Mohon tunggu...
Zen Muttaqin
Zen Muttaqin Mohon Tunggu... wiraswasta -

AKU BUKAN APA-APA DAN BUKAN SIAPA-SIAPA. HANYA INSAN YANG TERAMANAHKAN, YANG INGIN MENGHIDUPKAN MATINYA KEHIDUPAN MELALUI TULISAN-TULISAN SEDERHANA.HASIL DARI UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SERTA PIKIRAN. YANG KADANG TERLINTAS DAN MENGUSIK KESADARAN. SEMOGA BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Menolak atau Menerima Konsesi

17 April 2014   15:36 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:34 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi terdiam ketika disodorkan untuk menyelesaikan, masalah2 yang menjerat elite politik di seluruh Partai partai, harapan rakyat jelas berharap terhapusnya tindakan dan perilaku yang selama ini telah merusak tatanan negeri ini, agar memperoleh kepastian untuk segera di tuntaskan dengan menerapkan hukum secara murni dan konsekwen.

Jokowi terdiam dan sekaligus bertekad, untuk mengikuti apa yang ada didalam hati nuraninya dan juga hati nurani seluruh Rakyat Indopnesia, yang mengalami krisis berkepanjangan serta kemandegan dalam kehidupan, tentu segala permintaan Rakyat akan menjadi landasan kuat bagi Jokowi untuk bertindak manakala berhasil menjadi Presiden mendatang.

Dukungan Rakyat yang masif telah ditunjukkan dengan segala cara dan kesempatan, menjadi topik perbincangan diwarung2 dan dijalan jalan, hingga sampai di akar rumput, melalui keberhasilannya menjadi Gubernur DKI serta ketaatan warga terhadap semua program yang dicanangkan oleh Jokowi.

Namun Jokowi juga terkaget manakala Presiden treshold harus di lampaui oleh PDIP, untuk memuluskan jalannya menuju Presiden RI, sementara hasil pemilu pileg hanya mencapai angka mendekati presiden treshold saja, jadi masih ada kekurangan untuk menggenapi 20 %.

Jokowi semakin tercekat menjalani proses perbenturan kepentingan, ketika berusaha mengamankan pencalonan dirinya menjadi Presiden. Perolehan suara Pileg PDIP, yang memaksa Jokowi harus melampaui ujian dalam negosiasi pencalonannnya.

Bahkan PDIP cq Bapilu sudah pasang posisi terdepan, dalam melakukan koalisi dengan partai lain, seolah menggambarkan ketidak berdayaan PDIP menghadapi segala macam tekanan dari para elite politik, baik yang ada di PDIP maupun yang ada di luar PDIP.

Namun semua itu berpulang kepada Jokowi yang akan menerima mandat secara langsung dari Rakyat, yang akan memilihnya pada pemilu mendatang. Oleh karena itulah posisi Bapilu menjadi tidak signifikan ketika Jokowi tetap keukeuh mempertahankan posisinya, sebagai pelaksana dan pembawa Amanah Penderitaan Rakyat.

Jokowi makin gusar ketika disodori begitu banyak Partai partai yang bersedia mengisi menjadi wakil presiden, namun dengan janji dan syarat menjamin segala permasalahan yang mereka lakukan selama ini.

Koalisi dengan pola bagi bagi kekuasaan dan bagi bagi rejeki, menjadi topik bahasan setiap adanya tawaran Koalisi kepada dirinya, yang jelas akan membahayakan kepentingan hati nurani, serta Amanah Penderitaan Rakyat yang selama ini menjadi keyakinannya.

Penolakan demi penolakan dilakukannya, setiap permintaan jaminan yang justru akan berpotensi menghianati hati nuraninya sendiri dan sekaligus hati nurani rakyat dan Amanah Penderitaan Rakyat, yang selama ini telah menempatkannya pada posisi menjadi pemimpin harapan Rakyat.

Jokowi kini menghadapi masalah, didepannya dihadapan tembok yang menghalanginya maju menjadi Capres PDIP , dalam rangka memenuhi persyaratan yang diatur oleh UU Pilpres, presidensial Treshold 20 %.

Jokowi ada di persimpangan jalan, apakah akan melanjutkan karakter yang selama ini diperlihatkan kepada Rakyat, dengan terus menjalankan pemerintahan dengan murni dan konsekwen, tanpa melakukan intervensi terhadap permasalahan2 masa lalu, yang harus di selesaikan secara hukum yang berlaku.

Ataukah Jokowi akan melakukan kompromi, menerima konsesi dan jaminan, dengan konsekwensi mengabaikan kepentingan Rakyat dan mengubur karakternya sendiri, yang selama ini telah menjadi dambaan dan harapan masyarakat, untuk  mengentaskannya dari jurang keterpurukan dan mengembalikan kepada jalan menuju cita cita.

Karakter asli Jokowi kini di uji, dan juga sekaligus menguji ketetapan hati Rakyat Indonesia, dalam menyelesaikan permasalahan dan pelanggaran2 hukum masa lalu, yang melibatkan hampir seluruh elite politik yang sekarang ada dan berkuasa.

Rakyat Indonesia harus bangkit, segera mengambil alih kekuasaannya dengan mencabut mandatnya dan  mengembalikannya kepada Rakyat.

Hanya ada dua jalan membentang,

Pertama menerima konsesi, dan terus melaju maju pada PilPres, dan memenangkan menjadi Presiden, namun telah terkontaminasi dengan janji dan konsesi yang menjeratnya sedemikian sehingga tak lagi mampu memenuhi harapan rakyat dan Amanah Penderitaan Rakyat.

Kedua menolak konsesi koalisi, dan terhenti dan dihentikan, gagal menjadi Calon Presiden PDIP. dan gagal ikut Pemilihan Presiden, otomatis pupus harapan Rakyat, gagal tak ada harapan untuk memperbaiki keterpurukan dari jurang kehancuran,  serta keinginan untuk melanjutkan kehendaknya mengembalikan jalan menuju cita cita.

Namun Rakyat akan bertindak dengan caranya sendiri, dengan konsekwensi berhadapan langsung dengan kekuatan penguasa dan elite politik bermasalah masa lalu.

Hanya waktu yang akan bisa menjawab, dan hanya Tuhan yang mampu mentakdirkannya.



Merdeka !  Merdeka !  Merdeka !

.

Jakarta 17 April 2014

.

Zen Muttaqin

.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun