Mohon tunggu...
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang bertumbuh

Berjejak, tak berjasad

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menjadikan Indonesia Pusat Pangan Dunia 2045

23 Agustus 2018   21:53 Diperbarui: 23 Agustus 2018   22:11 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan pertanian berbasis teknologi, tidak ada istilah gagal panen karena suhu, udara, kelembapan, dan hal lainnya yang memengaruhi tumbuh pada tanaman misalnya karena bisa di atur sedemikian rupa. Maka dari itu pertanian berbasis teknologi akan memajukan Indonesia.

Masalah pertanian ini sebenarnya masalah yang sangat krusial mengingat bahwa kita negara dengan lautan yang besar dan tepat berada di garis khatulistiwa namun masih mengimpor garam. Negara agraris yang memiliki cahaya matahari yang cukup namun masih mengimpor bahan pangan seperti jagung dan beras. Lantas apa sebenarnya masalahnya sehingga kita tidak memulai langkah besar menuju perubahan yang sebenarnya? Hal ini tentu akibat kurang perhatiannya pemerintah terhadap masalah pertanian.

Oleh karena itu pemerintah harus menjadikan sektor pertanian dan maritim sebagai sektor unggulan yang diprioritaskan dalam pembangunan ke depan. Maka dari itu sektor pertanian mesti didorong untuk beradaptasi dengan sesegera mungkin untuk beradaptasi dengan era digital. Karena negara yang memimpin kemajuan dunia adalah negara yang memiliki kemandirian, kedaulatan, dan surplus dalam penyediaan pangannya.

Dimasa depan, akan semakin banyak penduduk dunia yang butuh makanan mengingat pertumbuhan penduduk terus bertambah. Maka dari itu, kenapa tidak berpikir Indonesia sebagai sumber pangan dunia? Pusat pangan dunia 2045, adalah Indonesia.

By the way, tulisan ini salah satu tugas ospek atau di institut ini dinamakan MPKMB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun