Keraguan Gerindra menerima ARB sebagai Cawapres, agaknya mengalami kendala dan hambatan besar, Gerindra masih mempertanyakan kerelaan SBY melepaskan ARB sebagai Cawapres Prabowo.
SBY ternyata juga mulai membuka komunikasi dengan Gerindra, sementara pada saat yang sama PAN gencar mendekati Gerindra untuk masuk kedalam koalisi Gerindra. Tanpa menyebutkan anggota koalisi yang lain.
sepertinya terjadi segitiga bermuda, yang mengandung magnet saling tarik menarik diantara segitiga, ARB/Golkar, SBY/Partai Demokrat dan Hatta Rajasa/PAN. setiap ada gerakan dari salah satu dari segitiga itu, maka akan terjadi goncangan yang saling mendorong dan menarik dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
ARB/Golkar tak bisa begitu saja meninggalkan SBY/Partai Demokrat dan juga Hatta Rajasa/PAN, segitiga yang merupakan tulang punggung pemerintahan gabungan koalisi yang lalu mengandung permasalahan yang tak mungkin terpisahkan, satu dan yang lain saling mengait dan terkait dengan masif.
Upaya ARB/Golkar meraih kesempatan menjadi Wapres Prabowo, mengalami halangan yang tak mungkin bisa dilampaui, tentu Gerindra dan Prabowo akan sangat keberatan menerima konsekwensi yang akan di terimanya, sementara banyak pihak yang bisa dan bersedia menjadi partner koalisinya, seperti PKS, dan mungkin partai2 lain diluar Partai Demokrat, Golkar dan PAN.
Dengan tak terpisahkannya ARB/Golkar dengan SBY/Partai Demokrat dan Hatta Rajasa/PAN, maka mau tidak mau suka tidak suka , Golkar harus berkoalisi dengan Partai Demokrat dan PAN, yang ketiganya merupakan penguasa pemerintahan petahana.
Dengan komposisi Golkar, Partai Demokrat dan PAN, maka akan diperoleh suara yang lebih dari cukup untuk bisa mengajukan Capres dan Cawapres pada Pemilu Presiden mendatang, dan dengan komposisi tersebut, dengan mengabaikan hasil Konvensi Partai Demokrat yang tak akan menghasilkan Capres yang memenuhi sarat, maka Koalisi ini akan cenderung mengajukan Capres dan cawapres, ARB dan Hatta Rajasa.
Dengan terpisahnya Ketiga Partai tersbut maka Gerindra yang mengalami kegalauan, karena dengan PKS masih belum memenuhi suara minimal yang diperlukan untuk  mengikuti pemilu Presiden mendatang, sementara Partai2 kecil macam Hanura, PBB dan PKPI cenderung mengikuti arus masuk kekoalisi yang dirasa kuat dan meraih kemenangan, dan justru akan memperkuat PDIP, Nasdem, PKB dan PPP.
Namun untuk mencapai suara minimal, maka Gerindra mesti memberikan opsi menarik bagi Partai2 kecil yang bergabung, sedemikian sehingga mampu memberikan opportunity yang lebih baik.
Hanura jelas susah di iming imingi dengan uang dan jabatan, karena justru HT lebih memilih opportunity yang menjamin keberadaannya dimasa yang akan datang, oleh karena itu berat rasanya menarik Hanura dari PDIP.
PKPI dan PBB demikian juga, sulit untuk bisa menerima tawaran opportunity yang diberikan Gerindra, tak terlihat dimata mereka keberhasilan Gerindra dengan Capres Prabowo dengan siapapun pasangan cawapresnya.