Beberapa bulan yang lalu, Kamis sore aku berkunjung ke sebuah mall dengan tujuan mencari hiburan dan mencari barang yang ingin ku beli. Saat itu hujan sangat deras dan akupun terjebak didalam mall tersebut. Sambil menunggu hujan reda aku berkeliling menemui beberapa orang teman ku di mall itu.
Sore hari setelah aku menjalankan shalat ashar, aku bertemu dengan teman lama ku. Usianya hampir sama dengan ku dan kami sama-sama berawal dari kepedihan dalam menjalani hidup ini. Karena itulah kami sangat akrab. Kini dia sudah menjadi seorang wira usahawan dan kami bertemu di luar jawa. Tak terasa sudah lama kami tidak bertemu. Lalu kami bergegas menuju sebuah restoran agar kami dapat berbincang-bincang dengan lebih nyaman.
Setelah menyantap makanan sambil menikmati suasana curahan air hujan dari balik kaca, kami pun berbincang sambil bermain dengan Laptop masing-masing. Sungguh senangnya kami pada saat itu, rasanya semua kenangan masa lalu terasa kembali. Namun Keceriaan kami pun berhenti ketika Restoran tersebut memutar sebuah lagu dari ST 12 yang berjudul "Sinar Jangan Menangis". Teman ku spontan terdiam tanpa kata. Aku tak tahu apa yang terjadi padanya dan akupun tidak berani untuk mengganggunya, "Mungkin sedang ada sedikit masalah" pikirku..!
Beberapa lama akupun mendengarkan lirik lagu yang sedang diputar saat itu.
"Ku teriris mendengar kisahnya.. Bocah kecil merawat ibunya.. Sinar Mata dan raih hatinya Yang tak berdaya..!
Telah lama dia menderita.. Sang ayah pun meninggalkan dia.. Mengisi hidup hanya berdua.. Kuatkan Sinar..Oooo...!"
Liriknya sungguh menyentuh hati. Air mata ku pun serasa ingin keluar, Bahkan bukan hanya aku.. Begitu juga dengan teman ku. Air matanya berderai seolah meresapi makna dibalik lirik lagu tersebut. Semakin lama air matanya semakin banyak yang keluar, kini dia benar-benar menangis. Aku rasa ini bukan hanya sekedar terharu akan lagu tersebut. Aku pikir mungkin ini ada hubungannya dengan dirinya. Aku hanya diam dan tidak berani mengusiknya.
Melihat air matanya semakin banyak akupun menyodorkan sebuah tissue di depannya. Dia mengambil tissue itu dan menghapus air matanya namun air matanya masih terus mengalir. Tangannya masih berusaha menutup matanya sambil menahan tangisnya.
Beberapa waktu kemudian aku melihat raut wajahnya seolah-olah terkejut. Akupun heran dan memperhatikannya. Tiba-tiba dia berdiri dan perlahan dia berjalan ke suatu sudut sambil berusaha menahan tangisnya. Tibalah dia didepan sebuah kursi yang sedang di duduki seorang lelaki, seorang wanita dan 2 orang anak Perempuan nya yang sudah dewasa.
Aku masih tetap duduk di kursi ku dan terus memperhatikannya. Dia dan lelaki itu saling bertatap mata dan kemudian lelaki itu memanggil namanya. "Ridho... Ini kamu nak.." Sambil menahan tangisnya teman ku memukul lelaki tersebut. Suasana pun menjadi heboh sesaat namun kehebohan itu terhenti saat teman ku berteriak pada lelaki tersebut.
"Kemana... Kemana saja selama ini... Hiks.. Hiks.. Kenapa kau tinggalkan kami saat kami membutuhkan mu..? setiap hari aku mengurus ibu yang sedang sakit tak berdaya. setiap hari aku dengan terpaksa seolah menjual harga diri, meminta belas kasihan orang lain demi uang ribuan untuk mencari biaya pengobatan ibu. Aku hidup di pasar dan jalanan. Sementara kau pergi bersenang-senang dengan wanita lain. Apa itu yang harus dilakukan bocah berumur 8 tahun seperti aku...?