"Ica? Yang biasa dikepang 2 itu, kan? Boleh-boleh aja, Nis. Mau main ke rumah?"
      "Enggak, yah. Kami mau main ke jembatan yang dekat sama rumahnya Om Indra."
      "Hah?!! Ngapain ke sana?" Tanya ayah kaget.
      "Katanya kita mau lihat festival kapal dari atas jembatan, yah." Jawabku santai.
      "Festival? Memang ada, ya?" Tanya ayah heran.
      "Kata Ica ada kok, yah."
Respon terakhirku dijawab ayah dengan keheningan sesaat. Aku merasa ayah akan menolak permintaanku mentah-mentah, mengingat ayah dan ibu jarang memberiku izin bermain ke luar rumah. Mereka selalu khawatir dengan keselamatanku karena aku adalah seorang perempuan. Mereka beranggapan aku tidak akan bisa menjaga diriku sendiri. Itu sangat mengesalkan. Karena hal itu aku tidak bisa bermain di luar rumah setiap saat.
       "Please, yah. Ini kan hari ulang tahunku. Sekali aja Anisa boleh main ke luar sama Ica."
Ayahku masih tidak merespon. Perlakuan diam ayah seketika membuat harapanku bermain dengan Ica hangus. Namun ketika kami sudah hampir sampai ke sekolahku, ayah tiba-tiba kembali mengangkat suaranya.
      "Ya sudah ayah izinkan. Tapi Anisa harus janji sama ayah."
      "Janji apa, yah?"