Aku terdiam sedikit bergetar. Takut dan terus menerka apa yang akan kami lakukan disana. Sudah aku yakinkan diriku dan aku siap untuk itu. Dia ulurkan tangan putih ras caucasian-nya dan aku melangkah ke arah dekapnya.
**
Dia cumbu semua kulitku, menjamahi setiap lekuknya. Matanya menyisir mataku lalu bermain dengan deru. Aku cengkram kuat tangan kekarnya dan mendesis tipis, menggelinjang manja. Desahan itu.. Kami. Hangatnya.. Dia.
Tiba puncak itu. Dia tatap tajam mataku dan aku temukan sebuah tanda tanya di dalamnya. Aku yakinkan diriku dan mengecupnya pelan mengartikan 'Aku siap, sayang'. Dia kecup lagi aku, leherku dan aku mendesah tersengal.
"Ya, sayang.. Ya.."
Dia kembali mencium bibirku dan perlahan menatap mataku tajam. Kami diam. Dia tersenyum dalam diamku seraya berkata,
"Tidak.. Simpan itu untuk calon suamimu"
Nafas deruku perlahan pelan.
Tuhan, mengapa aku lega?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H