Bagi saya, ini juga merupakan pengalaman pertama naik delman, meski telah lama tinggal di Jawa dan sering melihat delman di berbagai kesempatan. Ini adalah momen spesial, tak hanya bagi Zavi tapi juga bagi saya, sebuah kesempatan untuk mengalami sesuatu yang baru bersama keluarga.
Melintasi Keramaian Pantai: Kenangan Bersama Pak Kusir
Pak Kusir membawa kami berkeliling pantai Parangtritis dengan delman yang nyaman, menembus keramaian dan kerumunan wisatawan yang asyik menikmati pagi di pantai. Sesekali, beliau meniup peluitnya, tanda bagi orang-orang untuk memberi jalan kepada kami. Suara peluit yang terdengar di antara suara ombak menambah kesan petualangan yang khas.
Dalam perjalanan itu, rasa penasaran membawa saya untuk mengenal lebih jauh tentang Pak Kusir. "Bapak asli sini ya?" tanya saya untuk memulai percakapan. "Iya, Mas. Alhamdulillah saya orang asli sini," jawabnya dengan nada bangga.
Intrik dengan latar belakangnya, saya bertanya lebih lanjut, "Sudah lama Pak kerja di sini?" Pak Kusir tertawa kecil, "Wah, sejak mungkin kamu belum lahir," jawabnya. "Waduh, sudah lama banget ya Pak," balas saya terkejut.
"Iya, Mas. Saya ngurus kuda sejak kelas 3 SD, sekitar tahun 1986," cerita Pak Kusir, mengungkapkan betapa kerjaannya ini sudah menjadi bagian dari hidupnya yang tidak terpisahkan.
"Berarti turun-temurun ya ini, Pak?" tanya saya lagi, merasa terhormat bisa mendengar cerita dari seseorang yang telah mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaan tradisional yang mulia.
"Iya, ini dari bapak saya," lanjutnya, membuat saya semakin menghormati dedikasi dan kecintaannya terhadap pekerjaannya.
Perjalanan dengan delman itu membawa kami ke ujung pantai, tempat yang sering dijadikan lokasi syuting oleh para artis. "Ini lokasi yang sering digunakan artis untuk syuting, Mas. Nah, batu besar itu dulu digunakan Suzana untuk syuting film," ungkap Pak Kusir, menunjuk ke arah batu besar yang berada tepat di bibir pantai.
Saya langsung teringat beberapa adegan film lama yang mungkin pernah mengambil gambar di tempat yang sama, sebuah pengalaman nostalgia yang menyenangkan.
Di ujung pantai itu, kami bertemu dengan rombongan lain yang ternyata adalah keluarga dari istri saya. Budhe Shof, suaminya yaitu Ustadz Dahlan, dan beberapa sepupu istri, sudah menunggu di sana, rupanya mereka sudah lebih dulu sampai dengan menaiki Jeep.
Budhe Shof adalah kepala sekolah di MTs Perguruan Muallimat, tempat istri saya mengajar. Semua unit pendidikan di bawah Yayasan Badan Wakaf KH. Adlan Aly, dipegang oleh keluarga.