturan dan hukum yang berlaku, sementara kita tak menggunakan realitas ini dalam setiap kegiatan kehidupan kita, betapa sengsara hidup dan kehidupan yang kita jalani.

Dari ketaatan kita terhadap aturan dan hukum yang berlaku merupakan jaminan terhadap keamanan dan ketertiban umum, yang akan menlindungi warga dari segala tindakan yang melanggar kepatutan dan hukum yang berlaku.

Berita yang dilansir baru baru ini, mulai terkuak posisi dan konstelasi masing masing lembaga didalam perhelatan Piala Sudirman, dimana PSSI dilarang tampil sama sekali, logo nya sekalipun dilarang ada didalam perhelatan pertandingan Piala Sudirman, seperti berita didalam link dibawah ini.

Penyelenggaraan Piala Jenderal Sudirman Tanpa Atribut PSSI

sementara Piala Sudirman terus berkoordinasi dengan Tim Transisi dan BOPI sehubungan dengan penyelenggaraan Piala Sudirman, dan OC Piala Sudirman komit untuk mengikuti prosedur perijinan yang sesuai dengan aturan dan hukum yang berlaku, termasuk melakukan koordinasi dengan Tim Transisi.

Sesuai dengan aturan dan hukum yang berlaku, Tim Transisi dengan tegas melarang adanya segala macam bentuk atribut PSSI selama perhelatan pertandingan Piala sudirman digelar. tidak ada sedikitpun peluang PSSI tampil didalam perhelatan Piala Sudirman .

Dengan tegas OC Piala Sudirman akan tunduk dan patuh kepada aturan dan hukum yang berlaku, sebagai bentuk ketaatannya kepada UU dan konstitusi yang ada. Otomatis akan menyingkirkan segala bentuk penampakan PSSI didalam perhelatan Piala Sudirman, termasuk perangkat pertandingan serta logo PSSI dimanapun perhelatan itu diselenggarakan.

Lantas apa yang terjadi setelah kesepakatan itu, tentu saja PSSI beserta jajarannya kecewa berat, menyesali termasuk merasa dikadali oleh Mahaka atau Panpel Piala sudirman, karena ternyata harapannya tak terkabul, hanya fatamorgana yang menyakitkan. Sudah jatuh ketimpa tangga pula.

KIni sudah terjawab sudah, teka teki Piala sudirman, tinggal kita lihat bagaimana TNI mengamankan perhelatan Piala sudirman dari segala bentuk hambatan dan halangan terhadap kesuksesan penggelaran Piala Sudirman.

Kita lihat saja ketahanan Klub Klub terhadap gempuran dari PSSI dan PT LI, serta pengurus2 Klub yang berpihak kepada statusquo, akankah mereka tega mengorbankan penghasilan Klub serta penghasilan Pemain, mari kita tunggu dengan hikmat.

Dari sinilah kita semakin tahu, siapa saja yang termasuk anasir anasir penghalang perombakan total tata kelola sepakbola indonesia.

Tidak ada kesempatan PSSI dan jalan untuk kembali eksis mengelola sepakbola.

Sayonara mereka yang tetap keukeuh ditinggalkan roda sejarah sepakbola Indonesia

Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !

 

Jakarta 31 Oktober 2015

Zen Muttaqin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun