Siapa yang bertamu di kedua matamu?
Sudah selarut ini dan ia tetap di sana
Bahkan pagi pun begitu
Bila senja tiba, ia juga adaÂ
Senja yang biasa jingga
Mengapa terasa sehitam jelaga?
Mencari sisa cahaya
Dari bulan yang sedang mati
Siapa yang bertamu di matamu kala itu? Â
Ia mencuri sebagian hidupmu Â
Ia pun ingin membawamu pergi Â
Tapi kadang kau usir dengan ramaiÂ
Kamu memungut waktu yang gugur
Mengumpulkan detik demi detik
Tapi mengapa hanya kau simpan dalam kaleng yang kau beri nama mimpi?
Tidakkah kau tahu waktu selalu minta digunakan?
Siapa yang selalu bertamu di hatimu?
Padamu, ia melenggang bebas
Mengetuk-ngetuk nuranimu,
Dan kau bukakan lebar-lebar sebuah pintu
"Kenalkan, ia adalah sepi,"
Katamu, senja itu
- Fauzia Noorchaliza, yang sedang berduka atas kurang lamanya libur semester ganjil, berdebar-debar memasuki semester akhir sekolah, dan sedang pusing dengan pertanyaan, "yakinkah mau masuk jurusan tersebut dan di universitas itu?".
Ah, sepi, jangan dulu kemari. Aku tidak mengusir, hanya saja sedang mau ramai yang disini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H