Berjalan melintas di garis-garis batas
Telusuri rona jingga pelangi kian terkikis
Matahari putih membakar gumpalan darah:
yang tidak lagi menyala merah
Ada dahaga tersipu di tamparan debu
Seiring langkah melayang di atas lusuhnya sepatu
Dan senyum telah menjadi limpahan tuah:
dari rangkaian bunga yang menjadi sampah
Saat doa dan rindu telah menjadi sembilu
Satu dari mereka tetap menjadi candu
Matamu selalu menjadi juru bicara:
dari terjeratnya untaian mantra
Matahari tegak dengan senyumnya, enggan bersarang
Kita akan selalu bingkai bayang-bayang
Dari fatamorgana tetap berwarna merah:
menjadi jendela di tanah utara, surga yang basah
16 Oktober 24
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H