Mohon tunggu...
Zefanya NathanielTanzil
Zefanya NathanielTanzil Mohon Tunggu... Lainnya - Murid

saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pondok Pesantren, Sekolah Katolik, dan Kasih Dalam Keberagaman

19 November 2024   18:28 Diperbarui: 19 November 2024   18:32 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga hari dan dua malam, inilah jumlah waktu yang dihabiskan enam murid Kolese Kanisius bersama dengan rekan-rekan santri mereka di pondok pesantren Bina Insan Qur'ani menjalani kegiatan ekskursi dengan tema "Embrace, Share, and Celebrate Our Fate". Dalam jumlah waktu yang singkat ini, melalui banyaknya perbincangan, bermain bola bersama, bersekolah bersama, makan minum dan bercanda bersama, serta waktu mereka mengunjungi Keraton bersama, para murid Kolese Kanisius dan para santri semua mempelajari dan memaknai banyak pengalaman baru dalam kehidupan mereka. 

Pada hari terakhir ekskursi ini, para murid dan para santri belum siap untuk berpisah, masih banyak hal untuk diobrolkan dan permainan untuk dijalankan bersama. Namun, waktu mereka telah habis, dan saatnya bagi mereka untuk kembali menjalankan kehidupannya masing-masing. Hal ini tidak mengakhiri kehidupan mereka bersama, saling bercanda dan berbagi rasa. Murid-murid dari Kolese Kanisius menghabiskan waktu perjalanan mereka yang singkat berefleksi, mereka membicarakan dan mengingat-ingat kembali tentang pengalaman-pengalaman dan pelajaran yang mereka dapatkan selama waktu mereka di pondok pesantren. Mereka pulang dengan puas dan antusias, menantikan waktu esok yang akan datang. 

Di Indonesia, upaya untuk merawat dan memperkuat keberagaman telah dilakukan melalui berbagai pendekatan, baik di tingkat pemerintah, masyarakat, maupun dalam dunia pendidikan. Salah satu wujud nyata dari upaya ini adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai toleransi dan saling menghormati dalam kurikulum pendidikan. Melalui pelajaran yang menekankan pentingnya menghargai perbedaan agama, suku, dan budaya, generasi muda diajarkan untuk melihat keberagaman sebagai kekayaan yang harus dijaga, bukan sebagai halangan. Selain itu, pemerintah Indonesia juga memperbesar perhatian mereka terhadap berbagai program yang meningkatkan kerukunan antar umat beragama, seperti dialog antaragama dan budaya yang melibatkan tokoh-tokoh lintas agama. 

Di tengah kehidupan sosial yang semakin pluralistik, banyak komunitas yang saling bekerja sama dalam mengatasi permasalahan bersama, baik di bidang sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Acara-acara budaya yang melibatkan berbagai suku dan agama sering diselenggarakan sebagai sarana untuk memperkenalkan dan merayakan kekayaan tradisi Indonesia. Dengan demikian, meskipun Indonesia memiliki keberagaman yang luar biasa, upaya-upaya tersebut menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah hambatan, melainkan modal sosial yang sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan harmonis, di mana setiap individu merasa dihargai dan memiliki tempat yang sama. 

Sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman, Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk menjadi contoh hidup berdampingan secara damai di tengah perbedaan. Seperti yang tercermin dalam pengalaman para murid Kolese Kanisius dan santri Bina Insan Qur'ani, keberagaman bukanlah halangan, melainkan peluang untuk saling berbagi, saling melayani, dan untuk tumbuh bersama dalam keharmonisan. Di balik segala perbedaan yang ada, terdapat kekuatan yang mampu menyatukan hati dan memperkaya kehidupan kita bersama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus menjaga dan merawat keberagaman, anugerah yang telah diberikan kepada bangsa ini, menjadikannya sebagai landasan untuk membangun masa depan yang penuh kasih, di mana setiap individu saling menghargai dan saling mengasihi. Seperti kata Sam Walter Foss, orang-orang yang memilih untuk hidup diantara mereka sendiri akan selalu ada, namun bersama dengan orang orang yang penuh kasih dan penuh cinta, maka terciptalah lingkungan yang terbuka, menerima siapapun untuk datang dan hidup bersama.

07b495d9-603b-4ce4-af49-4b8230b63aef-673c762134777c0ac25a8872.jpg
07b495d9-603b-4ce4-af49-4b8230b63aef-673c762134777c0ac25a8872.jpg
foto Murid Kolese Kanisius dengan Santri Bina Insan Qur'ani/Dok. pri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun