Mohon tunggu...
Muhammad Latif S
Muhammad Latif S Mohon Tunggu... -

Mahasiswa yg haus akan ilmu dan butuh kritik dan saran dr anda sekalian...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dewasa Sebelum Waktunya

23 Februari 2016   01:12 Diperbarui: 23 Februari 2016   01:20 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

dok kompas

Berbicara tentang perkembangan maka kita tau bahwa perkembangan itu bersifat sistematis dan didalamnya terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi, sebagaimana perkembangan manusia yaitu dari tahap anak, remaja, lalu dewasa.

Kemudian muncul di benak saya sebuah istilah yang tidak asing lagi yaitu “Dewasa Sebelum Waktunya” yang mana istilah tersebut memiliki dua artian yaitu positif dan negatif. Tidak menjadi masalah jika istilah tersebut dalam artian positif, karena sang anak berarti memiliki kedewasaan dalam berfikir dibandingkan anak lain seumurannya. Maka dia akan mampu membedakan mana perkara yang baik dan mana perkara yang buruk baginya.

Berbeda jika istilah tersebut mengarah pada artian negatif, maka istilah tersebut menjadi masalah besar dan patut untuk dikhawatirkan, yang mana banyak kita lihat anak-anak yang terbiasa merokok, mengendarai sepeda motor, berbicara kotor bahkan minum-minuman keras, dan hal-hal yang menyimpang lainnya.

Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mendampingi dan mengarahkan anak-anaknya menuju fase dewasa yang sesungguhnya, dikarenakan karakter seorang anak tercermin atau terbentuk dari diri orang tua mereka masing-masing. Orang tua harus menyisihkan waktu mereka untuk mendampingi tahap perkembangan anaknya menuju kedewasaan. Kita lihat berapa banyak orang tua yang mengabaikan masa perkembangan anaknya sehingga sang anak terjebak dalam lingkungan yang buruk sehingga terbentuklah karakter yang buruk pada dirinya.

Mereka para orang tua kebanyakan lebih mementingkan pekerjaanya dari pada mendidik atau sekedar mendampingi anak-anaknya. Dengan dalih semua itu demi masa depan si anak, padahal disaat yang sama mereka sedang mengabaikan masa kecilnya. Sungguh pada dasarnya si anak lebih membutuhkan kasih sayang mereka dari pada diperjuangkan masa depannya bilamana itu harus dibayar dengan diabaikan masa kecilnya.

Maka orang tua harus pintar-pintar membagi waktu mereka antara bekerja dan mendidik anak-anak mereka. Anak-anak tidak hanya membutuhkan harta atau materi, namun mereka lebih membutuhkan kasih sayang kedua orang tua dalam menjalani masa kecil dan juga masa remajanya. Bagi seorang anak, orang tua ibarat cahaya yang menerangi jalan mereka, tanpa cahaya itu anak tidak dapat melihat jalan mana yang akan mereka pilih, entah itu jalan yang baik atau malah jalan yang buruk. Semua itu tergantung pada cahaya yang menerangi kehidupan seorang anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun