Mohon tunggu...
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang bertumbuh

Berjejak, tak berjasad

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Full Day School Bikin Tumbang

25 Agustus 2017   21:38 Diperbarui: 26 Agustus 2017   00:19 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat praktek Biologi kemarin, saya benar-benar menguatkan diri. Ini karena saya amat suka dengan pelajaran yang satu ini. Tidak ada sejarahnya saya meninggalkan pelajaran Biologi meski sedang sakit karena saya suka Biologi. Tapi, saat merebus hati ayam dalam tabung reaksi, saya mencium bau spiritus yang tajam. Dan entah kenapa ini membuat saya semakin pusing, dan kemudian menjauhkan diri dari sana, terduduk lemas di lantai. Akhirnya saya pun  diantar ke uks, namun karena mengira UKS dikunci seperti biasanya, saya memutuskan diri beristirahat di kelas saja. Kelas yang ada di lantai 2, saya menguatkan diri naik tangga. Namun belum sampai di pintu kelas, saya merasa akan jatuh, sehingga saya segera duduk dan kamudian dibantu oleh teman kelas sebelah yang sedang kosong karena guru yang tidak masuk, membawa saya ke UKS dan entah mendapatkan kunci darimana, UKS pun terbuka. Saya tidur dan kemudian dijemput Papah untuk pulang ke rumah. Hari ini pun saya tidak sekolah. Saya takut tumbang lagi seperti kemarin.

Konsekuensinya apa? Saya harus mengejar pelajaran Kimia yang tiap masuk selalu ada kuis. Tapi syukurnya besok adalah Sabtu yang telah menjadi hari libur. Sehingga saya bisa beristirahat sambil belajar untuk hari Seninnya mengejar kuis Kimia. Saya jadi menyimpan tanya dalam hati. Full day school yang diterapkan ini bertujuan apa? pintar berkualitas, otak encer, meski ujungnya malah menciptakan generasi mudah sakit? Tidur dan makan jadi tidak teratur. Pulang pun belum belajar lagi di rumah karena habis untuk kelelahan tenggelam dalam tugas. Apakah yang mengusulkan program ini tahu sekaligus merasakan padatnya program yang dijalankan? Jangan bilang memahami kami kalau tidak terjun sendiri. Jangan bilang salah kami yang tidak tahu mengatur waktu kalau kalian sendiri tidak tahu rasanya bangun terlambat karena bergadang mengerjakan tugas kemudian datang terlambat ke sekolah dan dimarahi oleh guru yang memberikan tugas.

Setelah melewati ini semua, saya menjadi bimbang. Baikkah full day school untuk siswa jika mendatangkan sakit? Ah, saya hanya bisa mengikuti saja. Toh, dalam peran ini saya hanya siswa yang dituntut untuk menguasai 14 mata pelajaran, entah bagaimana dengan pemerintah yang menciptakan sistem tersebut. Saya tidak yakin mereka mampu menguasai ini semua secara bersamaan, sedangkan kami dituntut untuk bisa dalam seluruh bidang. Belum lagi guru mata pelajaran pasti selalu saja ada yang tidak masuk dalam seminggu. Minggu ini saja, terhitung Senin-Rabu dimana saya full sekolah, dua mata pelajaran tidak masuk. Entah karena apa. Saya merasa, jika suatu saat saya membolos sekolah, harusnya tidak mendapat hukuman. Siswa hanya mencontoh pada gurunya, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun