Mohon tunggu...
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang bertumbuh

Berjejak, tak berjasad

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bumi yang Sesak Huni

21 Oktober 2023   00:10 Diperbarui: 21 Oktober 2023   00:28 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuhanku,
Bumi-Mu rasanya semakin sesak dihuni
Setiap langkah yang aku ayunkan, terdengar dentum-dentum tumpah darah di antara makhluk-Mu
Peluru-peluru melesat, menuju pada detak-detak yang memperjuangkan haknya

Bumi-Mu ini sedang asin air mata
Di salah satu tanah-Mu yang suci,
Kemana pun memandang, nampak jingga jelaga berselimut duka
Penuh siksa dan tak diragukan, bahwa itu bentuk genosida

Tuhanku,
Di salah satu tanah-Mu, tak terdengar ceria gelak tawa balita
Juga cengkerama hangat keluarga
Yang ada, tangis bocah yang gemetar kehilangan ayah bunda
Yang ada, peluk terakhir ayah pada tubuh kaku istri dan putra-putrinya
Yang ada, lautan manusia beriringan mengantar keranda
Yang ada, remaja yang memeluk keluarganya diantara puing-puing rumah
Yang ada, anak kecil yang sibuk membisikan syahadat pada adik kecilnya yang luka-luka
Yang ada, makam-makam basah para syuhada

Tuhanku,
Dalam firman-Mu, kami-kami dicipta dengan kasih dan cinta
Tapi mengapa pada mereka, seperti tiada bersisa?
Apakah memang dalam dada penjajah digariskan untuk tidak bisa mengasihi antar sesama?
Bukankah manusia dicipta dengan sebaik-baiknya?

Di Baitul Maqdis terdengar isak tangis
Para penjaga tanah-Mu terus berjuang tak gentar
Saling peluk dalam redup menjadi nyala hangat membangkitkan semangat
Tuhanku, kami memohon perlindungan-Mu

Bogor, 19 Oktober 2023

Mari kita panjatkan doa untuk para syuhada dan saudara-saudara di Palestina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun