“Kujemput. Siap-siap.”
Akupun meminta izin pada Mama yang sedang santai duduk di beranda rumah dan mengeluarkan motorku. Tak lama kemudian sampailah aku di depan rumah Nadya. Nadya sudah bersiap dan segera duduk di belakangku. Di tengah jalan, Nadya menepuk pundakku. Kukatakan padanya nanti di lampu merah saja. Di lampu merah, Nadya pun membacakan pesan dari Aqsha.
“Rif, Aqsha sudah di sana.”
“Bilang sebentar lagi. Tunggu di dalam saja. Diluar panas” ujarku. Matahari di kota ini memang luar biasa.
Sekitar 15 menit kemudian, aku dan Nadya menaiki tangganya dan masuk ke Bioskop yang terletak di lantai paling atas gedung itu. Kulihat Aqsha sedang memainkan hp-nya sambil duduk dibawah poster salah satu film komedi yang memiliki banyak penonton.
“Aqsha…” Aku menyapanya sambil duduk di sebelah kanannya.
“Kenapa lama? Coba liat, jam berapa ini?”
“Rifli baru bangun” Nadya menjawab pendek. Aku hanya tertawa.
“Sini, mana uang? Aku beli tiketnya” tawarku. Nadya dan Aqsha menyerahkan uang dan aku pun segera mengantri. Untunglah tidak harus lama menunggu. Filmnya akan mulai 20 menit lagi. Kembali ke tempat duduk tadi, tak kudapati Aqsha dan Nadya di sana. Namun aku duduk saja. Mungkin hanya membeli popcorn atau cemilan sembari nonton nanti.
Benar saja. Tak lama kemudian mereka datang dengan popcorn di tangan. Tak lama menunggu, kami bertiga pun masuk ke Bioskop. Duduk di bangku bagian belakang, aku melihat teman SMP-ku dulu dari belakang hendak duduk di barisan depan. Saat dia sudah duduk, karena memang dulunya sangat akrab, kudoronglah kepalanya hingga ia sendiri pun terkejut.
Saat ia menoleh kebelakang untuk melihat ada apa gerangan, aku menyadari satu hal. Dia bukanlah teman yang kukira. Melihat wajahnya saja belum pernah. Giliran aku yang terkejut. Sok akrab, nyatanya bukanlah temanku. Sok dekat, nyatanya kenal pun belum. Aku langsung mengatupkan tangan, meminta maaf. Dan menundukkan kepala, menyembunyikan muka. Ia sendiri tak menoleh-menolah lagi. Entah mengapa. Nadya dan Aqsha menertawakan kecerobohanku. Dan untukku, ini pelajaran. Lain waktu, harus benar-benar tahu betul bahwa itu orang yang kumaksud. Atau, akhirnya menanggung malu. Seperti hari ini.