Hp-ku berbunyi. Itu pastilah pesan chat dari sahabatku, Nadya. Sore ini, aku bersama Nadya dan Aqsha memang janjian untuk nonton bareng salah satu film dengan genre thriller di bioskop satu-satunya di kota kami. Jenuh dengan rutinitas sehari-hari yang padat mulai dari sekolah, tugas rumah, tugas kelompok bahkan beberapa organisasi yang semuanya sedang padat-padatnya. Jadi, hari minggu sore ini, aku, Nadya, dan Aqsha hendak menghabiskan sisa waktu libur bersama.
Isi dari pesan itu singkat saja. Hanya menanyakan keberadaanku meski sebenarnya rumahku dan rumahnya ada dalam kompleks perumahan yang sama. Aku melirik jam yang tergantung di dinding kamarku. Aku belum lama terbangun. Mengisi hari libur dengan tidur. Membalaskan ‘dendam’ terhadap waktu yang saat hari-hari kugunakan bergadang mengerjakan tugas.
Aku menutup lagi mataku. Rasa malas masih melingkupiku. Istilah kerennya mager, malas gerak. Baru saja mataku hendak tertutup, hp-ku berbunyi lagi. Kali ini bukan hanya satu dua pesan, tapi banyak. seperti chat grup kalau sedang ramai-ramainya. Kulirik sekilas dari siapa gerangan. Astaga! Nadya! Pesannya tadi hanya kubaca tanpa membalasnya. Segera kubuka pesannya dan membalasnya. Luar biasa. Tak sampai semenit, 29 pesan berhasil ia kirimkan. Ini sih nge-spam namanya.
“Rifli, kau dimana?”
“Di rumah. Baru bangun.”
“Astaga… cepat... Ini sudah jam berapa?”
“Iya sabar. Sebentar”
Tak langsung bangun dan bersiap, lima menit kuhabiskan untuk berbaring sebentar yang akhirnya aku baru bersiap. 20 menit kemudian aku mengirim pesan lagi pada Nadya.
“Kau dimana?”
Walau 100% kuyakin ia akan menjawab di rumah, aku tetap bertanya.
“Di rumah. Kau sudah dimana?” Nadya membalas dengan cepat.