Wanita itu mengangguk mengerti, tatapannya penuh empati. "Saya rasa dia pasti senang menerima surat-surat dari Bapak."
Hujan semakin deras, tapi di bawah payung biru itu, dua jiwa berbeda generasi terhubung oleh rasa saling menghormati dan kenangan. Mereka berbicara lama, berbagi cerita dan pengalaman. Ketika hujan reda, Pak Arman merasa beban di hatinya sedikit berkurang. Ia menatap wanita muda itu dan berkata, "Terima kasih telah mendengarkan. Mungkin suatu hari nanti, kamu juga akan menemukan seseorang yang membuatmu ingin menulis surat setiap hari."
Wanita itu tersenyum dan mengangguk, "Saya harap begitu, Pak. Terima kasih atas ceritanya."
Mereka berpisah di ujung taman, tapi bagi Pak Arman, pertemuan singkat itu membawa harapan baru. Esok harinya, ia kembali dengan buku catatannya, siap menulis surat baru, dan siapa tahu, mungkin berbagi cerita dengan teman baru di bawah aroma hujan yang selalu membawa kenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H