Mohon tunggu...
Zely Ariane
Zely Ariane Mohon Tunggu... -

Menulis hal-hal yang (tidak) disuka (banyak) orang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibuku Malang, Ibuku Tersayang

21 Maret 2016   11:53 Diperbarui: 21 Maret 2016   12:05 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

16 August 2015

Zely Ariane

Oase, Indoprogress

I

BUKAN. Ini bukan soal Sandiwara Radio Ibuku Malang Ibuku Tersayang yang populer di penghujung 80-an itu. Walau akan ada hubungannya dengan cara membaca konflik yang melanda keluarga Ibu Sasongko dan derita Corie akibat ulah Sasongko. Keduanya sama-sama Ibu yang melahirkan anak dari Sasongko.

Tulisan ini beranjak dari 220-an orang yang menyukai status facebook saya soal rencana untuk menjadi ibu. Lebih dari seperempatnya mengucapkan bela sukacita. Bahkan ada yang secara khusus segera meyakinkan saya agar ASI eksklusif plus berbagai tips dan manfaatnya. Baru kali ini status facebook saya mendapat respon yang demikian cepat dalam sehari, oleh teman-teman yang tak pernah saya sangka-sangka ikut memperdulikan aktivitas akun itu.

Ada rasa haru sekaligus miris menyelip: bila mereka tahu bahwa saya hendak menjadi ‘Ibu’ bagi seekor anjing adopsi, apa saya akan mendapatkan ucapan sukacita yang sama?

Di waktu yang sama Sekjend Kemenhan (Kementerian Pertahanan) juga mengeluarkan edaran terkait syarat-syarat PNS pria yang boleh berpoligami. Syarat pertama, si istri tidak dapat menjalankan ‘kewajibannya’ karena cacat badan yang tak bisa sembuh atau tidak bisa melahirkan. Boleh dibilang, jika istri baru tidak melahirkan, maka dia boleh mengambil istri-istri selanjutnya, asalkan, tambah edaran itu, semua persyaratan yang mengikutinya dapat dipenuhi: persetujuan istri sebelumnya, cukup nafkah, dan adil merata.

Saya tidak hendak membahas soal aspek poligami di dalam kasus edaran Kemenhan dan derita Ibu Sasongko di sini. Saya ingin cerita soal ibu dan anak. Sebuah jabatan yang disandang perempuan karena relasinya dengan anak (manusia).

Satu hal yang jarang diusik terkait salah satu alasan berpoligami. Kenapa istri yang tidak bisa, tidak mau, cacat badan hingga tak bisa melahirkan membuatnya ‘harus merelakan’ si suami untuk menikah lagi? Ada apa dengan tubuh perempuan sehingga segenap fungsi reproduksinya itu begitu penting hingga negara ikut campur tangan mengaturnya?

II

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun